Salin Artikel

Derita Ribuan Petani Demak yang Bakal Tercekik Utang karena Harga Bawang Merah Anjlok

Betapa tidak, selama 2 tahun ini hasil panen tak bisa mereka nikmati secara maksimal.

Saat panen pada 2020, para petani hanya bisa menggigit jari karena produksi tak sesuai harapan.

Entah karena anomali cuaca atau karena faktor lain sehingga bawang merah yang dipanen berkualitas sangat rendah.

Sementara pada tahun ini, masalah yang mereka hadapi adalah harga bawang merah yang merosot tajam sehingga tak bisa menutup ongkos produksi.

Padahal modal budidaya bawang merah tersebut mereka dapatkan dari utang di beberapa bank.

Makudi (55) dan ribuan petani bawang merah asal Desa Kunir, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, sudah waswas menyongsong panen raya bawang merah yang dijadwalkan beberapa pekan lagi.

Idealnya, jika ingin kembali modal produksi, harga jual bawang merah dari petani ke pengepul per kilogram minimal Rp 15.000.

Namun kenyataannya, pada hari-hari terakhir ini bawang merah super hanya dihargai pada kisaran Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per kilogram.

Sementara harga bawang merah kualitas di bawah super hanya sekitar Rp 4.000 sampai Rp 6.000 per kilogram.

"Tapi mau bagaimana lagi, berapapun harganya tetap harus dijual karena bawang merah mudah membusuk," keluh Makudi kepada Kompas.com, Sabtu (30/10/2021).

Petani lainnya Kamsun (37) mengungkapkan, jika sampai dengan panen raya harga bawang merah belum stabil, mereka akan menanggung rugi besar.

"Bayangkan, untuk modal tanam bawang merah saya mengeluarkan sekitar Rp 300 juta, jika harga jual masih di bawah Rp 15.000 per kilogram maka kemungkinan hasil panen saya hanya dihargai sekitar Rp 100 juta," ungkap Kamsun dengan air muka muram.


Para petani lain yang kebetulan berada di dekat Makudi dan Kamsun juga mengiyakan yang disampaikan oleh kedua rekan mereka.

Sorot mata para petani di Kota Wali tersebut tampak resah, mereka kebingungan bagaimana cara menutup hutang modal jika harga tanaman mereka tak segera naik.

Jika dihitung secara kasar, hutang modal ribuan petani satu desa ini sudah sekitar Rp 20 miliar.

Para petani sudah mulai kesulitan menanggung hutang tersebut sejak tahun lalu karena gagal panen.

"Apakah tahun ini kami juga akan kembali kesulitan dengan cicilan di bank jika harga bawang merah tetap rendah seperti ini?" tanya Kamsun secara retoris.

Kekhawatiran para petani bawang merah ini juga turut menumbuhkan empati bagi M Romli, Kepala Desa Kunir, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Ia menyatakan 80 persen warganya adalah petani bawang merah. Jika terus menerus merugi mungkin desanya akan dilanda paceklik berkepanjangan.

Semula, para petani di desanya tetap bertahan pada budidaya padi, tetapi ketika tahu bahwa bertani bawang merah lebih menjanjikan, mereka pun langsung beralih komoditas.

"Kami pernah mengalami masa jaya di tahun 2017 hingga tahun 2019. Satu petani bisa mendapatkan keuntungan bersih hingga ratusan juta rupiah dari hasil panen bawang merah di lahan mereka," tutur Romli.

Namun apa daya, tahun 2020 tepat saat corona mewabah di dunia, hasil panen bawang merah pun turut merosot tajam. Dampaknya mulai terasa sejak saat itu.

Pemdes Kunir sudah melayangkan surat permohonan audiensi kepada stakeholder agar segera dicarikan solusi sebelum panen raya beberapa hari lagi.

Namun hingga saat berita ini diturunkan,Sabtu (30/10/2021) belum ada respons dari pihak terkait.

"Kami tetap harus audiensi. Pemerintah harus menjamin kelangsungan kesejahteraan petani. Negara harus hadir dalam masalah ini," tekad Romli.

Terakhir, Romli berharap Pemerintah membuat terobosan agar bisa ekspor atau ada kerjasama dengan industri. Jangan terjebak oleh permainan para kapitalis.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/30/141806478/derita-ribuan-petani-demak-yang-bakal-tercekik-utang-karena-harga-bawang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke