KOMPAS.com - Sosok Wakil Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) Johny Army Konay menjadi sorotan lantaran menampar seorang sopir mobil ambulans yang terlibat insiden dengannya di jalan.
Sopir tersebut bernama Yaner Sesfaot (25). Ia merupakan sopir ambulans Puskemas Kualin, TTS, Nusa Tenggara Timur.
Adapun insiden itu terjadi pada Selasa (1/3/2022).
Lalu, pada Rabu (2/3/2022), Yaner mendatangi rumah dinas Army bersama dokter dan Kepala Puskesmas Kualin.
Dalam pertemuan itu, Army menampar Yaner.
Army mengakui bahwa dirinya menampar Yaner. Menurutnya, tamparan itu diberikan karena Yaner dianggap tidak sopan sebagai bawahan.
Selain itu, kata Army, Yaner melawan saat berbicara dengannya.
”Dia masuk di rumah jabatan tidak sopan, duduk sejajar saya. Saya suruh dia cabut masker baru berbicara karena dia berbicara tidak jelas, tapi dia malah melawan," ucapnya, Kamis (3/3/2022).
Dia menuturkan bahwa hanya sekali menampar Yaner dan itu pun tak keras.
"Setelah saya tampar, dia malah bangun jalan keluar, setelah itu kembali masuk dan duduk sejajar lagi dengan saya,” ujarnya.
Menurut Army, Yaner seharusnya datang secara sopan.
”Sebagai bawahan, seharusnya dia datang sopan, bukan berlagak melawan dan tidak beretika. Sebagai atasan, saya merasa tidak terima dengan sikap tersebut dan ingin membina dia,” tuturnya.
Kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan Wakil Bupati Timor Tengah Selatan telah Yaner laporkan ke Polres TTS.
Yaner menceritakan rangkaian peristiwa penganiayaan yang dialaminya.
Kejadian bermula ketika ambulans yang dikemudikan Yaner berpapasan dengan mobil pelat merah yang dikemudikan Wakil Bupati Timor Tengah Selatan Johny Army Konay.
Sewaktu berpapasan, Yaner menepikan ambulans untuk memberikan jalan kepada mobil Army. Namun, ternyata mobil Army menyerempet ambulans Yaner.
"Setelah itu, saya turun dari mobil ambulans dan menghampiri meminta maaf kepada bapa wakil bupati," ungkapnya, Kamis (3/3/2022).
Sehari setelah insiden, atas permintaan Army, Yaner mendatangi rumah dinas sang wakil bupati bersama dokter dan Kepala Puskesmas Kualin.
Mereka lantas disuruh ke bengkel mobil yang berada tak jauh di belakang rumah jabatan Army.
Army menyusul mereka beberapa saat kemudian.
Setibanya di bengkel, Army mengambil kursi dan duduk di samping Yaner.
"Bapak wakil langsung bilang, 'Saya yang sengaja tabrak kamu karena saat berpapasan, kamu tidak membunyikan klakson mobil,’" kata Yaner menirukan ucapan Army.
Yaner lantas meminta maaf, tetapi Army justru memakinya berulang kali dan memukul Yaner di bagian mulut. Maskernya pun ditarik hingga putus.
Setelah itu, Yaner bangun dari kursinya. Akan tetapi, dia dipukul lagi di bagian wajah. Yaner lalu menghindar keluar dari bengkel karena kala itu Army dalam kondisi emosi.
Menurut Siti, perbuatan wakil bupati tersebut menjadi paradoks dalam era demokrasi.
“Di era yang kita sepakat berdemokarasi, di masa jaya demokrasi seperti ini, kenapa ada episode begini? Jangan ada paradoks. Di satu sisi bersepakat berdemokrasi, tapi di sisi lain kita justru tidak duduk sama rendah berdiri sama tinggi,” terangnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/3/2022).
Padahal, kata Siti, wakil kepala daerah adalah sosok yang dipilih langsung oleh rakyat.
“Yang mana pesan tujuannya mendekatkan pemimpin ke rakyat. Pertanggungjawabannya ke rakyat. Acuannya seprti itu,” tandasnya.
Dikatakan Siti, rakyat punya kedaulatan, sedangkan pemerintah daerah (pemda) dibentuk untuk mengurusi dan melayani rakyat.
“Untuk melayani rakyat, pendekatannya tidak dengan kekuasan,” sebut Peneliti Ahli Utama Badan RIset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini.
Dia berpesan agar tak ada lagi praktik kekerasan, khususnya di organisasi pemerintah. Pasalnya, bila hal tersebut tidak diacuhkan, maka akan menjadi kebiasaan.
“Sedikit-sedikit mengunggunakan kekerasan. Melukai hati saja tidak enak, apalagi memakai kekerasan,” bebernya.
Siti sepakat korban melaporkan dugaan penganiayaan Wakil Bupati Timor Tengah Selatan ke polisi.
“Sopir tersebut adalah warga negara. Dia punya akses hukum. Laporakan saja supaya tidak menjadi suatu tradisi orang kecil diperlakukan semena-mena,” ungkapnya.
Atas pelaporan itu, Siti meminta pihak berwenang agar menegakkan keadilan. Ia menegaskan bahwa hukum tidak boleh runcing ke bawah dan tumpul ke atas.
Siti berharap agar peristiwa ini bisa mengetuk hati masyarakat.
“Ini eranya sudah demokrasi, bukan penjajahan. Sekali kita biarkan, akan terus. Jangan ada lagi tamparan ke orang kecil lainnya,” paparnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kupang Sigiranus Marutho Bere | Editor: Pythag Kurniati, Ardi Priyatno Utomo, David Oliver Purba)
https://regional.kompas.com/read/2022/03/06/052000378/wakil-bupati-tts-tampar-sopir-ambulans-pengamat--jangan-ada-lagi-tamparan