Salin Artikel

Kesaksian Nelayan yang Menyelam Saat Eksplorasi Kapal Van der Wijck: Lokasinya Angker

Nelayan bernama Faizin (48), warga Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Lamongan itu turut menyelam di titik lokasi yang diduga menjadi tempat tenggelamnya kapal.

Adapun keseluruhan tim terdiri dari lima penyelam BPCB, dua penyelam tenaga ahli (POSSI), dan satu penyelam yang merupakan nelayan tradisional setempat.

Faizin sendiri mengaku, baru pertama kali menyelam di lokasi diduga tenggelamnya kapal Van der Wijck tersebut.

Kendati sehari-hari, dirinya bersama rekan-rekan sesama nelayan yang lain, biasa melakukan penyelaman untuk mencari ikan dengan alat tangkap.

"Itu daerah rawan (angker), belum tentu orang di Lamongan berani menyelam di situ. Sebab banyak hal-hal aneh yang dijumpai, yang itu kadang orang luar tidak percaya," ujar Faizin di sela agenda pemaparan hasil eksplorasi lanjutan kapal Van der Wijck di gedung Pemkab Lamongan, Kamis (21/10/2021).

Faizin mengatakan, dirinya sempat dua kali melakukan penyelaman di lokasi untuk membantu tim eksplorasi melakukan dokumentasi bawah laut.

Pria itu pun menceritakan pengalamannya selama menyelam.

"Saya sempat menjumpai ikan barakuda besar yang terlihat hanya sepotong (separuh), ukurannya itu sekitar lima meteran dan saya lihat dari jarak hanya 1 meteran," ucap Faizin.

Pada kesempatan pertama, Faizin mengaku menyelam di lokasi tersebut sendirian.

Baru pada penyelaman berikutnya, Faizin menyelam bersama tim.

Mereka kemudian berhasil mengabadikan beberapa foto yang diperlukan dalam agenda eksplorasi kali ini.

"Kalau perabotannya apa saja belum tahu, yang kelihatan itu cuma peti-peti saja. Bagian-bagian kapal juga kelihatan, meski tertutup karang," kata Faizin.

Sehingga warga setempat, enggan dan tidak berani untuk menangkap ikan di sekitar lokasi.

"Mitosnya memang begitu (angker). Malah saya setelah penyelaman kedua dan lihat ikan barakuda seperti itu, hanya separuh dan tanpa ekor, saya kemudian takut kembali menyelam," tutur Faizin.

Dari pengamatan sekilas yang dilakukan oleh Faizin ketika berada di bawah laut, ukuran panjang kapal yang tenggelam tersebut sekitar 125 meter.

Adapun lebar kapal diperkirakan mencapai 20 meter.

Bangkai kapal terbuat dari besi, meski kebanyakan sudah tertutup oleh terumbu karang.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Rukun Nelayan Blimbing Nur Wachid (45), yang turut membantu dalam agenda eksplorasi kapal Van der Wijck.

Nur Wachid tidak menampik, di lokasi tenggelamnya diduga kapal Van der Wijck tersebut dikenal cukup angker oleh warga sekitar.

"Banyak orang yang mengambil besi-besi dari dalam laut (bangkai kapal tenggelam), tapi itu di lokasi lain. Sementara di lokasi tersebut masih belum, karena di situ cukup angker," ujar Nur Wachid.

Nur Wachid meyakini, bila kapal yang tenggelam tersebut merupakan Van der Wijck, berdasar cerita tutur turun-temurun dari para sesepuh nelayan di kampungnya.

Meski, lanjutnya, warga sekitar mengenal kapal tersebut dengan sebutan lain.

"Kalau kami percaya 100 persen, sebab ceritanya orangtua dulu itu sempat menolong Van der Wijck sebelum tenggelam. Bahkan dulu sebelum jadi tugu monumen Van der Wijck, di sana itu adalah mercusuar. Hanya masyarakat menyebut itu kapal Marena, bukan Van der Wijck," kata Nur Wachid.

Atas dedikasi dan bantuan yang diberikan selama eksplorasi kapal Van der Wijck, baik Faizin maupun Nur Wachid mendapat penghargaan dari Pemkab Lamongan.

Temuan ini bakal dijadikan kajian awal oleh pihaknya sebelum menentukan kebijakan lebih lanjut.

"Ini adalah titik awal, menunjukkan bahwa Van der Wijck itu ada dan fakta. Ke depan akan koordinasi dengan pimpinan masing-masing, kalau sudah menyangkut Indonesia kan bisa jadi tidak hanya Lamongan, tapi bisa lebih luas lagi," kata Yuhronur.

Pihaknya juga telah memikirkan persoalan teknis terkait bangkai kapal.

"Kapan itu akan diangkat dan mau dijadikan apa, apakah museum atau lainnya, saya kira itu soal teknis saja. Mudah-mudahan ini akan bermanfaat bagi semua, tidak hanya Lamongan," tutur Yuhronur.

Dalam pemaparan di gedung Pemkab Lamongan, arkeolog BPCB Trowulan Wicaksono Dwi Nugroho, sempat meminta bantuan kepada semua pihak untuk dapat menjaga lokasi tersebut.

Di sisi lain, pihaknya menyusun persiapan untuk kembali melakukan langkah lanjutan.

Komando Armada II (Koarmada II) yang dalam kesempatan ini diwakili oleh Letkol Laut (T) Bagus Arianto selaku Staf Potensi Maritim Koarmada II, menyatakan kesiapan dalam membantu agenda eksplorasi selanjutnya yang dilakukan. Termasuk untuk pengamanan wilayah.

"Saya mendapat pesan dari Bapak Panglima Armada, beliau siap terlibat dalam agenda ini, baik secara pribadi maupun institusi. Sebab ini bisa menjadi ikon dunia," tutur Bagus.

Bagus menambahkan, pihaknya sudah siap membantu pengamanan di sekitar lokasi.

Karena lokasi tersebut termasuk dalam teritori Koarmada II.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian, dalam hal ini Satpolairud.

Termasuk jika diperlukan, juga siap membantu dalam mendukung peralatan yang dibutuhkan.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/21/163751578/kesaksian-nelayan-yang-menyelam-saat-eksplorasi-kapal-van-der-wijck

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke