Salin Artikel

Sungai Meluap, Kota Bima Diterjang Banjir Bandang

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima Jainab mengatakan, banjir bandang terjadi akibat meluapnya sungai-sungai yang membelah wilayah setempat menyusul hujan deras sekitar pukul 13.30 WITA.

Akibatnya, sebagian wilayah di Kota Bima terendam banjir dengan ketinggian hingga 1 meter.

"Terjadi hujan dengan intesitas sedang hingga lebat sejak pukul 11.46 WITA, menyebabkan aliran sungai meluap lalu banjir pun terjadi lebih kurang dari 1 meter. Dampak dari banjir bandang ini ada banyak rumah warga terendam," kata Jainab saat dihubungi Kompas.com, Minggu sore.

Kesembilan kelurahan yang dilanda banjir bandang meliputi Kelurahan Penaraga, Lewirato, Penatoi, Jatibaru, Jatiwangi, Santi, Nae, Sarae dan Melayu.

"Di sembilan titik ini bahkan menjadi langganan banjir ketika musim hujan," ujarnya.

Hingga Minggu sore, petugas gabungan masih membantu warga yang terdampak.

Meski demikian, kata Jainab, sejauh ini belum ditemukan korban jiwa maupun kerugian material akibat bencana tersebut.

"Untuk kerugian akibat banjir bandang ini belum diketahui. Saat ini personel semua masi di lokasi melakukan pendataan terhadap warga," jelasnya.

Berdasarkan laporan hasil kaji cepat tim BPBD Kota Bima, banjir tersebut sudah berangsur surut.

Namun tim evakuasi masih disiagakan di lapangan dan meminta masyarakat tetap waspada karena hujan masih berlangsung dengan intensitas kecil.

"Tim beserta relawan masih disiagakan, mengingat hujan masih berlangsung dengan intensitas kecil. Kami mengimbau agar masyarakat untuk tetap waspada," tutur Jainab.


Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Bima kerap dilanda banjir ketika hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

Bencana banjir itu, kata Jainab, bukan hanya karena curah hujan yang tinggi, dan juga dangkalnya sungai, melainkan ada faktor lain yaitu kerusakan lingkungan.

Menurut dia, tingkat kerusakan alam di Bima dinilai sudah parah.

Kerusakan alam yang parah itu disebabkan aktivitas pembabatan hutan dan alih fungsi lahan.

Awalnya berupa hutan tetapi kini menjadi lahan pertanian oleh masyarakat untuk bertani tanaman musiman di hulu.

Ini diduga menjadi faktor utama terjadinya tanah longsor dan banjir bandang yang kerap melanda Kota Tepian air itu.

"Dari hasil kajian kami, pembabatan hutan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir yang melanda permukiman rumah penduduk di Kota Bima. Pembabatan itu menyebabkan hutan menjadi gundul. Hal ini tentu akan berdampak terhadap lingkungan, sehingga semakin berkurangnya pohon yang berguna untuk menyerap air," kata Jainab

Alih fungsi lahan yang terjadi pada sebagian besar hulu sungai-sungai di Bima menurunkan tingkat resapan air.

Seharusnya, lanjut Jainab, area lahan produksi hanya digunakan untuk bertani tanaman yang justru menguatkan permukaan tanah.

"Tumbuhan itu penting untuk meningkatkan daya serap air di hulu sungai," jelasnya.


Namun yang terjadi di lapangan, kata dia, lereng-lereng gunung dan bukit yang terletak di hulu sungai malah ditanami tanaman yang tidak berdaya serap air tinggi.

"Kalau sudah seperti itu, seratus persen air akan mengalir ke sungai dengan membawa lumpur dan bebatuan. Hal inilah yang akan menyebabkan proses pendangkalan sungai dan tidak mampu lagi menampung debit air sehingga terjadi banjir," kata Jainab.

Untuk mengantisipasi terjadinya banjir yang lebih besar, peran masyarakat menjadi hal yang paling yakni perilaku peduli terhadap lingkungan.

"Bencana banjir memang tidak bisa ditolak, tetapi bisa dicegah. Oleh karena itu, kita membutuhkan peran serta semua pihak untuk tetap menjaga hutan. Kalau hutan terus dirusak, masyarakat Bima akan terus menderita karena banjir," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/28/172524978/sungai-meluap-kota-bima-diterjang-banjir-bandang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke