Salin Artikel

Kisah Pria di NTT Divonis Sisa Hidup Hanya 3 Hari akibat HIV/AIDS

KUPANG, KOMPAS.com - Welhelmus Eduardus Nahak alias Emu (48), sempat divonis dokter usianya hanya tersisa tiga hari akibat penyakit HIV AIDS yang diidapnya.

Pria asal Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut, sempat putus asa ketika menerima vonis itu.

Kejadian itu dialami Emu, saat menjalani perawatan medis selama dua pekan di rumah sakit, akibat penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya tahun 2010 silam.

Dua pekan Emu harus berjuang melawan virus mematikan tersebut.

Namun, berkat dukungan istri dan tiga anaknya, dia akhirnya bisa melewati masa kritis dan bisa bertahan hidup hingga saat ini. Meskipun, Emu harus mengonsumsi obat seumur hidup.

Emu merupakan salah satu Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) yang masih bertahan hidup hingga sekarang.

Pengalaman menjadi ODHA, menjadikannya motivasi untuk menjadi konselor dan motivator bagi para ODHA yang lain.

"Sekarang, saya aktif sebagai relawan penanggulangan bencana alam (Tagana) NTT," ujar Emu, kepada sejumlah wartawan, di kediamannya, Selasa (12/10/2021).

Selain itu, berbekal pengalaman menjadi ODHA, ia pun mendirikan LSM Perjuangan sebagai rumah singgah bagi ODHA.

Emu mengisahkan, kehidupan bebas yang dijalani menjadikannya menderita HIV/Aids.

Saat menikah pada tahun 1996 lalu, ia masih sehat walafiat hingga memiliki tiga orang anak.

Namun, karena kehidupan yang kurang terkontrol maka ia pun terkena virus HIV.

Saat masuk rumah sakit, bukan saja menderita HIV namun ada pula penyakit lain yakni TB Paru.


Komplikasi penyakit yang dideritanya, membuat dia nyaris lumpuh dan tak berdaya.

"Penyakit itu sempat membuat saya putus asa dan drop," ungkap dia.

Ingin bertahan hidup

Dokter yang memvonis usianya tak akan lama, membuat dia juga ingin bertahan hidup demi istri dan anaknya.

Hingga dua pekan terlewati dan Emu perlahan mulai sembuh.

Emu akhirnya diperbolehkan keluar rumah sakit setelah berhasil melewati masa kritis.

Dia bisa kembali ke rumah dengan sejumlah resep dokter dan harus mengonsumsi obat sepanjang hidupnya.

"Harus telaten dan tertib konsumsi obatnya," kata dia.

Emu optimistis, ODHA bisa hidup asalkan ada kemauan dan motivasi untuk sehat dan hidup.

"Harus jujur bahwa banyak yang tidak percaya kalau ODHA bisa hidup sehat kembali. Saya sudah 11 tahun hidup pasca terinfeksi HIV dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa sampai saat ini," kata dia.

Dia menuturkan, sebelum mendirikan LSM Perjuangan, dirinya sempat menjadi relawan pada LSM Flobamor Jaya Peduli, yang konsen dengan penderita HIV/AIDS.

Namun, sejak 14 Februari 2014 lalu, ia menggagas pendirian LSM Perjuangan setelah ia kembali mengikuti pelatihan konselor di Yogyakarta.

Emu sempat memeriksakan kesehatannya di rumah sakit serta dinyatakan sehat walaupun tetap mengkonsumsi obat-obatan karena secara medis belum ada obat yang menyembuhkan HIV/AIDS.

LSM Perjuangan yang dirintisnya mendampingi dan merawat sejumlah warga yang terkena HIV dan penderita AIDS.

Ia menyadari banyak ODHA yang cenderung tertutup dan tidak terbuka akan keadaannya kepada keluarga dan lingkungan.

Padahal, keterbukaan sangat penting sehingga ada dukungan keluarga dan lingkungan.

Pengindap Aids cenderung menutup diri

Menurut Emu, tingginya penderita Aids yang meninggal beberapa waktu lalu, karena mereka cenderung menutup diri dan tidak terbuka sehingga sulit dirawat.

"LSM yang saya dirikan karena pengalaman pribadi dan LSM ini dari orang sakit untuk orang sakit, sehingga saya memberikan pendampingan," imbuh dia.

Bahkan, beberapa ODHA yang pernah dirawat di LSM Perjuangan saat ini sudah sembuh dan sudah menjadi relawan bagi penderita lain.

Pendampingan yang dilakukan, yakni layanan kesehatan dan terapi HIV dengan mengingatkan penderita agar mengonsumsi obat tepat waktu.

Pihaknya juga mendampingi keluarga ODHA agar menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ODHA itu sendiri.


Emu mengatakan, para ODHA kesulitan mendapatkan pekerjaan karena adanya stigma negatif dari masyarakat terkait keberadaan ODHA.

Untuk itu, LSM Perjuangan melakukan pemberdayaan ekonomi dan memberikan modal usaha, sehingga saat ini banyak ODHA yang memiliki usaha mandiri seperti warung makan, mebel dan kios.

"Pendampingan oleh LSM Perjuangan pun dilakukan sepanjang masa tanpa batas waktu," ujar dia.

Emu pun bersyukur dengan dukungan dari pemerintah, karena saat ini di setiap kelurahan di Kota Kupang sudah ada wadah Warga Peduli Aids (WPA) yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

"Saya berharap, ODHA tidak dikucilkan dan didiskriminasi di dunia kerja tetapi diberikan peluang yang sama," kata dia. 

https://regional.kompas.com/read/2021/10/13/090007778/kisah-pria-di-ntt-divonis-sisa-hidup-hanya-3-hari-akibat-hiv-aids

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke