Salin Artikel

Gerakan NII di Garut, Diduga Baiat 59 Anak, Terbongkar Usai Seorang Anak Kecelakaan Motor

Kasus ini terungkap setelah salah satu orangtua anak yang dibaiat melaporkan perubahan perilaku anaknya yang mengkafirkan kelompok lain.

Laporan dari orangtua salah satu anak tersebut ditindaklanjuti oleh pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Garut Kota.

Mereka sebelumnya telah mendengar adanya pengajian baiat di Kelurahan Sukamenteri Kecamatan Garut Kota dari pengurus MUI Kabupaten.

Aceng Amirudin, Sekretaris MUI Kecamatan Garut Kota pun, segera menggelar tabayun dengan memanggil para pihak yang terlibat dalam kelompok tersebut.

Pada Selasa (5/10/2021), tabayun pun dilakukan hingga sejumlah pengikut NII yang hadir dalam tabayun tersebut membuat surat pernyataan bersedia kembali mengakui NKRI.

Termasuk salah satu anak yang dilaporkan orangtuanya setelah perilakunya berubah.

Aceng mengakui, dari proses tabayyun, memang ada anak yang menyebut NKRI sebagai thogut karena hukum yang digunakan bukan hukum Islam dan tidak mau mengakui NKRI.

Namun, setelah diberitahu akibatnya, akhirnya anak tersebut mau mengakui NKRI dan menandatangani surat pernyataan.

“Kemarin waktu bicara di sini, dia itu mengatakan bahwa Indonesia hukumnya bukan Islam, kalau seperti itu, itu thogut, tapi setelah diberi tahu akibatnya, dia akhirnya mau kembali ke NKRI,” kata Aceng.


Mukhlis (49), warga Kelurahan Sukamenteri yang menjadi pelapor mengatakan, sang anak mengalami perubahan perilaku setelah mengikuti kelompok pengajian di salah satu masjid yang ada di Kelurahan Sukamenteri.

Dia bercerita, anaknya mengikuti kelompok pengajian tersebut sejak dua tahun lalu saat masih duduk di kelas 1 SMP.

Namun, sejak mengikuti kelompok tersebut, anaknya memutuskan tidak lagi mau sekolah.

“Alasannya orang sukses itu nggak sekolah juga bisa, sekolah bukan jaminan sukses,” kata Mukhlis menirukan ucapan anaknya.

Menurut Mukhlis, anaknya mengakui pernah dibaiat oleh gurunya, baiat sendiri menurut anaknya adalah baiat hijrah. 

“Baiat hijrah katanya, dari Islam kita seperti biasa, dia bilang Islam kita nih gelap, jadi hijrah ke tempat yang terang, NII itu, menurut versi mereka NII itu terang,” katanya.

Semua cerita tentang baiat dan penyebab perubahan perilaku anaknya selama dua tahun ini, menurut Mukhlis, terungkap beberapa waktu lalu setelah anaknya mengalami kecelakaan saat membawa motor miliknya.

Sang anak tak berani pulang karena takut dimarahi.

Setelah Mukhlis terus menghubungi anaknya lewat telepon, akhirnya anaknya pun pulang.

Setibanya di rumah, sang anak bercerita selama dua tahun mengikuti kelompok pengajian setelah Mukhlis menanyainya.

“Awalnya dia tidak membuka, tapi setelah kejadian kecelakaan, waktu itu bawa motor saya, akhirnya kebongkar,” kata Mukhlis, Kamis (7/10/2021) saat ditemui di kantor Kelurahan Sukamenteri, Kecamatan Garut Kota.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/09/121909278/gerakan-nii-di-garut-diduga-baiat-59-anak-terbongkar-usai-seorang-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke