Salin Artikel

Cerita Korban Gempa Pasaman Bolak-balik ke Kantor Desa Minta Bantuan tapi Tak Dapat

PASAMAN, KOMPAS.com - Sejumlah korban gempa bumi mengaku memerlukan bantuan tenda, selimut, tikar, dan pakaian.

Sebab, 5 hari pascagempa bumi, puluhan warga yang tinggal di Kampung Guguong, Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, mengaku belum menerima bantuan dari pemerintah setempat.

Warga yang berada di atas bukit mendirikan tenda darurat depan rumahnya. Sementara rumah mereka sudah roboh akibat gempa bumi.

"Sampai hari ini, kami sekeluarga belum ada terima bantuan dari kantor Wali Nagari dan kantor camat. Padahal bantuan menumpuk di sana," akui Ali Usman (35) saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (2/3/2022).

Padahal, kata dia, bantuan tenda, pakaian dan selimut sangat dibutuhkan. Karena, di tenda itu ada orang tua dan anak-anak.

Ali adalah sosok yang dihargai warga setempat. Segala urusan bantuan untuk warga dibantunya.

Namun, ia sudah bolak balik ke kantor Wali Nagari (kepala desa) dan kantor camat untuk meminta bantuan, tetapi tak juga dapat.

"Sejak hari Sabtu (26/2/2022), saya datang ke kantor Wali Nagari minta bantuan. Tapi saat itu dibilang orang di kantor Nagari perlu data," sebut Ali yang mewakili puluhan warga.

Ia kemudian kembali pulang untuk mendata. Tercatat ada sekitar 400 kepala keluarga (KK) yang mengharap bantuan.

Keesokan harinya dia datang lagi membawa data warga ke kantor Wali Nagari, namun masih tidak mendapatkan bantuan.

"Hari ketiga setelah gempa itu saya datang lagi ke kantor Wali Nagari, dimintanya lagi data warga. Data apa lagi yang mau kami kasih. Masih tak dapat bantuan," kata Ali.

Karena tak dapat bantuan di kantor Wali Nagari, Ali mengaku malamnya sekitar pukul 23.00 WIB, pergi minta bantuan ke kantor Camat Tigo Nagari.

"Sampai di kantor camat, katanya mereka antar ke tempat kami. Tapi sampai sekarang  tak ada kami terima," akui Ali.

Ali mengaku emosi, namun mencoba bersabar karena sedang ditimpa musibah.

Karena itu, ia dan warga lainnya hanya bisa pasrah. Mereka saat ini hanya mengandalkan tenda yang biasa dipakai di kebun.

Saat ini, sebut Ali, bantuan yang diterima dari pihak lain atau pribadi.

"Bantuan makan, pakaian dan selimut ada tapi dari pribadi. Bukan bantuan yang dari kantor Wali Nagari atau kantor camat. Jadi kalau ada yang mau antar bantuan, jangan ke dibawa ke kantor Wali Nagari atau kantor camat, karena tak sampai ke kami," sebut Ali.

Ia mengaku kecewa kepada pemerintah nagari dan kecamatan.

Padahal, sebut Ali, wilayah Siparayo yang paling terdampak gempa M 6,2 itu.

"Kami di Siparayo ini paling parah terdampak. Bisa kita lihat sekarang ini hampir semua rumah warga hancur. Kemudian, 6 orang jadi korban tanah longsor dan 4 orang meninggal karena tertimpa bangunan rumah," ucap Ali.

Ali berharap pemerintah secepatnya menyalurkan bantuan yang diinginkan warga.

Seban, ia khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan ketika warga tak diberikan bantuan.

"Kami heran, kenapa kami yang paling terdampak gempa ini kurang diperhatikan. Apa mungkin, Wali Nagari tidak menang di kampung kami waktu pemilihan, terus tidak peduli dengan kami," kata Ali lagi.

Ali juga mengaku sedang bingung mencari tenda untuk acara tahlilan, Kamis (3/3/2022). Meski sudah mencoba berusaha, namun tak juga dapat.

"Anak saudara saya ada yang meninggal dunia satu orang waktu kejadian gempa itu, tertimpa bangunan rumah. Usianya tiga tahun. Jadi besok kami mau buat acara tahlilannya, sehingga butuh tenda maupun tikar. Karena barang dalam rumah sudah tak bisa diambil. Dari tadi saya keliling cari tenda tapi belum dapat," sebut Ali.

Kendala geografis

Terkait persoalan penyaluran bantuan, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Pasaman, Mara Ondak Harahap mengaku mengalami kendala untuk menyalurkan bantuan kepada warga.

Ia menyebut kendala yang pertama adalah kondisi geografis, dan yang kedua validasi data warga yang terdampak.

"Kita cek datanya enggak persis. Karena yang ditenda itu berpindah-pindah, hari ini di tenda ini besoknya di tenda lain. Misalnya di tenda ini ada seratus orang, besoknya tinggal 20 orang," kata Mara saat dimintai tanggapan Kompas.com mengenai warga tak kebagian bantuan, Senin (28/2/2022) lalu.

Ia melanjutkan, warga saat ini banyak yang mendirikan tenda darurat depan rumahnya.

Menurutnya, warga tidak mau meninggalkan rumahnya karena sudah menjadi kearifan lokal.

"Kita tidak melarang warga mengungsi di rumahnya," kata Mara.

Terkait warga yang mengaku belum menerima bantuan, Mara mengatakan akan menyalurkannya.

"Kalau ada yang merasa tidak terlayani, kami mohon maaf. Kami akan terus bekerja maksimal melayani masyarakat. Tetapi, yang namanya bencana harus kita hadapi bersama. Karena kalau kami dari Pemerintah Pasaman saja tidak akan sanggup," ujar Mara.

Seperti diketahui, gempa bumi mengguncang wilayah Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, Sumbar, Jumat (25/2/2022) pagi.

Gempa datang dua kali. Bencana alam itu mengakibatkan rumah-rumah warga hancur dan ribuan jiwa mengungsi.

Usai gempa, Gunung Pasaman mengalami longsor hingga mengakibatkan perkebunan dan sejumlah rumah warga digusur.

Selain kerusakan materi, dilaporkan enam orang warga hilang. Setelah dilakukan pencarian, satu korban ditemukan sudah meninggal dunia.

Sementara lima orang lagi masih dalam proses pencarian oleh tim TNI, Polri, BPBD dan Basarnas Kabupaten Pasaman.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/02/163451578/cerita-korban-gempa-pasaman-bolak-balik-ke-kantor-desa-minta-bantuan-tapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke