Salin Artikel

Biografi Sultan Mahmud Badaruddin II dan Perjuangannya Cegah Penjajah Menguasai Palembang

Memiliki gelar sultan karena memang Sultan Mahmud Badaruddin II juga merupakan penguasa Kesultanan Palembang Darussalam.

Sultan Mahmud Badaruddin II memimpin masyarakat Palembang melawan kolonial Belanda dan Inggris.

Salah satu pertempuran yang dipimpin Sultan Mahmud Badaruddin II adalah Perang Menteng pada tahun 1819.

Profil Sultan Mahmud Badaruddin II

Nama kecil Sultan Mahmud Badaruddin II adalah Raden Hasan Pangeran Ratu.

Sultan Mahmud Badaruddin II lahir di Palembang ada tahun 1767 dan naik tahta pada 12 April 1804.

Ayah Sultan Mahmud Badaruddin II adalah Sultan Muhammad Bahauddin yang berkuasa di Palembang periode 1776-1803.

Sultan Muhammad Bahauddin inilah yang memulai pembangunan keraton atau Benteng Kuto Besak.

Sultan Mahmud Badaruddin II mewarisi kemajuan Kesultanan Palembang Darussalam di segala bidang.

Pada masa pemerintahan ayahnya, Palembang mengalami kemajuan pesat baik di bidang ahama, pelayaran, pertanian, maupun diplomatik.

Sejak kecil, Sultan Mahmud Badaruddin II atau Raden Hasan mendapatkan pendidikan dari ayahnya dan kakeknya.

Dari kedua orangtuanya itu Raden Hasan mendapat pengajaran tentang tata kenegaraan.

Selain itu, Raden Hasan juga menimba ilmu agama Islam dari sejumlah ulama Palembang di masa itu.

Beberapa guru Raden Hasan antara lain Syekh Abdus Somad, Syekh Muhammad Muhyiddin, Syekh Ahmad, Syekh Kemas Muhammad hingga Sayyid Abdurrahman al-Idrus.

Tampaknya Raden Hasan sangat terkesan dengan pengajaran agama dari guru-gurunya itu.

Hal itu tampak pada kondisi Kesultanan Palembang saat dipimpinnya yang berhasil menjadi pusat studi Islam dan sastra di zaman itu.

Selama berkuasa, Sultan Mahmud Badaruddin II dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan berwibawa.

Wilayah Kesultanan Palembang juga sangat kondusif saat itu, dengan beberapa kemajuan yang dicapai.

Namun kondusifitas itu terusik dengan kedatangan Inggris di wilayah Palembang.

Awalnya Inggris masuk ke wilayah Bangka seiring dengan ditemukannya timah di daerah tersebut.

Rupanya, Bangka tidak menjadi tujuan akhir. Inggris justru mengincar Palembang untuk dikuasai.

Adapun orang Inggris yang berhadapan langsung dengan Sultan Mahmud Badaruddin II adalah Sir Thomas Stamford Raffles.

Dalam catatannya, Raffles mengaku sangat hormat kepada Sultan namun juga khawatir.

Raffles menyebutkan, Sultan Mahmud Badaruddin IIadalah seorang penguasa kaya yang gudangnya dipenuhi dolar dan emas.

Awalnya Raffles membujuk Sultan Mahmud Badaruddin II agar mau memihak Inggris dalam berseteru dengan Belanda.

Namun, Sultan Mahmud Badaruddin II dengan menolak dan enggan terlibat dalam perseteruan itu.

Pada tanggal 14 September 1811 terjadi peristiwa yang mengubah kondisi di Kesultanan Palembang.

Kantor dagang Belanda di Sungai Alur hangus terbakar. Belanda menuding Inggris sebagai aktof pembakaran itu.

Inggris membantah. Tak hanya itu, Inggris malah menuding Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai aktor pembakaran.

Meski begitu, Raffles masih berusaha berunding dengan Sultan. Raffles berharap bisa mendapatan daerah Bangka sebagai kompensasi.

Penawaran itu ditolak oleh Sultan. Inggris lantas mengirim pasukan yang berhasil merebut Palembang.

Sultan Mahmud Badaruddin II sendiri kala itu harus mengungsi ke Muara Rawas, yaitu di hulu Sungai Musi.

Awalnya Inggris mengangkat adik kandung Sultan Mahmud Badaruddin II untuk berkuasa di Palembang.

Inggris juga berhasil mendapatkan hak untuk menguasai Bangka.

Namun pada 13 Juli 1813 terjadi perundingan antara Inggris dan Sultan. Dalam perundingan itu, Sultan bisa kembali berkuasa di Palemabang.

Akibatnya, Inggris harus menyerahkan wilayah Indonesia yang diduduki kepada Belanda, termasuk Bangka dan Palembang.

Saat itu Belanda mengangkat seorang komisaris di Palembang bernama Herman Warner Muntinghe.

Muntinghe berhasil mendamaikan situasi politik di Kesultanan Palembang, dimana Sultan Mahmud Badaruddin II bisa berkuasa penuh kembali.

Suatu hari, Muntinghe melakukan inspeksi ke wilayah pedalaman Palembang. Sampai di Muara Rawas, Muntinghe diserang oleh pengikut Sultan Mahmud Badaruddin II.

Setelah itu, Muntinghe meminta Sultan Mahmud Badaruddin II untuk menyerahkan putra mahkotanya.

Tuntutan itu dilakukan agar Sultan Mahmud Badaruddin II tetap setia kepada Belanda.

Sultan tidak menggubris tuntutan Belanda. Sebaliknya, Sultan justru menyerang BElanda.

Pertempuran dengan Belanda ini dikenal dengan Perang Menteng yang pecah pada 12 Juni 1819.

Pada awal peperangan, Sultan Mahmud Badaruddin II dan pasukan mendapatkan kemenangan.

Sebaliknya, Belanda dipimpin Muntinghe justru mengalami kekalahan dengan banyaknya pasukan yang tewas.

Sultan Mahmud Badaruddin II sudah memperhitungkan adanya balasan dari Belanda.

Maka Sultan melancarkan strategi dengan turun tahta dan anaknya dinobatkan sebagai Sultan Palembang.

Awalnya strategi itu berhasil menghalau serangan balik Belanda.

Namun pada 24 Juni 1821, Belanda melakukan serangan mendadak pada dini hari, saat warga Palembang sedang makan sahur.

Serangan dadakan itu berhasil. Belanda menguasai Palembang dan menangkap Sultan Mahmud Badaruddin II.

Sultan dibuang ke Ternate dan meninggal dunia di sana pada 26 September 1852.

Sultan Mahmud Badaruddin II ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 29 Oktober 1984.

Sumber:
UNY.ac.id

https://regional.kompas.com/read/2022/03/08/180000478/biografi-sultan-mahmud-badaruddin-ii-dan-perjuangannya-cegah-penjajah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke