Salin Artikel

Tunggui Anak Belajar di PAUD, Orangtua Sulap Sampah Bungkus Kopi Jadi Kerajinan

Hal ini seperti yang biasa dilakukan para orangtua murid saat menunggu anak-anak mereka belajar di kelas.

Namun, bagi orangtua PAUD Atthohiriyah Cianjur, Jawa Barat, menunggui anak di sekolah kini menjadi hal yang menyenangkan.

Pasalnya, para ibu rumah tangga ini punya aktivitas baru, yakni membuat kerajinan anyaman dari limbah atau sampah bungkus kopi.

Sampah bungkus kopi jadi anyaman bernilai ekonomi tinggi

Jika biasanya bungkus kopi dibuang, di tangan mereka mampu disulap menjadi tas, hiasan vas bunga, tempat tisu hingga tikar atau karpet anyam.

Selain dapat mengurangi limbah plastik, produk yang dihasilkan ibu-ibu muda ini juga bernilai ekonomi.

Kepala PAUD Atthohiriyah Leni Mulyani menceritakan, ideal awal kreasi ini berasal dari orangtua murid sendiri.

Melakukan yang berfaedah ketimbang mengobrol

"Waktu itu ada salah seorang orangtua murid yang bisa membuat anyaman dari bungkus kopi dan mengajak yang lain," kata Leni kepada Kompas.com, Rabu (17/11/2021).

Selaku pihak sekolah, Leni menyambut positif ide tersebut, lantas bersama para orangtua murid mulai mengumpulkan satu demi satu bungkus kopi.

“Tekniknya diajari dulu sama yang bisa itu, selanjutnya ya setiap jam anak-anak belajar ibu-ibu ini membuat kerajian seperti ini,” ujar dia.


Satu kerajinan butuh waktu hingga tiga hari

Selain bisa memakan waktu seharian hingga tiga hari, hal yang pertama dilakukan adalah mencari pola desain dengan melihat gambar yang ada di bungkus kopi.

“Misal gambar di cangkang kopi merek ini kalau disambung-sambung bisa tampak seperti pola bunga-bunga. Jadi, tidak asal anyam harus dlihat dulu alur gambarnya jadi seperti apa,” kata Leni.

Kini, sudah puluhan kerajinan lahir dari tangan ibu-ibu ini.

Banyak dipesan, harga mulai Rp 20.000

Hasilnya tak hanya dipakai sendiri dan untuk kebutuhan sekolah, akan tetapi juga untuk dijual.

Kerajinan orangtua murid PAUD ini pun sudah banyak dipesan, dan beberapa kali berpartisipasi dalam lomba, pameran dan kegiatan bazar.

“Kalau untuk harga tergantung ukurannya, untuk tikar misalnya dijual Rp 200.000, untuk kerajinan yang kecil-kecil kisarannya Rp 50.000,” sebut Leni.

Leni menuturkan, kegiatan tersebut selain memberdayakan ibu-ibu juga menjadi media edukasi bagi peserta didik.

Menurutnya, kesadaran zero waste harus ditanamkan sedari dini untuk menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah plastik yang semakin tak terkendali, seiring pemakaiannya yang terus meningkat.

“Setidaknya apa yang kami lakukan sedikit banyak bisa mengurangi limbah plastik yang ada,“ ucap Leni.


Cerita salah satu orangtua: kudu sabar, lumayan lama proses pengerjaannya

Selain waktu senggangnya saat menunggu anak belajar di kelas menjadi lebih bermanfaat, juga bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai guna.

"Biasanya kan sampah dibuang, apalagi yang bahan plastik ini sepengetahuan saya lama terurainya. Jadi alangkah bergunanya kalau dimanfaatkan untuk hal yang berguna,” kata Siti.

Warga Pataruman ini mengaku, awalnya kesulitan, namun seiring waktu kini sudah terampil membuat berbagai kerajinan dari bahan daur ulang limbah ini.

Dikatakan, sebelum bungkus kopi dianyam, sebelumnya dibersihkan dan digunting di kedua sisi untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan.

“Pertama mencari pola gambarnya dulu, setelah dapat ya tinggal anyam sampai selesai. Kudu sabar tapinya karena lumayan lama proses pengerjaannya,“ ucap ibu tiga anak ini.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/18/111032478/tunggui-anak-belajar-di-paud-orangtua-sulap-sampah-bungkus-kopi-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke