Salin Artikel

Mengenal Mata Pencaharian Warga Baduy di Pedalaman Banten

LEBAK, KOMPAS.com - Desa Adat Baduy saat ini menjadi destinasi populer di Provinsi Banten.

Apalagi, sejak pakaian adatnya dipakai oleh Prseiden Joko Widodo, nama Baduy kian melambung.

Jauh sebelum menjadi destinasi wisata, Suku Baduy dikenal sebagai masyarakat yang tertutup.

Sulit bagi warga luar untuk berkunjung ke lokasi tersebut sebelum keran wisata dibuka pada awal tahun 2000.

Sebelum ramai dikunjungi wisatawan, warga Suku Baduy hidup sebagai petani.

Kini sebagian warganya ada yang bekerja sebagai pemandu wisata hingga pedagang.

Hal ini terjadi karena banyaknya pengunjung yang datang, sehingga dimanfaatkan oleh warga Baduy sebagai peluang lain.

Kepala Desa Kanekes, Saija mengatakan, ada sejumlah mata pencaharian yang digeluti oleh warga Suku Baduy saat ini, berikut di antaranya:

1. Petani

Mayoritas warga Baduy bermata pencaharian sebagai petani, terutama warga Baduy Dalam.

Mereka berkebun atau menanam padi di ladang atau Huma untuk memenuhi kebutuhan hidup keseharian.

Selain padi, mereka juga menanam jahe dan kencur untuk kemudian dijual ke pasar.

"Bertani jadi mata pencaharian utama, selain mengolah kebun sendiri, warga Baduy juga banyak yang ngahuma (peladang) perkebunan warga lain di luar Kanekes dan mendapat upah," kata Saija.

Disamping berkebun, petani Baduy juga membuat gula dari aren serta mencari sarang lebah hutan untuk diambil madunya.

Komoditas utama dari sektor pertanian di Baduy antara lain, kencur, jahe, gula aren, durian dan madu.

2. Pemandu wisata

Sejak wisatawan banyak datang ke Desa Adat Baduy, pekerjaan sebagai pemandu wisata mulai dijalani oleh mayoritas anak-anak muda di Baduy.

Tugas mereka mengantar wisatawan yang hendak berkunjung ke Baduy Dalam.

Diketahui, wisatawan diwajibkan menggunakan pemandu dari warga lokal untuk menghindari tersesat atau sebagai penerjemah saja dalam berkomunikasi dengan warga Baduy Dalam.

Jumlah warga asli Baduy yang bermata pencaharian sebagai pemandu wisata kini mencapai sekitar 30 orang.

"Tapi belakangan, banyak juga pemandu lokal yang bukan dari warga Baduy, mereka warga sekitar Desa Kanekes," kata dia.

3. Pedagang

Ramainya kunjungan yang datang juga dimanfaatkan oleh warga Baduy, terutama warga di jalur wisata untuk menjajakan produk khas Baduy.

Produk yang dijual seperti kain tenun, pakaian adat baduy, lomar atau ikat kepala dan tas khas Baduy bernama Koja serta madu.

Saat sedang musim panen, mereka juga menjual hasil tani seperti jahe, kencur dan durian.

Selain berjualan di tanah Baduy sendiri, sebagian warga Baduy juga ada yang pergi ke kota seperti Rangkasbitung hingga Jakarta untuk berjualan madu.

"Warga Baduy yang berdagang tersebar di kampung-kampung di jalur wisata seperti Kaduketug, Balimbing, Marengo dan Cijahe," kata dia.

Menurut data dari Desa Kanekes, jumlah penduduk Baduy kini mencapai sebanyak 11.700 warga di Baduy Luar dan 1.500 warga di Baduy Dalam.

Mereka menempati 65 kampung dan tiga kampung di Baduy Dalam yakni Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo.

"Sekitar 98 persen warga Baduy sebagai petani, sisanya pedagang dan pemandu wisata," kata Sarpin, salah satu tokoh di Baduy Luar dan juga bertugas di Desa Kanekes sebagai Kepala Urusan Pemerintah.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/01/132549778/mengenal-mata-pencaharian-warga-baduy-di-pedalaman-banten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke