Salin Artikel

Saat Ada “Celeng” di Barisan “Banteng”…

KOMPAS.com - Istilah kader “celeng” menjadi sorotan pada pekan ini.

Sebutan itu dialamatkan kepada para kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mendeklarasikan calon presiden (capres) mendahului keputusan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Penyebutan kader “celeng” ini dimunculkan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-P Jawa Tengah Bambang Wuryanto.

Dalam sebuah kesempatan, pria yang kerap disapa Bambang Pacul ini menganggap bahwa para kader “celeng” telah keluar dari barisan.

”Adagium di PDI-P itu, yang di luar barisan bukan banteng. Itu namanya celeng. Jadi, apa pun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan ya celeng,” ujarnya.

Ikhtiar politik

Sebutan ini dimunculkan untuk menanggapi pendeklarasian Ganjar Pranowo sebagai capres dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024.

Salah satu kader PDI-P yang mendukung Ganjar adalah Albertus Sumbogo. Dia merupakan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P Purworejo.

Dia mengungkapkan, apa yang dilakukannya merupakan ikhtiar politik.

“Ikhtiar politik ini supaya memengaruhi Bu Mega, bisa juga lebih obyektif memandang kader PDI-P yang baik dan memang punya kans menang,” ucapnya, Senin (11/10/2021), dilansir dari Kompas TV.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPC Seknas Ganjar Indonesia (SGI) Purworejo ini menyampaikan, berdasar sejumlah survei, elektabilitas Ganjar Pranowo tinggi.

“Belum (memberi masukan ke PDI-P). Jadi kita masih mengorganisasi diri untuk pewacanaan bersama-sama dengan teman-teman relawan Ganjar yang lain,” ungkapnya.

Albertus menegaskan, dirinya masih berada dalam barisan PDI-P. Mengenai pilihannya itu, dia mengaku hanya untuk menyalurkan aspirasi masyarakat.

“Bagi saya, saya masih dalam barisan. Hak bicara, hak aspirasi itu dijamin oleh aturan. Saya tidak memutuskan yang harus jadi Ganjar, bukan. Aspirasi masyarakat ini kan perlu ditampung,” tuturnya.

Dia menyatakan siap menerima sanksi hingga pemecatan sebagai kader PDI-P bila dianggap melanggar aturan partai.

“Saya sudah katakan sejak awal, kalau itu dianggap melanggar aturan partai, saya sudah siap kok. Diberi sanksi sampai dengan pemecatan sebagai pribadi, saya siap,” tandasnya.

Respons Ganjar Pranowo

Mengenai sebutan kader “celeng”, Ganjar Pranowo menanggapinya sebagai pengingat bagi para kader.

“Itu mengingatkan agar semua tertib, gitu aja," sebutnya, saat ditemui di Semarang, Jawa Tengah, Senin.

Ketika ditanya soal adanya pendeklarasian dirinya sebagai capres, Ganjar menuturkan bahwa saat ini dirinya sedang fokus menangani pandemi.

"Lagi ngurusi Covid," ucapnya singkat.

Mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo ikut angkat bicara soal isu kader “celeng” ini.

Pria yang menjabat Ketua DPC PDI-P Solo ini mengatakan, tidak perlu lagi menanggapi deklarasi-deklarasi capres siapa pun.

Pasalnya, pemilihan presiden tidak hanya PDI-P yang memilih, tetapi juga rakyat Indonesia.

"Saya berharap sudahlah tidak perlu mengomentari deklarasi-deklarasi siapa pun, karena yang namanya pemilihan presiden tidak hanya PDI-P yang memilih, yang memilih rakyat Indonesia yang jumlahnya 250 juta," paparnya di Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/10/2021).

Rudy, sapaannya, turut menyentil Bambang Pacul soal sebutan “celeng”.

"Menurut saya (Bambang Pacul) kok tidak pernah memakai logika berpikir," ujarnya.

Padahal, kata Rudy, istilah “celeng” juga dapat dimaknai positif.

"Kalau bagi saya lebih mengambil pada pesan dari orangtua. Nek mlaku mbok yo ojo koyo celeng (kalau berjalan jangan seperti celeng) jalannya celeng itu kan lurus. Sehingga kalau yang mendeklarasikan itu sebetulnya tegak lurus. Apa pun yang dilakukan sekarang kalau ketua umum sudah memutuskan A pasti celeng-celeng ini juga ikut A," urainya.

Tanggapan pengamat

Teguh Yuwono, pengamat politik Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, menuturkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam permasalahan “kader celeng” harus bisa saling menjaga diri.

Ini supaya menghindarkan dari konflik berkepanjangan.

Jika konflik terjadi, akan berpengaruh terhadap perkembangan politik dan demokrasi di internal partai.

"Saya kira PDI-P partai besar dan dewasa. Pengaruh positifnya memperkuat soliditas parpol. Memperkuat ikatan parpol. Bisa juga sisi negatifnya kontra produktif dengan PDI-P. Kalau begitu demokrasi dan kebebasan berpendapat di PDI-P belum dikembangkan," ujarnya, Selasa (12/10/2021).

Selain itu, permasalahan ini dapat juga dipandang sebagai proses dinamika pembelajaran politik.

"Jangan sampai PDI-P yang sudah besar punya calon yang sudah bagus, karena konflik internal kemudian menjadikan partai ini jadi sorotan yang tidak baik. Karena dianggap ini emosional," jelasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia; Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: Khairina, Dony Aprian), Kompas TV

https://regional.kompas.com/read/2021/10/16/082500078/saat-ada-celeng-di-barisan-banteng

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke