Salin Artikel

Awalnya Dubing Film India dengan Bahasa Batak, Pengantar Galon Air Sukses Jadi YouTuber

Bahkan, ia tidak pernah membayangkan kehidupannya akan menjadi seperti saat ini.

Awalnya, Julkarnain banyak menggeluti pekerjaaan sebagai pekerja kasar.

Namun, kini Julkarnain terbilang sukses setelah menjalani profesi baru sebagai YouTuber.

"Saya juga tidak pernah menyangka bisa seperti ini. Tapi alhamdulillah, apa yang saya tekuni akhirnya berbuah hasil," kata Julkarnain saat ditemui Kompas.com, Sabtu (23/10/2021).

Julkarnain menceritakan, ketertarikannya terhadap dunia YouTube berawal pada 2018.

Saat itu, dia masih bekerja sebagai pengantar galon air di seputaran Kota Padang Sidempuan, Sumatera Utara.

Dia terinspirasi dari video-video dubing yang ada di media sosial.

Kemudian, Julkarnain iseng-iseng mencoba merekam suaranya dan mengunggah di akun Instagram milknya.

Video dubing itu ternyata menjadi viral.

"Mulanya saya iseng-iseng coba dubing potongan video film India Shah Rukh Khan, saya isi dengan suara saya. Tapi dengan bahasa daerah Tapanuli Selatan (Batak Angkola), mungkin banyak yang heran, kok film Shah Rukh Khan pakai bahasa Batak," kata Jul sambil tertawa.

Rupanya, video-video dubing hasil ciptaannya banyak diunggah ulang di berbagai media sosial lainnya.

Dari situ, Jul berpikir untuk membuat konten serupa di media sosial YouTube.

"Nah, mulanya dari Instagram, baru saya coba beralih ke YouTube. Ketika ada waktu luang, setelah bekerja mengantar air galon ke rumah-rumah pelanggan, di situ saya belajar sendiri (otodidak)," ujar Jul.

Baru satu minggu membuat dan mengisi video-video di akun YouTube, ternyata respons netizen sangat baik.

Dalam sepekan, saluran YouTube Jul sudah tembus 1.000 subscriber atau pelangan.

Hingga kini, akun YouTube yang diberinya nama "PAPAZACK87" (Sidimpuan Dubbing) itu sudah memiliki 123.000 subscriber.


Pindah dari kota ke desa

Jul mengatakan, pada Mei 2019, dia berhenti menjadi pengantar galon air. Dia kembali ke kampung halamannya di Desa Parsuluman, Kecamatan Saipar Dolok Hole (SDH), Kabupaten Tapanuli Selatan.

"Saya melihat, prospek rezeki di media sosial ini cukup menjanjikan. Jadi saya putuskan untuk kembali ke kampung. Di samping ada rumah peninggalan orangtua dan kebun (karet) yang harus diurus, juga biar bisa sambil meneruskan konten-konten saya yang sudah mulai dikenal banyak masyarakat," kata Jul.

Di desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk itu, Jul terus mengembangkan konten-kontennya.

Tidak hanya di YouTube dan Instagram saja.

Jul mencoba memamerkan hasil karyanya di Fans Page Facebook dengan nama akun Sidimpuan Dubbing.

"Jadi ada tiga akun media sosial saya untuk mempublikasikan hasil video-video yang sudah saya edit. Yang pertama Instagram, YouTube dan Fans Page Facebook," kata Jul.

Di Instagram, dengan nama akun Sidimpuan Dubbing, Jul sudah memiliki 199.000 pengikut atau followers.

Namun, di Instagram hanya sebagai media promosi dan ikan, tidak seperti di YouTube dan Fans Page Facebook yang bisa langsung mendatangkan penghasilan.

"Untuk Instagram, saya gunakan untuk endorse atau pesanan orang-orang untuk beriklan. Biasanya jenis usaha-usaha yang ada di sekitar daerah kita, dan saya kreasikan ke dalam video lewat dubing. Alhamdulillah, berpenghasilan juga," ujar Jul.

Puluhan juta rupiah per bulan

Jul mengatakan, penghasilan setelah menjadi YouTuber banyak membantu kebutuhannya sehari-hari.

Bahkan, Ayah tiga orang anak ini sudah memiliki mobil dan membangun rumah peninggalan orangtuanya di kampung.

"Alhamdulillah, rumah peninggalan orangtua di kampung yang saat ini kami tempati bisa dibangun. Mobil untuk transportasi bisa terbeli. Juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama istri dan tiga orang anak saya," ujar suami dari Aisyah Utami Lubis ini.

Jul mengatakan, ia mendapat penghasilan lebih banyak lewat akun Fans Page Facebook dibanding dari YouTube dan Instagram.

"Di Facebook bisa dapat Rp 40 juta, kadang Rp 30 juta, paling sedikit Rp 20 juta. Di YouTube sekitar Rp 8 juta," kata Jul.

Jul menceritakan suka dukanya selama menjadi YouTuber.

Tidak semua kontennya bisa menjadi penghasilan, karena ada aturan-aturan yang harus dijaga.

Jul beberapa kali mendapat teguran dari pihak YouTube, karena video yang digunakannya melanggar hak cipta.

Akibatnya, dia harus menunggu beberapa bulan, agar channel miliknya bisa pulih dan dimonetasi kembali.

"Jadi pernah sampai beberapa bulan tidak dimonetasi, akibatnya tidak ada iklan yang masuk. Jadi penghasilan tidak ada. Apalagi kalau di YouTube lebih ketat peraturannya, terutama masalah hak cipta, tidak seperti di Facebook," kata Jul yang memiliki 1,2 juta pengikut di Fans Page Facebook.

"Ya berkebunlah, namanya juga tinggal di kampung. Kebetulan ada juga kebun karet peninggalan orangtua. Jadi bisa dibilang sebagai petani juga," ucap Jul.

Melibatkan anak dalam berkarya

Konten-konten yang dibuat Jul juga terbilang unik. Ia memilih genre komedi.

Jul juga sampai melibatkan dua anaknya, Zaki (10) dan Gibran (5), untuk mengisi konten-kontennya.

Seperti di beberapa kontennya yang viral, Jul mengambil potongan-potongan video gorila, lalu diisi dengan dubing suaranya dan suara anaknya.

"Isi ceritanya banyak saya buat sesuai dengan realita kehidupan sehari-hari. Jadi di samping menghibur, karena lucu dan membuat tertawa, juga cepat direspons banyak masyarakat," kata Jul.

Audio dubing yang dibuat Jul banyak digunakan TikTokers terkenal hingga artis.

Jul menceritakan, setelah video buatannya banyak yang viral, banyak yang mengambil dan menggunakannya tanpa diketahui.

"Ada TikTokers di Kota Medan yang menggunakan audio konten-konten saya, bahkan sampai terkenal dan punya followers banyak. Bahkan, sampai-sampai beberapa artis seperti Chika Jesika dan Eko Patrio pernah menggunakannya di TikTok mereka," ujar Jul.

Namun, Jul tidak mempermasalahkan apabila konten miliknya digunakan.

Ia hanya meminta agar audio atau konten yang digunakan mencantumkan atau menyebut nama dia anaknya sebagai pencipta.

Batasan dan prinsip sebagai YouTuber

Dalam membuat konten, Jul punya prinsip, yakni jangan sampai konten-kontenya menyinggung soal suku, agama, dan ras (SARA). Jul tak ingin konten buatannya menyakiti hati orang lain.

Seperti YouTuber yang membuat konten prank, Jul mengaku sangat tidak setuju.

"Nah, itu kan bisa merugikan orang. Contoh, jika yang di-prank itu punya penyakit jantung, atau hal-hal  yang justru malah merugikan orang lain. Jadi sangat tidak memberikan hiburan yang baik, apalagi edukasi," kata Jul.

Jul menyebutkan, di zaman era digitalisasi saat ini, banyak potensi dan peluang yang bisa dijadikan sebuah penghasilan dengan cara-cara yang baik.

Jul mengatakan, semua konten-kontennya hanya dibuat dengan menggunakan sebuah ponsel.

Tidak ada alat-alat yang khusus atau istimewa, sehingga terbilang cukup sederhana.

"Semua saya buat lewat ponsel, terus menggunakan aplikasi pendukung yang di-download gratis. Cuma itu saja. Tapi kuncinya tetap pada minat, bakat, dan terus belajar," kata Jul.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/25/091312278/awalnya-dubing-film-india-dengan-bahasa-batak-pengantar-galon-air-sukses

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke