Salin Artikel

Cerita Pengguna Jembatan Haji Endang Beromzet Rp 20 Juta Per Hari: Hemat Waktu 1 Jam

KARAWANG, KOMPAS.com-Sejumlah pengendara mengaku terbantu adanya jembatan penyeberangan di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang milik Muhammad Endang Junaedi.

Kardi salah seorang pengendara menyebut melintasi penyeberangan itu dapat menghemat waktu sekitar satu jam.

Saban hari Kardi mengaku sedikitnya enam kali melintasi jembatan penyeberangan perahu poton itu.

Sebab pekerjaannya mengantarkan roti ke warung - warung di area kawasan industri yang berada di seberang Sungai Citarum.

"Sangat terbantu. Kalau muter sejaman (sekitar satu jam)," ungkap dia.

Ia pun mengaku tak keberatan membayar Rp 2.000 saat menyeberang. Sebab jika memutar justru ongkos transportnya lebih besar.

Hal yang sama disampaikan Sidik (45). Dengan melewati jembatan itu, ia mengaku menghemat waktu menjadi hanya sekitar 20 menit menuju tempat kerja. Jika memutar memakan waktu sekitar 40 menit.

"Aksesnya mempercepat ya, daripada mutar," kata Sidik.

Jembatan perahu poton itu diketahui menghubungkan Desa Anggadita Kecamatan Klari dengan Desa Parungmulya Kecamatan Ciampel, menyeberangi Sungai Citarum. Sekali menyeberang tarifnya Rp 2.000.

"Dari awal sejak masih eretan (tarifnya) enggak naik, masih Rp 2.000. Namun tidak paten, kadang ada yang ngasih Rp 1.000 kadang ada juga yang enggak (bayar) ya enggak apa-apa. Apalagi jika warga sekitar," ucap Endang, pemilik jembatan.

Tak semata bisnis

Endang mengaku membuat jembatan penyeberangan perahu tak hanya soal bisnis, melainkan juga membantu masyarakat. Selain memangkas jarak, ia menyebut hadirnya jembatan penyeberangan itu memantik perekonomian warga.

Sebab selain jembatan, Endang mengaku memperbaiki akses warga.

"Banyak warga berjualan di sepanjang jalan. Saya juga merekrut sekitar 40 orang dengan tidak memandang usia," ucap pria 62 tahun itu.

Setiap hari, kata dia, sekitar 10.000 pengendara sepeda motor yang melintas. Kebanyakan dari mereka merupakan pekerja pabrik. Ia juga tak menampik jika omsetnya tak kurang dari Rp 20 juta dalam sehari saat hari kerja.

"Namun kami juga ada biaya operasional. Misalnya untuk perawatan perahu, upah pekerja, penerangan hingga perbaikan akses jalan," kata Endang.

Endang pun mengaku selalu memerhatikan keselamatan pengendara yang melintas. Ia bersama para pekerjanya selalu memantau ketinggian air Sungai Citarum.

"Kalau tidak memungkinkan kami tutup," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/12/30/062008378/cerita-pengguna-jembatan-haji-endang-beromzet-rp-20-juta-per-hari-hemat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke