Salin Artikel

Tunggu Ambulans Tak Datang-datang, Warga Terpaksa Angkut Jenazah Pakai Gerobak Motor

SAMARINDA, KOMPAS.com - Warga di Kelurahan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), mengangkut jenazah pakai gerobak motor karena tak ada ambulans, Minggu (12/9/2021).

Jenazah pria usia lanjut itu dibawa dari kebun menuju perkampungan. Ia hidup sebatang kara di kebun dan meninggal karena sakit. Jarak kebun dengan perkampungan sekitar lima kilometer.

Cerita ini bermula ketika seorang warga bernama Andi Muhammad Hatta (39) bersama warga lain menunggu ambulans datang untuk membantu evakuasi jenazah itu usai mendengar laporan dari ketua RT setempat ada warga meninggal di kebun.

Ketua RT setempat sudah menghubungi salah staf Kelurahan Sepaku meminta ambulans.

"Tapi kami tunggu dua jam lebih hampir tiga jam ambulans enggak ada datang-datang. Habis itu saya ambil motor gerobak saya jemput itu mayat itu di kebun," ungkap Andi Hatta saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/9/2021).

Berangkat ke kebun, Andi Hatta ditemani belasan warga lain yang menggunakan sepeda motor.

Dari dokumentasi yang dikirimkan Andi Hatta kepada Kompas.com, jenazah pria usia lanjut itu dibalut sarung motif kotak biru dan merah marun. Dibaringkan dalam gerobak beralaskan kayu.

Hatta menyetir gerobak motor. Seorang warga lain menjaga bagian belakang.

Jenazah itu dibawa menuju salah satu masjid di Kelurahan Sepaku untuk dimandikan dan disalatkan sebelum dimakamkan.

"Setelah sampai di masjid baru ribut. Karena foto-foto (jenazah diangkut pakai gerobak motor) ada yang share (kirim) ke salah satu grup di situ banyak pejabat di dalamnya," kisah Andi Hatta.

Sejak itu, Hatta mendapat banyak panggilan melalui sambungan ponsel dari beberapa pejabat dari Pemkab PPU hingga anggota DPRD PPU. Menanyakan alasan mengevakuasi mayat menggunakan gerobak.

"Nah memang fakta begitu kok, enggak ada ambulans. Kelurahan Sepaku satu-satunya kelurahan dari 15 desa dan kelurahan lain di Kecamatan Sepaku yang enggak ada ambulans," tegas dia.

Setelah ribut itu, Hatta bilang baru datang ambulans. Jenazah kemudian diantar ke pemakaman pakai ambulans usai dimandikan, dikafani dan disalatkan.

Hatta mengaku sempat emosi dan mengancam akan mendatangi rumah sakit terdekat jika ambulans tak kunjung datang.

"Saya sempat ancam kalau tidak ada ambulans saya akan datang ke rumah sakit, saya akan kampak semua mobil yang ada parkir di situ," ujar dia dengan nada kesal.

Sejak peristiwa itu, Hatta mengaku mendapat banyak tudingan langkah inisiatif dia menggunakan gerobak motor seolah disengaja untuk menjatuhkan Pemkab PPU.

"Bukan begitu, memang tidak ada ambulans kok. Repot kami cari ambulans di sini. Warga marah-marah, begini-begini kami pakai motor gerobak saja, memang faktanya begitu kok,” tegas dia.

Atas peristiwa tersebut, Andi Hatta memohon Pemkab PPU segera mungkin mengadakan mobil ambulans buat kelurahan mereka. Karena setiap ada kejadian evakuasi jenazah atau orang sakit, warga harus memohon ke puskesmas atau desa tetangga.

"Banyak kejadian yang tidak terekspos. Ada yang sakit kami bawa ke rumah sakit susah kasihan. Beberapa kejadian lain juga begitu," pungkasnya.

Ketua RT 01 Kelurahan Sepaku, Asri bilang saat dilaporkan ada warganya meninggal di kebun, dia langsung hubungi salah staf kelurahan minta ambulans.

"Tapi staf itu bilangnya dipersiapkan dulu jangan ambulans disuruh tunggu," kisah dia saat dihubungi.

Asri menyebut lokasi kebun memang jauh dari perkampungan. Akses masuk menuju kebun pun tak bisa dilalui menggunakan ambulans.

“Perlu digotong keluar ke jalan besar dulu, baru bisa pakai ambulans. Tapi ambulans memang lambat,” terang dia.

Sedang mengusahakan ambulans, Asri menyebutkan warga datang melapor ke dirinya, meminta tak perlu lagi menghubungi ambulans.

Sebab, mereka menjemput mayat tersebut dengan gerobak motor milik Andi Hatta.

“ Ya sudah pakai motor Pak Hatta. Saya pikir-pikir ambulans pun enggak masuk sampai ke kebun. Mereka harus gotong keluar jalan besar dulu, baru pakai ambulans," terang dia.

Asri mengakui mereka selalu kesulitan mencari ambulans setiap kali membawa pasien sakit ataupun meninggal. Karena itu, dia berharap agar ada pengadaan ambulans untuk Kelurahan Sepaku.

“Kelurahan Sepaku memang enggak ada ambulans. Setiap kali ada kejadian begini, kami kalang kabut karena harus pinjam sana sini," pungkas dia.

Lurah Sepaku, Harid menuding ada penggiringan opini terkait keterbatasan ambulans.

“Sebenarnya enggak ada ambulans itu salah. Ini ada giring-giring opini. Sepaku punya aspek sosial kental. Gotong royong masih kuat. Hanya saja saat kejadian kemarin kebetulan jangkauan ke kebun enggak bisa dijangkau ambulans. Akhirnya masyarakat menggunakan motor gerobak itu," kata dia.

Tapi, Harid mengakui kelurahan yang ia pimpin menjadi satu-satunya kelurahan dari 15 desa dan empat kelurahan di Kecamatan Sepaku yang tak punya ambulans.

"Bupati sebelumnya kita pernah usulkan tapi mungkin tidak masuk dalam kategori karena (wilayah) kami dekat dengan UPT Puskesmas," terang dia.

"Intinya kurang komunikasi akhirnya digiring menjadi opini," sambung dia mengakhiri.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/14/185130178/tunggu-ambulans-tak-datang-datang-warga-terpaksa-angkut-jenazah-pakai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke