Salin Artikel

Blitar Satu-satunya Daerah Zona Oranye di Jatim, Wali Kota: Banyak Warga Enggan Dites meski Kontak Erat

Seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur telah turun tingkat menjadi risiko rendah atau zona kuning, kecuali Kota Blitar.

Kota Blitar kini masih berada di zona oranye dengan tingkat risiko penularan sedang.

Menanggapi ketertinggalan itu, Wali Kota Blitar mengakui terdapat sejumlah kecil indikator penanganan Covid-19 yang kurang maksimal di Kota Blitar.

Kekurangan tersebut, ujarnya, terutama terkait rendahnya jumlah testing (pengetesan) dan tracing (pelacakan).

Penyebabnya, keengganan masyarakat mengikuti pengetesan Covid-19 meski masuk dalam daftar kontak erat sebuah kasus konfirmasi.

"Itulah kendala di masyarakat, tingkat kesadaran di masyarakat ini belum seperti yang kita harapkan," ujar Santoso ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis.

Menurut Santoso, masih banyak warga yang enggan mengikuti pengetesan Covid-19 karena beberapa faktor seperti takut, malu dan sebagainya.

Melihat fakta itu, ujarnya, sosialisasi tentang pentingnya pengetesan dalam penanggulangan penyebaran Covid-19 masih perlu ditingkatkan lagi.

Santoso mengaku, sulit memahami apa yang ditakutkan masyarakat sehingga mereka enggan mengikuti pengetesan Covid-19.

Padahal, jika terkonfirmasi positif Covid-19, maka mereka akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik di lokasi isolasi terpusat yang sudah disediakan Satgas Covid-19.

"Memang kita butuh kesabaran, tapi bagaimana pun harus tetap kita lakukan pengetesan dalam rangka pencegahan penularan lebih luas," tegasnya.

"Kita ikuti saja. Terlepas dari perbedaan indikator penilaian yang penting bagaimana upaya kita untuk mengejar ketertinggalan ini," ujarnya.

Ditemui terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Blitar, Didik Djumianto mengatakan, penilaian zona tingkat risiko penularan Covid-19 didasarkan pada kriteria skor yang sebenarnya lebih longgar dibandingkan kriteria penilaian dalam penentuan level PPKM.

Sementara dalam PPKM level, Kota Blitar telah berhasil turun dari level tertinggi ke level 3 sejak dua pekan lalu.

Menurutnya, indikator yang digunakan dalam penilaian zona risiko jauh lebih banyak yaitu 14 indikator.

Sedangkan dalam penilaian PPKM level, hanya ada 6 indikator.

Didik mencontohkan, dalam penilaian zona risiko maka penambahan jumlah kasus baru di Kota Blitar dalam satu pekan tidak boleh lebih dari 342 kasus.

Dalam penilaian PPKM level, kriterianya lebih berat yaitu penambahan kasus paling banyak sebanyak 215 setiap pekan.

Didik membenarkan bahwa faktor jumlah pengetesan Covid-19 lah yang terutama membuat Kota Blitar masih berada di zona oranye, sementara daerah lain di Jawa Timur sudah turun risikonya ke zona kuning.

"Rendahnya jumlah testing dan tracing ini pada akhirnya meningkatkan angka positivity rate kita yang saat ini masih berada di atas 30 persen," kata Didik.

Hambatan yang dihadapi, jelas Didik, adalah keengganan warga mengikuti pengetesan Covid-19.

Bahkan ketika mereka jelas-jelas berada dalam daftar kontak erat dalam yang berhasil diidentifikasi dalam satu respons pelacakan suatu kasus konfirmasi.

"Warganya tidak mau di-swab, mau apa kita. Sudah diminta datang ke Puskesmas untuk di-swab tapi tidak datang," ujarnya.

Didik mengatakan, hampir seluruh indikator yang digunakan dalam penilaian zona risiko tersebut sebenarnya telah menunjukkan indikasi yang baik kecuali jumlah pengetesan dan positivity rate.

Satgas Covid-19 Kota Blitar melaporkan, penambahan kasus baru sebanyak 15 pada Rabu (15/9/2021) sehingga akumulasi kasus menjadi 6.939 di kota dengan jumlah populasi sebanyak sekitar 150.000 jiwa.

Tingkat kematian akibat Covid-19 sangat rendah, yaitu 3,77 persen atau akumulasi kasus kematian sebanyak 262.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/16/143606978/blitar-satu-satunya-daerah-zona-oranye-di-jatim-wali-kota-banyak-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke