Humas RSUD Ngudi Waluyo Mustiko mengatakan, setidaknya terdapat empat pasien yang berobat di instalasi gawat darurat (IGD) karena digigit ular berbisa selama November.
"Baru saja masuk pasien di IGD karena digigit ular berbisa di pekarangan rumahnya," ujar Mustiko kepada Kompas.com, Selasa (30/11/2021).
Seperti kasus yang menimpa anggota Polres Blitar Aipda Fathurrahman, pasien perempuan yang baru masuk itu digigit ular berbisa saat membersihkan rumput dan semak belukar di pekarangan rumah.
"Pasien masih harus menjalani observasi dua atau tiga hari setelah dilakukan penanganan pertama akibat gigitan ular berbisa," ujarnya.
Sebelumnya, tambah Mustiko, terdapat tiga pasien laki-laki yang lebih dulu berobat di IGD RSUD Ngudi Waluyo akibat tergigit ular berbisa.
Kata Mustiko, mereka adalah warga perdesaan di mana dimungkinan masih terdapat ular berbisa di lingkungan sekitarnya.
Mustiko memastikan empat kasus gigitan ular berbisa yang ditangani RSUD Ngudi Waluyo lebih tinggi jumlahnya dibandingkan bulan sebelumnya.
Namun, ia tidak dapat memastikan hubungan antara peningkatan kasus gigitan ular berbisa dengan musim hujan.
"Tapi seingat saya memang setiap musim hujan terdapat kenaikan kasus gigitan ular berbisa. Bulan-bulan sebelumnya tidak selalu ada pasien tergigit ular," ujarnya.
Pasien yang baru masuk akibat digigit ular, kata dia, kondisinya stabil.
Namun Mustiko tidak dapat memastikan bagaimana kondisi tiga pasien yang lebih dulu pernah dilarikan ke IGD RSUD Ngudi Waluyo karena ketiganya berstatus "pulang paksa" setelah mendapatkan pertolongan pertama di IGD.
"Rata-rata karena alasan biaya mereka tidak bersedia menjalani rawat inap," ujarnya.
Klarifikasi kasus Aipda Fathurrahman
Pada kesempatan itu, Mustiko mengklarifikasi pemberitaan yang menyebutkan Aipda Fathurrahman sempat dirawat di RSUD Ngudi Waluyo.
"Kami sempat kaget baca berita bahwa Almarhum sempat dirujuk di sini, padahal tidak. Mungkin di rumah sakit lain, apakah RSUD Mardhi Waluyo (Kota Blitar) atau RSUD Srengat," ujarnya.
8 Pasien di RSUD Mardhi Waluyo
Wakil Direktur RSUD Mardhi Waluyo Herya Putra mengatakan, terdapat delapan pasien yang dirawat akibat digigt ular selama November.
Meski tidak menyebutkan jumlah pasien berobat akibat gigitan ular berbisa selama Oktober, Herya memastikan adanya kenaikan pasien tergigit ular berbisa selama November.
"Dari delapan pasien itu, satu masih dirawat, dua pasien pulang atas permintaan sendiri, dan lima pasien menjalani rawat jalan," ujarnya kepada Kompas.com.
Menurut Herya, pasien yang mengalami gigitan ular berbisa akan disuntik serum anti bisa ular jika efek dari bisa ular cukup berat.
Suntikan serum anti bisa ular, kata dia, juga diberikan kepada pasien yang digigit sejumlah jenis ular yang dikenal memiliki bisa mematikan seperti ular kobra, ular weling, dan lainnya.
Sebelumnya, Kepala Unit Samapta Polsek Garum di jajaran Polres Blitar Aipda Fathurrahman meninggal dalam perawatan rumah sakit Bhayangkara di Kota Kediri setelah menjalani perawatan selama tiga hari akibat digigit ular berbisa.
Kapolsek Srengat AKP Yusuf mengatakan Fathurrahman digigit ular hijau ekor merah yang biasa disebut "ulo luwuk" oleh warga Blitar di sekitar rumahnya di Desa Wonorejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
Menurut Yusuf, Fathurrahman digigit pada pergelangan tangan kanannya saat membersihkan pekarangan rumah pada Jumat pekan lalu.
https://regional.kompas.com/read/2021/11/30/162159278/rumah-sakit-di-blitar-laporkan-peningkatan-kasus-gigitan-ular-berbisa