Salin Artikel

Soal Pemuda Dikeroyok gara-gara Menolak Lepas Atribut Perguruan Silat, Polres Blitar Digeruduk Ratusan Pesilat

Pengeroyokan terjadi pada Sabtu (2/10/2021) sore. Saat itu secara tak sengaja dua kelompok yang diduga anggota perguruan pencak silat bertemu.

Kelompok pertama adalah kelompok MFP dan belasan teman-temannya. Mereka datang ke lokasi nongkrong di pinggir Sungai Lodagung di tengah hutan jati milik Perhutani.

Tak lama kemudian kelompok terduga pegeroyokan yang terdiri dari puluhan orang mendatangi kelompok MFP.

Kelompok kedua ini meminta MFP dan rekan-rekannya melepas baju dan atribuk silat yang dikenakan.

Namun MFP menolak melepaskan bajunya, sementara belasan temanya melakukan permintaan dari kelompok pertama.

Karena menolak melepas baju dan atribut perguruan silat, MFP dikeroyok oleh kelompok kedua.

"Korban mengalami luka memar di kepala dan beberapa bagian tubuh. Sudah dibawa ke rumah sakit tapi tidak sampai rawat inap," ujar Kasat Reskrim Polres Blitar AKP Ardyan Yudho Setyantono, Rabu (6/10/2021)

Korban pun melaporkan kasus tersebut ke polisi.

Dari hasil penyelidikan, polisi mengidentifikasi lima orang yang diduga menjadi pelaku penganiayaan terhadap MFP.

Kelima terduga pelaku itu berada di lokasi kejadian bersama kelompok mereka yang terdiri dari puluhan orang.

"Saat ini kami sedang melakukan pengejaran terhadap tiga orang lainnya dari pelaku. Sudah kami datangi rumah masing-masing tapi mereka tidak ada," ujarnya.

Yudho mengatakan, polisi menggunakan Pasal 170 KUHP tentang tindak pidana pengeroyokan dengan ancaman hukuman kurungan maksimal 5 tahun 6 bulan.

Mereka mendatangi Kantor Polres Blitar di Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar sekitar pukul 19.00 WIB menggunakan kendaraan sepeda motor.

Beberapa dari mereka menghidupkan kendaraan bermotor mereka dengan suara keras sambil meneriakkan slogan-slogan kelompok mereka.

Massa yang rata-rata berusia remaja itu membawa beberapa bendera bertuliskan Ikatan Kera Sakti.

Menjelang pukul 21.00 WIB, sejumlah pengurus Perguruan Silat Ikatan Kera Sakti (IKS) datang dan melakukan negosiasi dengan pihak kepolisian dan massa.

Massa pesilat tersebut akhirnya massa bersedia meninggalkan lokasi sementara sekitar 6 orang pengurus IKS masuk ke Kantor Polres Blitar dan bertemu dengan Kapolres Blitar AKBP Adhitya Panji Anom.

"Anak-anak yang datang ke sini tadi menuntut keadilan atas kejadian di pinggir Sungai Lodoagung kemarin," ujar Edi Purnomo, sembari meninggalkan Kantor Polres bersama pengurus IKS yang lain, Senin malam.

Kedatangan mereka karena menyangka jika pihak Polres Blitar belum melakukan tindakan terkait kasus pengeroyokan.

Padahal, kata dia, polisi sedang melakukan penanganan kasus tersebut dan telah menangkap salah satu terduga pelaku pengeroyokan.

"Jadi dikira belum ada tindakan dari Polres Blitar," ujar dia.

Meski baru menangkap satu orang, kata Udiyono, penyelidikan masih berlangsung dan bukan tidak mungkin akan ada terduga pelaku lain yang ditangkap polisi

Udiyono mengakui bahwa polisi cukup berhati-hati dalam menangani kasus perkelahian dan pengeroyokan tersebut karena diduga melibatkan dua perguruan pencak silat.

Selain itu ia mengatakan jika Kapolres Blitar telah berpesan kepada pengurus IKS agar menahan diri dan memberi waku kepada kepolisian untuk menangani kasus tersebut.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Pythag Kurniati, Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2021/10/06/192900778/soal-pemuda-dikeroyok-gara-gara-menolak-lepas-atribut-perguruan-silat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke