Salin Artikel

Kisah Arsyad, Sang Penjaga Komodo, Relakan Rumahnya sebagai Pusat Informasi dan Ubah Anggapan Warga

Kisah perjalanan pusat informasi tersebut tidak lepas dari penilaian masyarakat setempat dahulu yang mengganggap komodo sebagai hama.

Keberadaan satwa komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT), tersebar di sejumlah lokasi.

Tidak hanya di kawasan Taman Nasional Komodo, tapi juga menyebar di Pulau Flores, mulai dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur hingga Riung, Kabupaten Ngada.

Khusus di wilayah Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, warga menyebut Komodo dengan nama Rugu.

Semula, Rugu bagi warga setempat dianggap sebagai hama yang merusak lahan perkebunan, sehingga kerap dijerat bahkan dibunuh.

Namun, seiring berjalannya waktu, satwa yang dilindungi itu akhirnya diperlakukan berbeda.

Banyak warga berdatangan ke rumahnya, termasuk anak sekolah dan mahasiswa asal luar NTT. Kedatangan mereka sekadar ingin mengetahui komodo Pota secara detail.

Bentuk rumahnya yang semula sangat sederhana, berdinding bambu berukuran 3x4 meter, kemudian diubah permanen dengan ukuran 7x9 meter.

"Untuk bangun rumah permanen, saya kredit Rp 15 juta di bank. Saya juga dibantu oleh pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT dan Yayasan Komodo Survival," ujar Arsyad, kepada Kompas.com di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, Selasa (22/2/2022).

Arsyad punya alasan membangun rumah permanen. Di antaranya banyak warga yang mendatanginya, sehingga perlu wadah yang representatif untuk menampung.

Kemudian, menjadi tempat untuk mengedukasi masyarakat dan para siswa tentang komodo.

"Rumah ini saya bangun permanen, untuk memudahkan koordinasi dan pelayanan, karena banyak warga yang sering datang ke rumah saya, termasuk anak-anak sekolah. Mereka menanyakan alasan saya melestarikan komodo ini," kata Arsyad.

Ajak warga menjaga komodo

Menurut Arsyad, dirinya fokus memperhatikan kelestarian komodo di Manggarai Timur sejak tahun 2009, setelah dia pulang dari Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.

Di wilayah ujung barat Pulau Flores itu, Arsyad melihat pariwisata berkembang pesat, karena adanya komodo.

Kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara ke Labuan Bajo, meningkat pesat setiap tahunnya.


Sehingga, setelah tiba di kampung halamannya, dia pun mulai mengajak masyarakat setempat untuk peduli dan menjaga komodo di habitatnya.

Bagi dia, komodo di daerahnya bisa menjadi magnet untuk para wisawatan yang ingin melihat komodo yang memiliki bentuk tubuh yang berbeda.

Selain mengajak masyarakat, Arsyad pun berkoordinasi dengan BBKSDA, LSM dan Pemerintah Daerah Manggarai Timur.

Pada tahun 2011, Arsyad bersama enam orang warga lainnya diangkat menjadi tenaga harian lepas di Dinas Pariwisata Manggarai Timur. Dia pun dipercayakan menjadi koordinator.

Selanjutnya, pada tahun 2013, dari BBKSDA dan Pemkab Manggarai Timur menggelar rapat dan bersepakat menentukan bagian utara Kecamatan Sambi Rampas sebagai kawasan ekosistem esensial.

Jika ada komodo yang masuk ke permukiman dan kebun milik warga, termasuk kena jeratan, maka warga setempat akan menghubunginya.

Komodo itu akan segera dievakuasi kembali ke habitatnya yang lebih aman. Untuk proses evakuasi, Arsyad selalu berkoordinasi dengan tim dari BBKSDA.

"Yang terakhir, kemarin itu tanggal 13 Februari 2022, ada komodo yang kena jeratan di kebun milik warga. Kemudian saya ditelepon oleh warga, sehingga saya turun langsung lihat komodonya dan kami lepas bersama teman-teman dari BBKSDA," kata Arsyad.

Dampak dibentuknya tempat mereka sebagai kawasan ekosistem esensial, membuat banyak wisatawan dan juga mahasiswa asal Pulau Jawa yang berkunjung ke daerah mereka.

Dia berharap, kerja sama dengan masyarakat maupun sejumlah pihak lainnya, membuat satwa komodo tetap terjaga dengan baik, sehingga bisa bermanfaat untuk masa depan daerah mereka.

Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud, mengapresiasi Arsyad yang telah membantu menjaga komodo di Kabupaten Manggarai Timur.

Arsyad, kata Arief, adalah masyarakat yang mendukung tugas BBKSDA NTT.

"Kita berterima kasih kepada Pak Arsyad atas kepeduliannya terhadap satwa komodo, sehingga kita berharap ini menjadi contoh bagi masyarakat lainnya di Kabupaten Manggarai Timur, maupun tempat lainnya yang ada komodonya," kata dia. 

https://regional.kompas.com/read/2022/02/22/134723778/kisah-arsyad-sang-penjaga-komodo-relakan-rumahnya-sebagai-pusat-informasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke