Saksi yang pertama kali melihat Fery tengkurap di pinggir sungai adalah Sriatun (46), warga yang rumahnya berada di pinggir Sungai Rau.
Menurut keterangan saksi, sebelumnya Fery diketahui sedang memancing.
Lihat korban dengan kepala terbenam
Kepala Seksi Humas Polres Blitar Iptu Udiyono mengatakan, Sriatun mendapati Fery tengkurap di pinggir sungai saat dirinya pergi ke belakang rumahnya untuk memetik nangka muda sekitar pukul 12.30 WIB.
"Pohon nangka itu hanya sekitar tiga meter dari bibir sungai di mana korban dilihatnya tengkurap dan kepalanya terbenam ke air sungai," ujar Udiyono saat dikonfirmasi Kompas.com melalui telepon, Senin petang.
Menurut Udiyono, Sriatun kemudian memberitahukan hal itu ke sejumlah tetangganya di Kelurahan Sutojayan.
Warga lalu mendatangi lokasi tersebut dan mendapati korban ternyata sudah tidak bernyawa.
Diduga gangguan saraf
Udiyono mengungkapkan, polisi telah melakukan pemeriksaan tempat kejadian (TKP).
Hasilnya, tidak ditemukan bukti-bukti mencurigakan yang dimungkinkan menjadi penyebab kematian korban.
Informasi yang diberikan pihak keluarga, kata dia, bahwa Fery mengalami gangguan saraf akibat benturan pada kepalanya saat terlibat kecelakaan 12 tahun silam.
"Tahun 2009 korban pernah mengalami kecelakaan di Bali dan mengalami gegar otak parah. Apabila sedang capek, korban akan kejang-kejang," ujarnya.
Selain peralatan memancing, polisi juga menemukan obat di tas korban.
Kata Udiyono, korban yang hobi memancing itu selalu membawa obat yang diresepkan oleh dokter spesialis saraf.
"Menurut keluarga, seharusnya obat itu diminum untuk menghindari terjadinya kejang yang datangnya tiba-tiba," kata dia.
Dugaan polisi, ujar Udiyono, Fery kehabisan napas setelah mengalami kejang-kejang sehingga dirinya terjatuh tengkurap dengan posisi kepala terbenam ke air.
"Jadi seperti orang tenggelam," ujarnya.
https://regional.kompas.com/read/2021/11/08/200521978/pemancing-di-blitar-ditemukan-tewas-di-sungai