Salin Artikel

Kisah Pedagang Cilok Jadi YouTuber, Awalnya Sempat Bongkar Celengan untuk Beli Ponsel Berkamera

KOMPAS.com - Sutirwan namanya. Di YouTube, pria asal Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ini punya channel bernama Angger Pradesa.

Channel-nya tersebut saat ini memiliki 107.000 subscribers.

Dalam unggahannya, Angger kerap menampilkan kegiatan memasak makanan tradisional di alam bebas.

Untuk membuat konten tersebut, Angger dibantu oleh istrinya, Tarinah (36), dan ibu mertuanya.

Tarinah bertugas mengoperasikan kamera. Sedangkan, Angger dan ibu mertuanya berada di depan layar. Keduanya memasak makanan.

“Makanan yang saya buat konten ini merupakan makanan yang terbiasa saya makan sejak kecil dulu," ujar Angger saat ditemui Kompas.com belum lama ini.

Sewaktu mengedit video, Angger dan istri melakukannya di ponsel.

“Enggak punya komputer soalnya, adanya ponsel," ucapnya.

Dari channel YouTube-nya, Angger mengaku bisa mendapatkan uang sekitar Rp 10 juta tiap bulan.

"Sekarang rata-rata saya dapat Rp 10 juta per bulan, kadang lebih, kadang juga kurang. Sebagian uangnya saya pakai untuk investasi tanah," ungkapnya.

"Setelah menikah saya jualan cilok keliling, sekitar tahun 2002. Awalnya dipikul, kemudian pakai gerobak dorong, tapi waktunya habis di jalan, jadi saya kredit motor," tuturnya.

Keinginan Angger untuk menjadi YouTuber tercetus usai bertemu Siswanto alias Siboen (38).

Siboen adalah sosok yang menjadi inisiator Kampung Youtuber di Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.

Saat itu, Siboen kerap membuat konten dengan memborong dagangan cilok Angger.

Merasa tertarik, Angger lantas menemui Siboen untuk belajar menjadi YouTuber.

"Saya tertarik menjadi YouTuber untuk menambah penghasilan. Jualan cilok kadang sehari habis, kadang sampai tiga hari, kadang sampai modal habis," sebutnya.

Cita-cita Angger sempat terkendala. Pasalnya, dia hanya punya ponsel lawas tanpa kamera.

Akhirnya, demi memiliki ponsel berkamera, Angger membongkar celengan yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun.

“Saya dapat uang sekitar Rp 2 juta. Saya ditemani Mas Siboen membeli ponsel, sampai sana saya sempat termenung karena uangnya kurang. Akhirnya kekurangannya dibayari Mas Siboen," kenangnya.

Mulai saat itu, niatan Angger menjadi YouTuber bertambah kuat.

Awalnya, Angger mengisi channel-nya dengan video-video dirinya saat berjualan cilok.

"Pagi saya menyiapkan cilok, siang berjualan sambil nge-vlog. Sepulang jualan, malam harinya saya buat konten misteri," bebernya.

Namun, sejak pandemi Covid-19, Angger memutuskan berhenti jualan cilok.

"Sejak awal pandemi Covid-19 saya berhenti berjualan cilok dan fokus di YouTube, karena jualannya sepi, gang-gang ditutupi semua," terangnya.

Mulai 2019, Angger mengubah konten di channel-nya dengan kegiatan memasak di alam bebas, seperti yang dilakukannya sekarang ini.

Angger mempunyai dua tips bagi yang ingin berkarya menjadi YouTuber, yakni kreatif dan konsisten mengunggah konten.

"Youtuber harus kreatif, harus ditekuni. Seperti orang memelihara kambing, kalau tidak diurus tidak akan menghasilkan keuntungan," tuturnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2021/10/25/144902778/kisah-pedagang-cilok-jadi-youtuber-awalnya-sempat-bongkar-celengan-untuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke