Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Gubernur Edy Jewer dan Usir Pelatih Biliar karena Tak Tepuk Tangan | Kolonel P Disebut Tolak Bawa Korban Kecelakaan ke Rumah Sakit

KOMPAS.com - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengusir pelatih biliar, Coki Aritonang. Coki merupakan pelatih atlet biliar Sumatera Utara pada PON XX Papua.

Aksi pengusiran ini terjadi di rumah dinas gubernur di Medan, Senin (27/12/2021), saat acara pembagian bonus atlet peserta PON XX Papua.

Edy menjewer dan mengusir Coki lantaran tak ikut tepuk tangan sewaktu sang gubernur menyampaikan kata sambutan.

Berita populer lainnya adalah seputar kecelakaan di Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang menewaskan Handi Saputra dan Salsabila.

Sejoli tersebut tewas usai ditabrak oleh tiga anggota TNI AD, yakni Kolonel Infanteri P, Kopda ADA, dan Koptu AS.

Salah satu pelaku, Koptu AS, mengaku membuang jasad korban lantaran disuruh oleh Kolonel P.

Berikut berita-berita yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com.

Pelatih atlet biliar Sumatera Utara, Coki Aritonang, dijewer oleh Gubernur Edy Rahmayadi. Tak cuma itu, Coki juga diusir dari tempat acara.

Insiden ini terjadi saat acara pembagian bonus atlet peserta PON XX Papua di rumah dinas gubernur di Medan, Senin (27/12/2021),

Kejadian ini bermula saat Coki tak ikut tepuk tangan ketika Edy Rahmayadi memberikan kata sambutan.

Edy yang melihat Coki tak tepuk tangan, lantas memanggilnya ke panggung.

Ketika mengetahui Coki adalah pelatih biliar, Edy menyampaikan sebuah kalimat.

"Tak cocok jadi pelatih ini," ujar Edy yang kemudian mengusir Coki.

Baca selengkapnya: Gubernur Edy Usir Pelatih Biliar yang Tak Ikut Tepuk Tangan karena Tertidur: Pulang, Tak Usah Dipakai Lagi!

Salah satu pelaku kecelakaan di Nagreg yang menewaskan Handi Saputra dan Salsabila, mengaku membuang jasad korban ke Sungai Serayu.

Koptu AS mengaku melakukan itu karena disuruh Kolonel P.

Dikatakan Koptu AS, ia sempat menyarankan Kolonel P untuk membawa dua korban yang mereka tabrak ke rumah sakit. Namun, saran itu ditolak.

Para pelaku kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah Kolonel P di sekitar Yogyakarta.

"Sesampainya di daerah Cilacap, sekitar pukul 21.00 WIB, Kolonel P memerintahkan untuk membuang kedua korban ke dalam Sungai Serayu dari atas jembatan," ucapnya dalam keterangan, Minggu (26/12/2021).

Baca selengkapnya: Tabrak Lari di Nagreg, Kolonel P Disebut Tolak Bawa Handi dan Salsabila ke Rumah Sakit, Korban Dibuang di Cilacap

Sebanyak enam orang ditetapkan sebagai tersangka dalam aksi buruh menduduki ruang kerja Gubernur Banten Wahidin Halim pada 22 Desember 2021.

Atas hal ini, kuasa hukum Pemerinah Provinsi Banten Asep Abdullah Busro menerangkan, tidak menutup kemungkinan Gubernur Banten bakal menempuh jalur damai.

"Mengenai restorative justice apakah itu hendak diterapkan? Menurut dinamika, dari sisi hukum terbuka peluang. Tapi, kita serahkan, kita kembalikan sepenuhnya ke penyidik," ungkapnya, Senin (27/12/2021).

Adapun mengenai permintaan maaf pelaku, Asep menjelaskan bahwa Wahidin Halim telah menerima maaf mareka.

"Tentu Pak Gubernur kapasitas sebagai manusia, beliau juga memiliki rasa kemanusian dan sangat terbuka untuk menerima permintaan maaf," sebutnya.

Baca selengkapnya: Gubernur Banten Buka Opsi Damai dengan Buruh yang Geruduk Kantornya

Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut) mengambil alih kasus penganiayaan remaja di parkiran minimarket Medan.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi menyatakan, penyidik Polda Sumut bakal bekerja secara profesional dan seadil-adilnya dalam menangani kasus ini.

Hadi mengungkapkan, kasus penganiayaan tersebut sudah dilakukan gelar perkara.

"Kasus itu ditarik ke Polda Sumut dalam hal ini Ditreskrimum yang akan menindaklanjutinya agar lebih objektif dalam proses penanganannya," tuturnya.

Direktur Reskrimum Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja menyampaikan, penyidik Polda Sumut akan berkolaborasi dengan penyidik Polrestabes Medan yang sempat menangani kasus ini.

Baca selengkapnya: Polda Sumut Ambil Alih Kasus Pengemudi Mobil Aniaya Remaja di Parkiran Minimarket Medan

Sosok Nadeo Argawinata turut berjasa dalam mengantarkan timnas Indonesia melaju ke babak final Piala AFF 2020.

Penjaga gawang timnas Indonesia ini berhasil menepis tendangan penalti pemain Singapura, Faris Ramli, di detik-detik akhir babak kedua.

Atas aksi cemerlang itu membuat Ibunda Nadeo, Ninuk Indahsari (50), mengingat masa-masa tatkala Nadeo kecil.

Ninuk membeberkan, Nadeo sudah menggemari sepak bola sejak usia anak-anak, sekitar umur 4 tahun.

"Saat itu, ya, paling bermain-main bola di rumah saja. Saya dan Daddy-nya yang bergantian jadi penjaga gawang," kenangnya, Selasa (28/12/2021).

Saking cintanya dengan sepak bola, ketika Nadeo tidur dia selalu memeluk bola dan sarung tangan penjaga gawang.

Baca selengkapnya: Nadeo Kecil Suka Keloni Bola Saat Tidur, Ini Cerita Ibunda Kiper Timnas Indonesia

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Serang, Rasyid Ridho; Kontributor Medan, Dewantoro; Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim | Editor: Pythag Kurniati, Rachmawati, I Kadek Wira Aditya)

https://regional.kompas.com/read/2021/12/29/060200078/-populer-nusantara-gubernur-edy-jewer-dan-usir-pelatih-biliar-karena-tak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke