Salin Artikel

Peternak Ayam Petelur di Kediri Kibarkan Bendera Putih

Ada di antara mereka yang bertahan dengan sisa-sisa kekuatan, tetapi tidak sedikit yang terpaksa gulung tikar.

"Teman-teman satu kelompok sudah kibarkan bendera putih. Yang bangkrut ada 9 orang," ujar Nafi Rojulus, seorang peternak ayam asal Kecamatan Ringinrejo dihubungi, Kamis (21/10/2021).

Dengan harga jual telur pada kisaran Rp 13.000 itu menurutnya sudah jauh di bawah ambang batas normal.

Padahal untuk bisa beroperasi, minimal harga telur di kisaran Rp 21.000.

Jika kondisi dibiarkan berlarut-larut tanpa campur tangan pemangku kebijakan, menurut Nafi, akan membuat nasib peternak rakyat semakin terpuruk.

"Tinggal nunggu waktu kalau tidak ada perlindungan bagi para ternak UMKM, bakal wassalam," lanjutnya.

Pemkab beli telur peternak

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kabupaten Kediri melalui dinas ketahanan pangan dan peternakan sempat membeli telur milik peternak.

Dinas membeli dengan harga Rp 18.000 per kilogram.

Kebijakan itu, menurutnya, cukup membantu mengurangi beban mereka. Sayangnya, kebijakan tersebut tidak berlangsung secara terus menerus.

"Cuma 3.356 kg. Salah satu terobosan buat mengurangi kerugian para peternak di wilayah Kecamatan Ringinrejo," ujarnya.

Dia berharap program tersebut terus berjalan setidaknya sampai harga jual telur di pasaran kembali normal.

30 persen gulung tikar

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Kediri mencatat, di wilayahnya ada sekitar 3.000 peternak ayam skala mikro.

Dari jumlah itu sekitar 30 persennya sudah tutup usaha akibat anjloknya harga jual telur.

"Kalau kondisi ini berlangsung terus sampai sebulan ke depan, akan semakin banyak peternak kecil yang kolaps," ujar Kepala DKPP Tutik Purwaningsih dalam sambungan telepon, Kamis.

Tutik menambahkan, soal harga telur tersebut pihaknya tidak bisa campur tangan karena kewenangan ada di pemerintah pusat dan pasar.

Apa yang bisa dilakukannya selama ini, kata dia, hanya berupa pendampingan dan bantuan agar para peternak bisa bertahan dalam kondisi seperti ini.

Beberapa kebijakan daerah selama ini sudah dilaksanakan. Mulai dari memborong telur peternak, stimulus bantuan sosial, jagung subsidi, hingga kewajiban penggunaan telur lokal untuk bantuan BPNT.

Telur yang diborong DKPP mencapai 4 ton dengan harga Rp 18.000. Harganya lumayan tinggi dari pasar karena tujuannya memang untuk membantu meringankan beban peternak.

Telur-telur itu didistribusikan ke kantor-kantor pemerintahan agar para ASN membelinya sebagai bentuk kepedulian kepada peternak.

"Kita berharap kepada teman-teman ASN karena gaji mereka tetap, supaya turut peduli dan membantu para peternak," Tutik menambahkan.

Pembelian telur oleh Pemkab itu menurutnya akan terus dilakukan seiring dengan masuknya permintaan dari para peternak.

"Besok kita buka lagi pemesanan. Kita akan lakukan terus minimal sampai harga telur menjadi normal," lanjutnya.

Adapun stimulus yang diberikan adalah bantuan sosial sebesar Rp 2,9 juta untuk masing-masing peternak mikro. Sejak diluncurkan September lalu, bantuan sudah terserap kepada 1.995 penerima.

Begitu juga dengan pengadaan jagung subsidi, menurut Tutik, sudah diajukan ke pemerintah pusat. Jumlahnya mencapai 15 ton.

"Ini akan cukup membantu peternak karena harganya Rp 4.500 perkilogram, di bawah harga pasar." pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2021/10/22/001007678/peternak-ayam-petelur-di-kediri-kibarkan-bendera-putih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke