Salin Artikel

Cerita Perempuan Anggota SAR Unpad, Mencari Pendaki yang Hilang di Gunung Guntur

Pendaki ini baru ditemukan 6 hari kemudian oleh tim SAR yang melakukan pencarian.

Relawan yang tergabung dalam tim pencari ini sekitar 150 orang.

Dari jumlah itu, terdapat 4 orang mahasiswi anggota SAR Universitas Padjajaran (Unpad) yang ikut membantu.

Mereka adalah Helsya Natasya (Fakultas Ilmu Budaya), Nadin Azani (Fakultas Ilmu Komunikasi), Daryl Sarah Agustin (Fakultas Teknik Geologi), dan Shifa Fatina Hasim (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

Kepada Kompas.com, Shifa menceritakan keikutsertaan mereka di tim gabungan, serta tantangan yang dihadapi saat proses pencarian.

"Anggota aktif di SAU Unpad ada 20 orang, didominasi laki-laki," ujar Shafa, Minggu (26/9/2021).

Saat SAR Unpad menerima informasi orang hilang, mereka langsung rapat.

Kemudian, SAR Unpad menentukan 4 orang anggota untuk ikut melakukan pencarian.

"Saat itu sedang ada beberapa kegiatan, kebetulan yang bisa turun dan siap 4 orang perempuan. Setelah mempersiapkan peralatan, keuangan, dan lainnya, kami pergi (bergabung ke tim gabungan)," kata Shifa.

Keempatnya kemudian membantu mencari di sekitar Pos 1, Pos 2, Pos 3, hingga puncak.

Lalu, mereka menyisir hutan di sekitarnya, melakukan close grid, hingga menyusuri pegunungan.

"Ada juga yang membantu di dapur umum," ucap mahasiswi Prodi Kesejahteraan Sosial tersebut.


Tantangan pencarian

Tantangan dari operasi ini adalah medan yang terjal dan berpasir.

Hal ini acap kali membuat relawan tergelincir.

Selain itu, pencarian sempat terkendala oleh anomali cuaca.

Akibatnya, relawan mesti turun kembali akibat kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk naik sampai ke puncak.

"Pada hari keempat, pencarian menuju puncak terpaksa dihentikan karena cuaca mendung dan turun hujan. Demi keselamatan tim relawan, pencarian dihentikan sementara," tutur dia.

Pada akhirnya, pendaki yang hilang tersebut berhasil ditemukan oleh warga sekitar yang membantu pencarian.

Lokasi penemuan berada di area Curug Cikoneng, atau tidak jauh dari Pos 2.

Shifa dan kawan-kawannya merasa senang karena pendaki yang hilang sudah ditemukan, meski dalam kondisi lemas.

"Soal hal mistis yang diceritakan survivor, alhamdulillah kami tidak merasakan hal serupa, karena kami fokus mencari survivor," ucap dia.

Pengalaman menarik

Shifa mengaku sering ikut menjadi relawan, baik untuk mencari orang hilang ataupun ikut membantu operasi tanggap darurat di beberapa lokasi bencana.

"Saya seringnya membantu di bencana," kata dia.

Pengalaman paling menarik, menurut Shifa, saat dirinya menjadi relawan bencana banjir di Tambun, Bekasi, beberapa waktu lalu.

Saat itu, tanggul jebol yang membuat kerusakan terbilang parah.

Ketinggian air mencapai lantai dua gedung, Arus menyeret mobil hingga menabrak tiang listrik dan lainnya.

"Mobil-mobil yang saya temui hancur. Baru kali ini saya melihat langsung banjir yang dampaknya begitu besar bagi warga. Selama ini saya lihatnya di televisi," kata dia.



Rasa ingin membantu sesama, khususnya yang membutuhkan, menjadi motivasi Shifa untuk terjun sebagai relawan.

Rasa empati membantu sesama didorong kemampuan diri membuat Shifa ingin berbuat lebih banyak.

Kebetulan, ada organisasi atau fasilitas yang mendukungnya.

Apalagi, Shifa mendapatkan banyak pelajaran dari kegiatan SAR.

Mulai dari pengetahuan, keterampilan, hingga disiplin. Ia pun diajarkan bagaimana tidak terburu-buru dan ceroboh.

"Banyak pembelajaran hidup yang bisa saya terapkan dari keikutsertaan saya di SAR. Menjadi lebih baik, mempersiapkan segala sesuatu, merancang sesuatu dari berbagai sisi, me-manage diri sendiri, hingga melatih mental," ucap dia.

Shifa merasa bersyukur, karena tidak pernah dianggap sebelah mata dari sisi gender.

Shifa mengatakan, dibanding perempuan, stamina laki-laki memang lebih kuat.

Namun, di SAR Unpad, para srikandi ini sering berlatih dan diajarkan bagaimana menjaga mental.

Unit SAR Unpad juga selalu mengupayakan menurunkan personelnya manakala ada informasi kebencanaan atau orang hilang yang didapat.

Sejauh ini, Shifa sendiri tidak memiliki kendala berarti saat menjadi relawan di lapangan.

Ia menjelaskan, seluruh personel SAR Unpad telah ditempa dengan berbagai latihan fisik dan keterampilan penyelamatan.

Hal ini yang mendorong setiap personel siap secara fisik apabila ditugaskan sewaktu-waktu.

Selain itu, mahasiswa angkatan 2018 ini juga memiliki cara jitu untuk tetap menjaga kondisi mentalnya selama melakukan operasi kemanusiaan.

Salah satunya dengan menjalin komunikasi dengan sesama relawan lainnya.

“Kami berkenalan dan berbagi cerita dengan relawan lain, agar mental kami tetap stabil, sehingga tidak hanya terfokus pada kegiatan pencarian atau pertolongan, tapi kita juga menghibur diri, tidak perlu dibawa stres,” kata Shifa.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/27/094224178/cerita-perempuan-anggota-sar-unpad-mencari-pendaki-yang-hilang-di-gunung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke