Ketua Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu (Puskopti) Jawa Tengah Sutrisno Supriantoro mengatakan, kenaikan harga tersebut sudah berlangsung sekira dua minggu.
"Harga naik dari kisaran Rp 9.000 ke Rp 10.200 per kilogram sudah dua minggu, ini tentu memberatkan produsen," jelasnya, Rabu (2/2/2022).
Sutrisno mengungkapkan para perajin sempat berencana untuk mogok produksi dan melakukan unjuk rasa.
"Tapi sementara ini masih bisa ditahan untuk tidak mogok karena banyak pertimbangan. Tapi kami minta kepada pemerintah untuk bergerak cepat menangani persoalan harga kedelai yang terus naik ini," paparnya.
Dia mendesak kepada pemerintah untuk melaksanakan operasi pasar atau memberi subsidi harga. "Kalau tidak ada campur tangan pemerintah, maka perajin tahu tempe terancam kolaps, karena biaya produksi jadi membengkak," tegas Sutrisno.
Mengenai penyebab kenaikan harga kedelai, Sutrisno mengaku tidak tahu pasti. Namun dia menduga karena melonjaknya kebutuhan kedelai di China.
"Kedelai ini kan masih impor dari Amerika, China membutuhkan banyak karena ada program kebangkitan produksi, selain konsumsi untuk kosmetik. Jadi ada kontrak dengan China sehingga harga untuk negara lain mengalami kenaikan," paparnya.
Sutrisno menegaskan di Jawa Tengah perajin tahu tempe berjumlah sekira 10.000 orang. Mereka tentu membutuhkan kedelai sebagai bahan baku
"Karena kalau tidak produksi tidak ada pemasukan. Kebutuhan kedelai tiap daerah bervariasi, seperti Salatiga itu setidaknya butuh 70 ton per bulan," terangnya.
Seorang perajin tahu, Ismanto berharap ada tindakan cepat dari pemerintah. "Harga harus dikendalikan agar tidak naik terus, ini kita berharap semoga kedelai stabil. Karena kondisi masih seperti ini, belinya bahan baku semampunya, yang penting masih produksi," paparnya.
https://regional.kompas.com/read/2022/02/02/154917178/harga-kedelai-melonjak-perajin-tahu-tempe-beli-bahan-baku-semampunya