Salin Artikel

Keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah, Punya Payung Raksasa Seperti Masjid Nabawi di Madinah

Masjid ini dibangun pada tahun 2001 dan baru diresmikan pada tanggal 14 November 2006.

Luas masjid provinsi Jawa Tengah ini mencapai 10.000 meter persegi dengan kapasitas antara 6.000 sampao 10.000 jemaah.

Lokasi Masjid Agung Jawa Tengah sendiri berada di Jalan Gajah Raya, Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Sejarah Masjid Agung Jawa Tengah

Keberadaan Masjid Agung Jawa Tengah tidak dapat dipisahkan dari Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman Semarang.

Pasalnya, Masjid Agung Jawa Tengah dibangun setelah kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Agung Semarang.

Awalnya, Masjid Agung Semarang memiliki tanah banda wakaf seluas 119,127 hektare.

Tanah banda terseut lantas ditukar guling dengan tanah seluas 250 hektare di Kabupaten Demak.

Proses tukar guling itu dilakukan dengan PT Sambirejo. Namun dalam praktiknya dialihkan kepada PT Tens Indo Tjipto Siswojo.

Hanya saja, tanah 250 hektare di Demak ternyata tidak ada dengan berbagai alasan.

Alhasil, Tanah Banda Wakaf Masjid Agung Semarang hilang akibat kesalahan dalam pengelolaannya.

Proses hukum kemudian bergulir agar Masjid Agung Semarang bisa mendapatan kembali tanah-tanahnya.

Namun dari proses di tingkat Pengadilan Negeri Semarang hingga Kasasi di Mahkamah Agung, pihak masjid selalu kalah.

Maka dibentuklah Tim Terpadu yang berisi sejumlah unsur di Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah.

Pada tanggal 17 Desember 1999, ribuan umat Islam juga bergerak melakukan longmarch untuk menekan pihak Tjipto Siswojo agar mengembalikan tanah milik masjid.

Setelah tekanan demi tekanan itu lah Tjipto Siswojo mau mengembalikan tanah banda masjid yang dipegangnya, yaitu seluas 69,2 hektare.

Penyerahan tersebut dilakukan pada tanggal 8 Juli 2000.

Untuk menandai kembalinya tanah masjid, maka ada usulan untuk menggunakan 10 hektare di Jalan Gajah Raya untuk dibangun masjid pula.

Masjid yang dibangun di atas lahan 10 hektare dari tanah Masjid Agung Semarang inilah yang kemudian menjadi Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Rute menuju Masjid Agung Jawa Tengah dari Demak (timur) bisa ditempuh melalui Jembatan Genuk lalu Jalan Woltermonginsidi dan menuju Jalan Arteri Citarum.

Sedangkan dari arah Solo (selatan) bisa ditempuh dari Jalan Tol Jatingaleh dan keluar di pintu Tembalang.

Dari pintu tol Tembalang masyarakat bisa mengambil arah kanan ke arah Kaligawe-Demak.

MAJT juga bisa diakses melalui Jalan Kartini Raya, kemudian lewat jembatan Kartini, melalui Jalan Unta Raya dan Jalan Medoho Raya tembus ke Jalan Gajah Raya.

Keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah

Keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah dapat dilihat dari perpaduan gaya arsitekturnya.

Gaya aristektur masjid ini merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Timur Tengah, dan gaya arsitektur Yunani,

Arsitektur Jawa dapat dilihat dari bentuk tajugan di bawah kubah utama.

Arsitektur Tiur Tengah dapat dilihat dari bentuk kubah dan empat menaranya, sedangkan gaya Yunani pada 25 pilar Kolasium yang dipadukan dengan kaligrafi Arab.

Masjid ini diarsiteki oleh Ir Haji Ahmad Fanani, yang mengusung filosofi perwujudan perkembangan Islam di Tanah Air.

Filosofi ini dalam Candrasengkala dapat dirangkai menjadi kalimat “Sucining Guna Gapuraning Gusti”, yang berarti Tahun Jawa 1943 atau Tahun Masehi 2001.

Bagian plaza Masjid terdapat banner yang diberi nama Gerbang al-Qanathir atau Megah dan Bernilai.

Terdapat 25 tiang pada gerbang ini yang melambangkan 25 jumlah nabi dan rasul Allah.

Payung raksasa ini dapat dibuka dan ditutup secara otomatis yang mengingatkan pada Masjid Nabawi di Madinah.

Ruang utama Masjid Agung Jawa Tengah digunakan sebagai ruang shalat utama.

Di dalamnya teradpat Al-Quran Raksasa karya santri pondok Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber, Wonosobo.

Ukuran Mushaf Al-Akbar ini 145 cm x 95 cm dan diletakkan di Museum Sejarah Islam pada lantai dua Menara Al-Husna MAJT.

Pada sisi timur masjid, pengunjung dapat menemukan Bedug Raksasa bernama Bedug Ijo Mangunsari.

Bedug Ijo ini karya KH Ahmad Shobri asal Tinggarjawa, Jatilawang, Purwokerto, Banyumas.

Tempat wudhu berada di bagian baawh bangunan utama, yang terdiri dari 93 kran pria dan 56 kran wanita.

Masjid Agung Jawa Tengah juga dilengkapi dengan Wisma Penginapan Graha Agung yang berkapasitas 23 kamar berbagai kelas.

Sumber:
MAJT.or.id

https://regional.kompas.com/read/2022/03/07/170000778/keistimewaan-masjid-agung-jawa-tengah-punya-payung-raksasa-seperti-masjid

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke