Salin Artikel

Sumpah Palapa: Isi, Sebab Diucapkan, dan Munculnya Kata Nusantara

Sumpah Palapa menjadi manifestasi program kerja politik Gajah Mada saat diangkat menjadi patih.

Jabatan patih sendiri diberikan kepada Gajah Mada atas jasanya meredam pemberontakan saat menjadi kepala pasukan elite Bhayangkara.

Bukti autentik yang menyebutkan adanya Sumpah Palapa ini yaitu Kitab Pararaton. Meski pun, kitab ini tidak menuliskan secara gamblan bahwa Amukti Palapa merupakan sumpah.

Isi dan Makna Sumpah Palapa

Adapun isi Sumpah Palapa berbunyi:

“Lamun huwus kalah Nuswantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palap.

Artinya: "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa."

Beberapa pakar mencoba menjelaskan makna Sumpah Palapa ini. Seperti Munandar (2010) menyebutkan amukti palapa berarti “memakan buah palapa”.

Dalam hal ini, wujud buah palapa sudah diketahui, namun belum jelas bagaimana bentuk dan rasanya.

Sementara Zoetmulder (2006) menjelaskan kata palapa dalam amukti palapa itu sama halnya dengan kata palapan atau palapa dalam bahasa Jawa kuno.

Palapan secara bahasa berarti sifat yang menarik, memikat hati, dan mendatangkan kebaikan.

Kata palapan ini juga dimaknai sebagai kesenangan atau istirahat yang dinikmati seseorang setelah mengerjakan tugas-tugasnya.

Sementara Muhammad Yamin dalam buku Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara memberikan penjelasan yang lebin rinci terkait makna Sumpah Palapa.

Menurutnya, Sumpah Palapa berarti Gajah Mada memberikan batasan dan pantangan pada dirinya untuk tidak bersenang-senang sebelum berhasil mencapai cita-cita demi negara.

Saat itu, Majapahit dilanda berbagai pemberontakan. Salah satu pemberontakan dilakukan oleh Ra Kuti.

Pemberontakan Ra Kuti termasuk pemberontakan besar. Akibat pemberontakan ini, raja harus mengungsi ke Badander.

Namun pada akhirnya pemberontakan itu berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada, dan raja pun bisa kembali ke Istana.

Dalam Pararaton disebutkan, Gajah Mada berhenti sebagai kepala pasukan Bhayangkara usai memadamkan pemberontakan.

Selang dua bulan kemudian, Gajah Mada diangkat menjadi patih di Kahuripan selama dua tahun.

Berikutnya terjadi lagi pemberontakan di Majapahit. Lagi-lagi, Gajah Mada berhasil memadamkan pemberontakannya itu.

Saat itu, Majapahit berada di bawah kekuasaan Ratu Tribuwana Tunggadewi. Sang ratu lantas melantik Gajah Mada menjadi Patih Amangkhubumi.

Saat pelantikan itulah Gajah Mada mengucapkan Amukti Palapa atau Sumpah Palapa.

Sumpah tersebut membuat Gajah Mada mendapat cibiran dari para menteri dan pembesar kerajaan yang mendengarnya.

Bahkan, Arya Tadah yang merupakan Mahapatih sebelum Gajah Mada juga ikut menertawakan.

Penertawaan itu tidak lain hanya karena ucapan Gajah Mada amat berat dan mustahil diwujudkan.

Namun, sikap para pembesar itu justru menjadi cambuk bagi Gajah Mada untuk mewujudkan para yang sudah diucapkan.

Adapun Nusantara terdiri dari dua kata, yaitu nusa yang artinya pulau, dan antara yang artinya seberang.

Secara politis, Nusantara adalah gugusan pulau yang terdapat di benua Asia dan Australia, bahkan sampai Semenanjung Malaya.

Namun jika melihat konteks yang dibicarakan Gajah Mada, Nusantara merujuk kepada nama-nama daerah yang disebutnya.

Nama-nama daerah itu antara lain Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.

Daerah-daerah tersebut diketahui berada di luar Pulau Jawa, dan itu yang dimaksud Nusantara.

Bahkan, sebagian wilayah Jawa seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur justru saat itu tidak termasuk dalam Nusantara yang dimaksud Gajah Mada.

Sumber:
Kompas.com
Jurnalfahum.uinsby.ac.id

https://regional.kompas.com/read/2022/01/19/181143778/sumpah-palapa-isi-sebab-diucapkan-dan-munculnya-kata-nusantara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke