Salin Artikel

YouTuber, Sinta-Jojo, dan Pentingnya Mengetahui Konten YouTube yang Ingin Dibuat

Nama-nama tersebut sempat heboh di Indonesia lewat video iseng mereka di YouTube.

Sinta dan Jojo pada 2010 silam membawakan lagu Keong Racun secara lipsync dipadukan dengan gayanya yang khas.

Video ini membuat Sinta dan Jojo diundang ke berbagai televisi. Namun, ketenaran mereka tak berlangsung lama.

Setahun kemudian, muncul video viral lainnya, yakni video lipsync seorang polisi bernama Norman Kamaru yang saat itu tengah piket tugas.

Sama dengan Sinta dan Jojo, nama Norman pun hanya melejit sesaat.

Pengamat Media Sosial, Hariqo Wibawa Satria mengatakan, dari kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa menggantungkan hidup dari YouTube tidaklah mudah.

“Faktanya tidak semudah yang dibayangkan,” ujar Hariqo, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/10/2021).

Tahu konten yang ingin dibuat

Hariqo melihat banyak YouTuber Indonesia, khususnya anak muda menjadi konten kreator tanpa literasi yang baik.

Akibatnya, mereka bingung konten apa yang menarik untuk dibuat.

Hal tersebut tentu saja membuang banyak waktu.

Hariqo mengumpamakan seorang anak yang ingin menjadi olahragawan.

Tentu saja seorang olahragawan harus bekerja keras di lapangan.

Namun, karena tergiur dengan cuan konten YouTube dan hasrat menambah subscriber, dia hanya sibuk untuk membuat video.

Ujung-ujungnya malah konten tidak menghasilkan uang, cita-citanya sebagai atlet pun menguap begitu saja. Anak ini akhirnya tidak mendapat keduanya.

Untuk itu, buatlah konten yang mendukung cita-cita.

Misalnya, jika Anda ingin menjadi psikolog, maka buatlah konten tentang psikologi. Ingin jadi penyanyi, buat konten cover lagu dan lainnya.

Namun tentunya konten-konten tersebut harus didukung dengan literasi yang kuat, wawasan kebangsaan, melalui beragam diskusi. Bila tidak, konten tersebut tidak akan ada isinya.

“YouTube itu cukup menjanjikan asal tidak mengikuti yang sudah tren,” ujar CEO Komunikonten.

YouTube belum slowdown

Hariqo melihat dalam waktu dekat YouTube belum akan slowdown.

Sebab, YouTube masih sangat ramai digunakan, tidak hanya untuk masyarakat tapi juga oleh perusahaan atau organisasi.

Ada sejumlah perusahaan kecil yang tak mempunya budget berlebih untuk membuat bank data atau memiliki server, terpaksa menjadikan YouTube sebagai solusi alternatif untuk menyimpan data mereka. 

Konten apa saja yang laku di YouTube?

Hariqo mengungkapkan, musik masih menjadi konten yang banyak ditonton orang.

Alasanya karena musik merupakan sebuah hiburan dan relatif tidak ada muatan ideologi apa pun, sehingga selalu bisa didengarkan berulang-ulang.

Konten lainnya yang laku dan sering dicari adalah video pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), tips, dan how to.

Hoaks

Tentu saja YouTube juga memiliki kelemahan seperti platform media sosial lainnya.

Hariqo melihat kelemahan YouTube adalah obyektivitas. YouTube tidak obyektif dibanding media mainstream. Hal ini bisa menyuburkan hoaks.

Contohnya mengenai nama makam Ataturk. Bila diperhatikan banyak hoaks beredar, salah satunya yang menyebut makam Ataturk bau busuk karena tidak diterima bumi.

Meski media mainstream menjelaskan bahwa informasi itu hoaks, masyarakat masih saja ada yang percaya.

Untuk itu masyarakat harus berpikiran terbuka, membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi satu saluran saja.

Walaupun media mainstream tidak 100 persen netral, tapi dibanding saluran internal, media mainstream jauh lebih baik.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/28/155903078/youtuber-sinta-jojo-dan-pentingnya-mengetahui-konten-youtube-yang-ingin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke