Salin Artikel

Cerita Pemuda di Banyuwangi, Raup Rp 40 Juta Sebulan dari Berjualan Replika Samurai

Usaha Rizal tergolong unik. Dia membuat replika pedang samurai.

Berawal dari kegemaran, bermodal Rp 50.000

Rizal merintis usaha tersebut berawal dari kegemarannya pada anime (karya animasi khas Jepang).

Pemuda tersebut memanfaatkan limbah kayu jati menjadi replika pedang samurai yang dia pasarkan melalui marketplace.

Tak disangka, ternyata karyanya banyak diminati.

Produknya dibeli penggemar anime Jepang dari berbagai kota di Indonesia, mulai Surabaya, Jakarta, Bandung, hingga kota-kota lainnya. 

Kini dalam sebulan, Rizal bisa meraih omzet hingga Rp 40 juta.

"Saya suka anime. Awalnya modal Rp 50.000, saya buat sendiri pedang samurai dari limbah kayu jati," kata Rizal, saat berbincang dengan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, dalam keterangan tertulis, Senin (15/11/2021).

Dijual Rp 250.000

Rizal memulai usahanya pada 2017. Dia mengatakan mulanya mencoba berjualan secara online. Ternyata produknya langsung diminati.

Bahan baku membuat miniatur pedang tersebut dibuat dari limbah kayu jati yang dia peroleh dari pengusaha mebel sekitar desanya.

"Dari situ saya memberanikan diri untuk fokus ke usaha ini," tambahnya. 

Awalnya semua produk dia kerjakan seorang diri. Satu replika pedang samurai buatannya dibanderol Rp 200.000 hingga Rp250.000 melalui Cacaek Shop Handmade di marketplace seperti Shopee.

"Karena pesanan mulai banyak, saya merekrut teman-teman saya, sampai sekarang punya 6 pegawai," jelasnya. 


Menurut Rizal, biasanya orang membeli produk buatannya untuk untuk properti cosplay, hiasan, atau mainan anak-anak. 

Selain mengunjungi produksi replika pedang samurai, di Desa Barurejo, Bupati Ipuk juga mengunjungi produksi konveksi pakaian kekinian yang diproduksi anak-anak lulusan SMK. 

"Mulai celana, kemeja, dan lainnya ini dikerjakan oleh lulusan SMK. Kami memiliki 22 penjahit anak-anak muda lulusan SMK di desa ini," kata Fatah Deden Hidayat (32), pemilik konveksi. 

Mereka bisa menghasilkan ribuan pakaian, yang telah tersebar ke berbagai daerah.

Dia mengaku tiap bulannya bisa menghasilkan omset Rp 50 juta meski di tengah pandemi.

Usaha yang dijalankan sejak 2012 lalu telah memberdayakan pemuda sekitar untuk mengurangi pengangguran.

“Banyak anak muda di desa ini yang di-PHK dari tempat kerjanya karena pandemi. Mereka Kami rekrut dan kami latih untuk bekerja di tempat ini," kata Fatah. 

Bupati Ipuk mengatakan, saat ini di Banyuwangi terus bermunculan anak-anak muda kreatif yang mengembangkan berbagai jenis ekonomi kreatif di desa-desa. 

"Anak-anak muda sekarang memiliki citra rasa tersendiri. Dalam setiap hal mereka ingin sesuatu yang berbeda, termasuk mengembangkan usaha," kata Ipuk. 

"Seperti yang dilakukan anak-anak desa Barurejo ini, sangat menginspirasi anak muda lain agar dapat memanfaatkan peluang yang berawal dari hobinya," tambah Ipuk.

Itulah menurut Ipuk yang membuat Banyuwangi terus membuat agenda yang mendorong peningkatan kreativitas anak-anak muda.

Seperti beberapa waktu lalu, Banyuwangi menggelar Moeslem Fashion Festival untuk mendorong desainer muda meningkatkan kreativitasya. 

"Kami juga memiliki program Jagoan Tani, Jagoan Bisnis, dan Jagoan Digital yang menginkubasi anak-anak muda untuk mengembangkan sektor kreatif usaha bisnis dan pertanian. Serta banyak program-program Banyuwangi yang melibatkan anak-anak muda," tambah Ipuk.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/15/162213578/cerita-pemuda-di-banyuwangi-raup-rp-40-juta-sebulan-dari-berjualan-replika

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke