Salin Artikel

12 Tradisi Unik di Indonesia, dari Kecantikan Bergigi Runcing di Mentawai hingga Tarung Sarung di Makassar

KOMPAS.com - Setiap suku di Indonesia memiliki tradisi. Namun seringkali dijumpai, tradisi tersebut merupakan aktivitas yang terbilang cukup ekstrem.

Tradisi potong jari, mengeluarkan jasad dari makam, maupun meruncingkan gigi merupakan tradisi yang unik.

Dari sekian tradisi unik itu, umumnya tradisi dilakukan sebagai bentuk penghormatan, kerukunan, maupun harga diri.

Berikut 12 tradisi unik di Indonesia:

1. Tradisi Potong Jari, Suku Dani, Papua

Tradisi Iki Palek merupakan tradisi potong jari Suku Dani di Papua. Tradisi ini dilakukan jika ada anggota keluarga meninggal. Sebagai ungkapan rasa sedih, anggota keluarga yang lain akan memotong jari.

Pasalnya, bagi Suku Dani kebersamaan adalah sangat penting. Tangisan tidak cukup untuk menggambarkan kepedihan kehilangan keluarga

Jumlah jari yang dipotong merupakan jumlah anggota keluarga yang meninggal. Mayoritas, tradisi dilakukan para wanita, namun ada juga laki-laki yang ikut memotong jari tangan sebagai ungkapan kesedihan.

2. Tradisi Tiwah, Suku Dayak, Kalimantan Tengah

Tujuan ritual tiwah adalah untuk mengantarkan arwah ke luwu (akhirat) kepada Sang Pencipta atau Ranying Hatalla Langit dan merupakan akhir dari rangkaian upacara kematian dalam kepercayaan Hindu Kaharingan.

Jenazah yang telah dikubur akan digali lagi lalu tulang belulangnya dibersihkan, setelahnya jenazah dimasukkan ke dalam balai nyahu (Sandung).

Bagi Suku Dayak, kematian perlu disempurnakan supaya roh dapat hidup tentram bersama Ranying Hatalla.

Tiwah bertujuan untuk melepaskan kesialan untuk keluarga yang ditinggalkan.

Upacara dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama, yaitu hampir satu bulan.

Bagi Suku Dayak, Tiwah sangat sakral, ritual disertai dengan Manganjan, yaitu tarian sakral dibawakan pada upacara tiwah. Tarian ini sebagai wujud penghormatan pada leluhur.

Ritual tiwah butuh persiapan selain itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit

3. Tradisi Meruncingkan Gigi, Suku Mentawai, Sumatera Barat

Gigi Runcing ini merupakan tradisi kerik gigi bagi wanita Suku Mentawai.

Untuk melakukan tradisi secara turun temurun ini, wanita Suku Mentawai harus menahan rasa sakit yang cukup lama.

Setelah itu, gigi akan dikerik dan diruncingkan dengan peruncing yang terbuat dari besi atau kayu.

Suku Mentawai mempercayai bahwa wanita yang memiliki gigi runcing seperti hiu memiliki nilai lebih ketimbang yang tidak bergigi runcing.

Tradisi turun temurun ini merupakan cara wanita Mentawai agar tampil cantik dan sebagai tanda kedewasaan.

4. Tradisi Kebo-keboan, Suku Osing, Banyuwangi, Jawa timur

Upacara Adat Kebo-keboan merupakan upacara yang dilakukan Suku Osing di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kebo-keboan diambil dari kata Kebo yang dalan bahasa Jawa berarti kerbau.

Upacara berkaitan dengan pertanian sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.

Upacara dilakukan masyarakat dengan mendandani diri seperti kerbau dengan tubuh di cat hitam. Dandanan dilengkapi dengan tanduk dan telinga kerbau buatan.

Setelah itu, mereka akan menarik-nari di tengah sawah sambil mengelilingi penonton.

Penonton yang dikelilingi akan ditarik ke kubangan sawah hingga berlumuran lumpur.

Tradisi dilakukan hingga penonton yang terdekat terlumuri lumpur.

5. Tradisi Adu Betis (Mallanca), Sulawesi Selatan

Mallanca merupakan tradisi adu betis yang dilakukan masyarakat Bone, Sulawesi Selatan. Umumnya, tradisi ini digelar setahun sekali.

Biasanya, tradisi dilakukan pada bulan Agustus usai panen, sekaligus sebagai perayaan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia.

Tradisi ini dilakukan dua tim yang terdiri dari 2 orang dewasa. Dua orang menjadi penendang dan dua orang memasang kuda- kuda agar tidak jatuh saat betis ditentang. Jika betis lawan sangat kuat, maka ada juga lawan yang cedera.

Nilai luhur tradisi ini menggambarkan eratnya rasa kekeluargaan dan gotong-royong masyarakat Bone.

6. Tradisi Waruga/ Pemakaman, Suku Minahasa, Sulawesi Utara

Tradisi Waruga merupakan pemakaman Suku Minahasa di Sulawesi Utara.

Waruga berasal dari kata waru yang berarti rumah dan ruga berarti badan. Kata tersebut dimaknai sebagai rumah raga kembali ke surga.

Pada zaman pra sejarah, Suku Minahasa percaya bahwa roh memiliki kekuatan magis. Untuk itu, kuburan dibuat secara khusus.

Waruga terdiri dari dua bagian, yaitu badan dan tutup.

Warga Minahasa menempatkan jenazah seperti posisi bayi dalam kandungan. Selain itu, jenazah yang telah ditempatkan di Waruga dihadapkan ke utara, sebagai tanda para leluhur orang Minahasa berasal dari utara.

7. Tabuik, Sumatera Barat

Tabuik merupakan tradisi tahunan masyarakat Pariaman,Sumatera Barat. Tabuik merupakan upacara mengenang meninggalnya cucu nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali, yang meninggal di perang Karbala di Irak, 10 Muharram 61 H/10 Oktober 680 M

Upacara ini menampilkan pertempuran karbala dengan iringan musik tradisional gendang tasa. 

Tradisi dilaksanakan setiap tahun setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram di Pariaman, Sumatera Barat.

Tapi akhir-akhir ini dilaksanakan tanggal 1-11 Muharram.

8. Tatung, Singkawang, Kalimantan Barat

Tatung merupakan istilah yang terkenal di Kota Singkawang dan sekitarnya. Istilah tatung dipergunakan untuk orang yang tubuhnya dijadikan media untuk dimasuki roh leluhur yang mereka percayai.

Tatung juga merupakan orang yang rela tubuhnya ditusuk dengan jeruji, pedang, maupun jarum. Atraksi ini telah berlaku ribuan tahun yang lalu.

Pawai tatung biasanya untuk merayakan Cap Go Meh atau puncak perayaan tahun baru Cina di Singkawang, Kalimantan Barat.

9. Sigajang Laleng Lipa/Tarung Sarung, Suku Bugis, Sulawesi Selatan

Sihajang Laleng Lipa merupakan tradisi unik sekaligus mengerikan, karena tradisi ini dapat mempertaruhkan nyawa bagi para pelakunya.

Tradisi ini tergolong ekstrem. Setiap tradisi dilangsungkan hampir pasti ada korban jiwa.

Sihajang Laleng Lipa merupakan tradisi saling tikam menggunakan badik (pisau panjang) dalam satu sarung.

Tradisi ini merupakan tradisi Suku Bugis Makassar dalam menyelesaikan masalah. Tradisi ini digunakan sebagi cara paling akhir, apabila musyawarah mufakat kedua perwakilan keluarga tidak menemukan titik temu.

Tata cara tradisi ini adalah kedua belah pihak yang berseteru akan masuk kedalam sarung sambil dibekali sebelah badik.

Saat badik keluar dari sarungnya pantang diselipkan lagi dipinggang sebelum menghujan tubuh lawan.

10. Pasola, Nusa Tenggara Timur

Pasola berasal dari kata sola atau hola yang berarti kayu lembing.

Pasola merupakan ritual perang adat dimana dua kelompok penunggang kuda saling berhadapan, kejar-kejaran seraya melempar lembing kayu ke arah lawan.

Pasola diselenggarakan sekali dalam setahun, yaitu pada permulaan musim tanam atau tepatnya bulan Februari di Kecamatan Lamboya serta bulan Maret di Kecamatan Wanokaka dan Laboya Barat/Gaura.

Tanggal pelaksanaan Pasola ditentukan para rato berdasarkan perhitungan bulan genap dan bulan terang serta melihat tanda-tanda alam.

Upacara Pasola terkait dengan persiapan pengerjaan lahan. Hal ini terkait, adanya anggapan bahwa percikan darah mempunyai kekuatan magis menyuburkan dan menghidupkan lahan.

11. Seba, Suku Baduy, Banten

Tradisi adat yang dilakukan untuk kegiatan ritual tahunan. Tradisi dimaksudkan untuk menyerahkan hasil bumi dan menjalin silaturahmi kepada Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Tradisi ini merupakan wujud syukur karena selama setahun mendapatkan panen yang berlimpah.

12. Tradisi Ma'nene, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

Tradisi Ma'nene merupakan ritual masyarakat Toraja Utara. Dimana, mayat yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun dikeluarkan dari liang kuburan untuk dibersihkan dan diganti pakaiannya.

Ritual Ma'nene termasuk dalam upacara rambu solo' (kematian).

Sampai saat ini, ritual ini merupakan tradisi yang masih dipertahankan.

Maknanya sebagai cara memperhatikan mendiang nenek moyang.

Pasalnya, masyarakat yang tidak menghormati arwah-arwah leluhur, maka arwah leluhur pun mengabaikan keluarganya.

Sebaliknya, kerabat yang menghormati leluhur yang sudah meninggal maka leluhurnya akan memberikan timbal balik positif bagi kerabat yang masih hidup.

Sehingga, ada perasaan akrab dan mendapat perlindungan dari leluhur yang telah meninggal tersebut.

Sumber: www.grid.id, mmc.kalteng.go.id, kesbangpol.palangkaraya.go.id, nationalgeographic.grid.id, bobo.grid.id, cagarbudaya.kemdikbud.go.id, indonesia.go.id, makassar.tribunnews.com, dindikbud.bantenprov.go.id, dan eprints.unm.ac.id

https://regional.kompas.com/read/2022/02/14/060000178/12-tradisi-unik-di-indonesia-dari-kecantikan-bergigi-runcing-di-mentawai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke