Salin Artikel

Cerita Bidan Neni Mendadak Bantu Persalinan Ibu ODHA, Bayi yang Dilahirkan Negatif HIV

Neni, sapaannya, juga merupakan bidan wilayah di kelurahan tersebut, di bawah bidan koordinator Puskesmas Sobo.

Kepada Kompas.com, Neni menceritakan pengalamannya membantu persalinan pasien tanpa identitas pada sebuah malam di 2016.

Ibu muda itu tidak membawa kartu tanda penduduk (KT). Sementara posisi kepala bayi sudah crowning tampak lima hingga enam centimeter di vulva. Sang ibu mengaku orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

"Kalau rutin periksa akan ter-screening sejak awal. Misalnya sejak awal dia terdeteksi HIV/AIDS, biasanya tim laboratorium ngabarin saya, tim puskesmas juga mendampingi," kata Neni di rumahnya, Rabu (1/12/2021).

"Akhirnya lahir juga terencana, sesar juga terencana, melahirkan di rumah sakit terencana, kita rujukan awal sudah di rumah sakit (karena harus sesar)," tambah Neni.

Tindakan itu dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan janinnya. Ibu hamil, kata dia, juga harus mejalani pemeriksaan rutin ke bidan. 

Sehingga, jika membutuhkan penanganan lebih serius, bidan atau klinik dan puskesmas akan merujuk ibu hamil ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Namun, pasien yang datang ke tempat praktik Neni malam itu tidak demikian. Pasien itu tak pernah memeriksa janinnya ke fasilitas kesehatan, sehingga proses lahiran tak terencana.

Neni pun membantu persalinan ibu itu karena kondisi pasien yang sudah kesakitan. Persalinan secara normal itu dilakukan dalam waktu sekitar lima menit.

"Setelah melahirkan, kondisinya sudah bagus, lalu saya tinggal ke kamar mandi. Saya tidak berpikir macam-macam, balik lagi di kamar kok nggak ada siapa-siapa, di luar tidak ada orang," kata Neni.

Bayi itu negatif HIV

Neni menyebut, bayi mungil yang baru lahir itu ditinggalkan ibunya. Neni bahkan menunggu hingga seminggu, tetapi ibu bayi itu tak kunjung kembali ke tempat praktiknya.

Bayi laki-laki itu lalu menjalani proses adopsi di DInas Sosial (Dinsos) Banyuwangi. Berdasarkan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, bayi itu dinyatakan negatif HIV/AIDS.

Kini, kata Neni, bayi itu telah tumbuh menjadi anak yang besar dan sehat bersama orangtua angkat.

Neni mengaku telah tiga kali menolong persalinan ibu ODHA. Dari tiga pengalaman itu, dua bayi diketahui negatif HIV/AIDS. Sementara satu bayi lainnya tidak diketahui karena orangtuanya telah pindah.

"Penanganan ibu ODHA melahirkan, APD dan pencegahan infeksinya lebih dari persalinan yang biasa. Bidan harus siap melayani persalinan ibu dalam kondisi apa pun dengan APD yang memadai. Tetap menolong, tapi melindungi diri kita sendiri," kata Neni.


Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Banyuwangi mencatat, terdapat 3.625 pengidap HIV dan 1.911 pengidap AIDS. Sehingga total 5.536 pengidap HIV/AIDS di Bayuwangi sejak 1999 hingga Oktober 2021.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2018, terdapat 643 pengidap HIV/AIDS di Banyuwangi. Sementara Jember 792 orang di tahun yang sama, Situbondo 251 dan Bondowoso 119 orang.

Ketua Kelompok Kerja Bina Sehat (KKBS) Moch Hairon mengatakan, jumlah pengidap ODHA tidak bisa menjadi tolok ukur kualitas penanganan HIV/AIDS di suatu daerah.

Lantaran jumlah itu tergantung jumlah penduduk dan kesadaran mereka untuk melakukan voluntary counseling and testing (VCT).

"Perbandingan HIV dan AIDS yang jadi tolak ukur, jadi prevalensinya yang kita lihat (rasio pengidap HIV dan AIDS)," kata Hairon, Rabu.

Ia mengatakan penanganan yang dilakukan pegiat HIV/AIDS, termasuk KPA Banyuwangi, meliputi penjaringan, terapi, dan pendampingan psikologis.

Penjaringan dilakukan VCT terutama kepada lima populasi kunci, pekerja seks, pengguna jasa pekerja seks, gay atau laki seks laki (LSL), waria dan pengguna napza suntik (penasun).

Terapi diberikan secara gratis oleh Dinas Kesehatan dengan fasilitas kesehatan yang dimilikinya, salah satunya penyediaan obat antiretroviral (ARV).

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti pihaknya biasanya berperan dalam pendampingan psikologi. Termasuk baru-baru ini pemberdayaan secara ekonomi.

"Karena kalau ada yang ketahuan positif, kalau kerja di-PHK. Kalaupun tidak begitu, ya wes apa-apa susah. Saat tahu dirinya positif juga reaksinya macam-macam, down, mutung (ngambek), balas dendam, maka perlu pendampingan psikologis," kata Hairon.

Stigma negatif masih membayangi ODHA hingga dijauhi dan terpinggirkan dalam kehidupan masyarakat.

Demikian juga isi pamflet dan sosialisasi HIV/AIDS yang dibagikan KPI Banyuwangi bersama pegiat, di Hari AIDS Sedunia, Rabu.

Virus HIV bisa menular dengan hubungan seks tanpa kondom, transfusi darah, seks oral, bertukar cairan vagina dan sperma, penggunaan jarum suntik bersamaan, serta kehamilan dan ASI pada bayi.

Ibu ODHA yang melahirkan dibantu Bidan Neni pun, anaknya negatif HIV/AIDS. Sehingga tak perlu takut melakukan interaksi sosial dengan pengidap ODHA.

https://regional.kompas.com/read/2021/12/02/091649378/cerita-bidan-neni-mendadak-bantu-persalinan-ibu-odha-bayi-yang-dilahirkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke