Salin Artikel

Erupsi Semeru, Menanti Mereka yang Hilang Kembali Pulang

Kurang lebih lima jam usai kembali dari mengantarkan bekal di ladang, Gunung Semeru meletus.

Awan panas guguran menerjang lokasi tempat tinggalnya di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.

Sejak saat itu Mahriyeh dan pria yang dicintainya terpisah.

Sekitar seminggu menanti, Mahriyeh masih berharap, bekal tersebut bukan bekal terakhir yang dia siapkan bagi sang suami.

"Saya ingin suami cepat ditemukan, jika meninggal dikuburkan dan didoakan yang layak," tangan Mahriyeh mengusap air matanya.

Mahriyeh sebelumnya tak pernah berpisah dari Miran.

Mereka hanya tinggal berdua. Kemana pun pergi, Mahriyeh dan Miran selalu bersama, bahkan ketika menggarap ladang.

Biasanya, saat padi mereka mulai berisi, Mahriyeh akan menemani Miran menginap di gubuk dan menjaga padi dari serbuan monyet.

Namun sekitar sebulan, penyakit sesak napas Mahriyeh kambuh. Sehingga dia tidak dapat menemani sang suami menjaga padi.

Meski demikian, Mahriyeh tetap membuatkan bekal bagi suaminya setiap hari.

Seperti di hari ketika Gunung Semeru meletus pada Sabtu (4/12/2021).

Setelah kembali ke rumah usai mengantar bekal untuk Miran, warga tiba-tiba menjerit-jerit histeris.

Langit mendadak gelap. Situasi penuh kepanikan. Orang-orang mulai berlarian.

Mereka meneriakkan kabar jika Gunung Semeru meletus.

Mahriyeh teringat sang suami yang fisiknya sudah renta dan berada seorang diri di ladang.

Apalagi lokasi ladang mereka berimpitan dengan sungai tempat aliran lahar.

"Sebenarnya pagi itu saya ajak dia pulang saja karena takut ada banjir. Tapi dia bilang, 'biarkan saja banjir'," kenang Mahriyeh.

Mahriyeh kini mengungsi ke tempat kerabatnya di Blitar, Jawa Timur.

Dia melewati hari-harinya penuh penantian. Berharap suaminya segera ditemukan.

"Waktu di pengungsian juga Emak (Mahriyeh) ini sebentar-sebentar nangis teringat Mbah (Miran)," kata Lailatul Jannah, kerabat Mahriyeh yang turut mengungsi ke Blitar.

Tujuannya satu, bertemu dengan putri kandungnya yang bernama Asri Wahyu Sinurani alias Rani (26)

Rani dan sang suami, Mulyanto (27) hilang usai Gunung Semeru meletus.

"Saya berangkat hari Minggu jam 04.00 Subuh dan jam 09.00 sampai di Lumajang. Sampai sekarang ini saya belum pulang nunggu kabar," kata dia saat dikonfirmasi via telepon seluler, Rabu (8/12/2021).

Nurul bercerita, putrinya Rani tengah mengandung. Saat bencana terjadi, Rani dan suaminya sedang berada di lokasi tambang.

Sesaat setelah Semeru mengeluarkan awan panas guguran, Rani mengirimkan video kondisi gunung dari kantor tambang Duta Pasir Semeru (DPS).

"Waktu hari Sabtu itu, masih ngirim foto ke saya, sama video waktu awan mulai menghitam itu, terus dibikin story dengan video itu," kata dia.

Nurul sempat merespons namun Rani sudah tidak membalas lagi.

"Nah saya WA anak saya ini, 'Banjir lagi ya Ran.' Nah pas sekitar pukul 15.00 WIB sudah centang satu WA-nya. Sudah enggak bisa dihubungi lagi," kata dia.

Nurul juga berkomunikasi dengan keluarga Mulyanto dan mendapatkan kabar jika Rani dan Mulyanto terjebak di lokasi tambang.

Selama empat hari di Lumajang, Nurul sudah dua kali mengecek ke tempat pengungsian yang disediakan pemerintah.

Namun dirinya belum juga mendapatkan kabar keberadaan Rani.

Selain itu, masih ada 9 orang yang dinyatakan hilang.

Kemudian, 18 orang terluka berat dan 11 lainnya mengalami luka ringan.

Petugas juga mencatat, masih ada sebanyak 9.118 pengungsi yang tersebar di 115 titik pengungsian.

(KOMPAS.com | Penulis: Asip Agus Hasani, Muchlis | Editor : Pythag Kurniati), data BNPB

https://regional.kompas.com/read/2021/12/12/053938078/erupsi-semeru-menanti-mereka-yang-hilang-kembali-pulang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke