Salin Artikel

Premium Hilang dari SPBU, Sopir Angkot di Manado Tuntut Kenaikan Tarif

Mereka menuntut pemerintah menaikkan tarif angkutan kota dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.400

David Kadeger, sopir angkot Paal Dua mengatakan, tuntutan kenaikan tarif ini sangat beralasan.

Sebelumnya, para sopir membeli Premium dengan harga Rp 6.450.

"Tiba-tiba Premium hilang dari SPBU, khusus di Kota Manado. Pemerintah lewat Pertamina hanya menjual BBM jenis Pertalite Rp 7.250. Berselang beberapa waktu harga Pertalite naik menjadi Rp 7.850," ungkap David saat menyampaikan aspirasi.

Menurut dia, dengan kebijakan pemerintah itu, para sopir angkot tidak ada pilihan.

"Pemerintah paksa kita harus beli ini. Kondisi ini membuat kami tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan di rumah," ujarnya.

Dia menyebutkan, rata-rata para sopir angkot mendapatkan penghasilan Rp 150.000 per hari. Jumlah itu harus dibagi tiga, pemilik angkot, bensin, dan sopir.

Keadaan itu membuat para sopir hanya bisa membawa pulang uang sebesar Rp 50.000 setelah seharian bekerja.

Dengan harga BBM yang sudah lebih mahal, kata dia, harus diubah tarif yang ada.

"Kita berharap tarif menjadi Rp 5.400," harap David.

David pun mempertanyaan stok Premium yang ada di Kota Manado.

"Ada informasi Premium bukan tidak ada, tapi dialihkan dari dalam kota ke luar daerah, seperti Minahasa Utara, Bitung dan daerah Tomohon masih ada Premium. Kenapa seperti ini? Apa yang terjadi? Kasihan sopir angkot," ucapnya.

Menanggapi keluhan para sopir angkot ini, anggota Komisi III DPRD Sulut Ayub Alih mengatakan, menaikkan harga tarif harus disertai dengan surat keputusan (SK) kepala daerah.

"Jadi, bukan kemauan pribadi-pribadi," tutur Ayub saat menerima aksi demo tersebut.


Saat itu juga, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu langsung menghubungi pihak Pertamina wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Sulutgo).

Pembicaraan dengan Pertamina didengarkan Ayub kepada para sopir yang melakukan aksi.

Sales Area Manager Pertamina Sulutgo Tito Rivanto menjelaskan, pihaknya sudah ada program lagit biru dan sudah dikonumikasi dengan Gubernur Olly Dondokambey dan Wali Kota Manado Andrei Angouw.

"Memang sesuai arahan pemerintah, untuk Premium kita sesuaikan penyalurannya supaya sesuai dengan kualitas bahan bakar. Jadi kita bertahap menyesuaikan penyaluran premium," sebutnya.

Ia menambahkan, Premium tidak langsung dihilangkan, tapi bertahap.

"Dan kita sudah komunikasikan dengan Gubernur dan Wali Kota, dan sudah ada dukungan tertulis dari pemda," katanyam

Untuk Kota Manado sendiri sudah tidak ada lagi Premium mulai Maret kemarin dan sudah sekitar delapan bulan berjalan sampai sekarang.

Lanjut dia, pihaknya juga memberikan diskon untuk Pertalite.

"Kemarin kita memang ada program memberikan diskon, tapi ada batas waktu. Jadi kita tidak bisa memberikan secara terus menerus. Diskonya sudah habis awal bulan ini," ujarnya.

Dia berharap, DPRD Sulut bisa membantu berkoordinasi dengan pihak Pemkot Manado terkait tarif.

"Karena tarif tidak diranah kami. Jadi mohon Pak Ayub dibantu koordinasi dengan Pemkot Manado," harapnya.

Ayub sendiri mengatakan kepada para sopir, akan mengawal aspirasi tersebut.

"Laporan ini akan saya sampaikan kepada Ketua DPRD. Saya juga siap membantu para sopir untuk bertemu dengan Wali Kota Manado menyampaikan keluhan dan tututan ini. Semoga ke depan ada solusi," tandas Ayub.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/16/121228778/premium-hilang-dari-spbu-sopir-angkot-di-manado-tuntut-kenaikan-tarif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke