Salin Artikel

62 Bahasa Asli Maluku Terancam Punah, Ada yang Hanya Digunakan 1 Penutur Berusia 80 Tahun

Harlin mencontohkan Bahasa Masarete dari Kabupaten Buru. Saat ini hanya ada satu penutur bahasa tersebut yang usianya sudah lebih dari 80 tahun.

Menurutnya, jika pengetahuan dan komunikasi Masarete dari penutur asli tak segera ditransfer maka akan benar-benar punah seperti Bahasa Lowon.

Bahasa Lowong adalah bahasa dari Desa Latea, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah.

Bahasa tersebut dinyatakan punah setelah satu-satunya penutur asli bahasa tersebut meninggal dunia saat gempa bumi lima tahun lalu.

Ia menjelaskan ada 62 bahasa asli daerah Maluku yang terdata di Peta Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di antaranya bahasa Alune, Ambalau, Asilulu, Balkewan, Banda, Barakay, Batulei, Bobar, Boing, Buru, Damar Timur dan Dawelor.

Setahun yang lalu, Kantor Bahasa Provinsi Maluku telah mengusulkan Bahasa Koa dengan penutur asli Suku Ane di Kabupaten Maluku Tengah, Bahasa Emar dari Pulau Kesui dan Bahasa Taul dari Desa Atiahu, Kecamatan Siwalat, Kabupaten Seram Bagian Timur untuk menambah 62 bahasa daerah yang terdata.

Sedangkan tahun ini, pihaknya kembali mengusulkan dua bahasa daerah lainnya yakni Bahasa Teor dan Bati dari Kabupaten Seram Bagian Timur agar masuk dalam Peta Bahasa.

"Sesama suku gunakanlah bahasa daerah, berbeda suku gunakan bahasa Indonesia, kalau berbeda negara maka gunakan bahasa asing. Penutur asli bertanggung jawab terhadap bahasa daerahnya jadi harus direvitalisasi dan dituturkan sehari-hari, baik secara formal maupun non formal di lembaga pendidikan atau di pertemuan adat," kata Harlin Turiah, Rabu (3/11/2021) dikutip dari Antara.

Urutan nomor satu setelah Papua dan NTT

Ia mengatakan dibandingkan dengan provinsi lainnya, terutama kawasan timur Indonesia seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur, bahasa asli daerah Maluku berada di urutan pertama yang terancam punah seiring perkembangan zaman.

"Salah satu ancaman kebahasaan yang paling besar di Indonesia ada di Maluku, lebih cepat dibandingkan beberapa provinsi lain seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur, karena tidak ada upaya untuk pelestarian maupun revitalisasi dari pemerintah dan masyarakat," kata dia.

Selain semakin sedikitnya jumlah penutur asli di kalangan muda, kurangnya upaya pemerintah dan masyarakat setempat untuk melestarikan dan melindungi bahasa mereka melalui pembelajaran sehari-hari menjadi faktor utama terhadap punahnya bahasa daerah.

"Beberapa bahasa daerah Maluku terancam punah. Ini seharusnya segera diantisipasi karena lama-lama bahasa yang seharusnya menjadi bagian dari kebudayaan menghilang begitu saja," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/04/052500578/62-bahasa-asli-maluku-terancam-punah-ada-yang-hanya-digunakan-1-penutur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke