Salin Artikel

YouTuber Asal Bali Yudist Ardhana: Content Creator Harus Tahu Etika (Bagian 2)

Jejaknya dalam pembuatan content digital pun cukup mentereng. Misalnya, ia pernah berkolaborasi dengan Raffi Ahmad, Baim Wong, Ria Ricis, Demian Aditya, hingga Merry Riana.

Selama lebih dari lima tahun berkarir di industri YouTube, pria kelahiran 13 Oktober 1987 di Denpasar itu mengaku selalu mengedepankan etika dalam setiap konten yang diproduksi.

"Sebagai content creator harus tahu etika. Etika sangat penting, karena setelah semakin banyak followers dan subscriber-nya justru tanggung jawabnya semakin besar," kata Yudist saat berbincang dengan Kompas.com di Denpasar, Senin (25/10/2021).

Yudist menyoroti konten prank sampah yang sempat viral pada Mei 2020. Konten itu, berisi tentang seseorang berpura-pura membagikan bingkisan sembako yang ternyata di dalamnya berisi batu dan sampah.

Model konten semacam itu, kata Yudist, tak seharusnya dibuat. Apalagi, jika tujuannya hanya untuk mendapatkan subscriber.

"Jadi itu sempat viral ada orang yang bagi-bagi semabako tapi pas dibuka isinya sampah dan itu dikontenkan, itu salah menurut saya," kata dia.

Yudist selalu mempertimbangkan banyak hal jika akan membuat konten.

Bahkan sebelum konten itu diupload di kanal YouTube miliknya, ia bersama tim manajemen selalu berdiskusi tentang kemungkinan dampaknya.

"Apakah akan ada pihak-pihak yang dirugikan atau tidak. Jadi memang harus hati-hati dalam berkonten. Jangan sampai berkonten yang menyinggung orang," terangnya.

Ia mengaku, beberapa kali sempat dikomplain terkait konten yang dibuat. Bahkan, sejumlah konten yang ia tayangkan, terpaksa harus diedit ulang dengan cara blur online, cuting online, hingga di-private agar tak bisa diakses masyarakat luas.

Meski tak berdampak jauh terhadap perjalanan karirnya sebagai YouTuber, komplain itu dijadikan sebagai pelajaran agar lebih baik dalam berkarya.

"tapi kalau sekarang sudah enggak, kan konten kita sekarang fun, lebih banyak main, traveling," tuturnya.

Yudist mendorong anak muda yang akan terjun ke dunia digital untuk membuat konten yang positif. Menurutnya, ada tiga konten yang bisa dipilih, di antaranya konten hiburan, berita, dan edukasi.

Ketiga konten itu harus dibarengi dengan etika agar konten yang dibuat bisa lebih berkualitas.

"Kalau untuk teman teman yang menjadi konten creator, ya pesan berkontenlah yang positif. Positif itu ada tiga, hiburan, berita, edukasi, dan semua harus tahu etika," kata dia.


Selain konten yang positif, keberanian juga menjadi kunci bertahan di industri YouTube. Menurut alumni Fakultas Desain jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan Karawaci Tangerang (2011) itu, industri digital menjadi hal yang harus diperhitungkan.

Menurutnya, digital dapat menembus jarak, ruang, dan waktu, bahkan beberapa pihak, lanjut Yudist, menyebut bisnis digital adalah bisnis anti-krisis.

"Hari ini itu sudah zamannya digital, bahkan sebelum pandemi itu sudah zamannya 4.0. Jadi buat teman-teman semua, manfaatkan internet sebaik-baiknya, karena sudah tidak ada lagi yang namanya daerah, ibu kota, semuanya sama dengan memanfaatkan internet," kata dia.

Ia meyakini, dengan menggeluti industri digital, akan banyak lapangan pekerjaan yang dimungkinkan didapat oleh anak muda Indonesia.

"Sekarang saya ingin ada bisnis-bisnis (digital) lain, supaya agar lebih banyak lagi orang yang bisa kerja. jadi buka lapangan kerja lah istilahnya," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/26/054500978/youtuber-asal-bali-yudist-ardhana--content-creator-harus-tahu-etika-bagian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke