Salin Artikel

Batu Gamelan di Kulon Progo Ternyata Nisan Makam Tua, Diperkirakan Setelah Masa Kerajaan Demak

KULON PROGO, KOMPAS.com – Batu yang diklaim warga berbentuk gamelan di Pedukuhan Papak, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan nisan makam tua. Nisan ini menunjukkan corak masa antara Kerajaan Demak dan awal Mataram Islam.

Hal ini tampak dari gaya dan sejumlah ornamen pada nisan.

“Usia yang tertua dari nisan (seperti) itu diperkirakan dari periode setelah Demak dan berlangsung pada periode-periode berikutnya hingga Mataram Islam. Namun kita tidak bisa memastikan pastinya tahun berapa,” kata Arkeolog Narasumber Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo Danang Indra Prayudha melalui pesan singkat, Kamis (9/9/2021).

Warga Papak menemukan batu diduga purba saat membersihkan makam dalam tradisi bulan Suro pada Agustus 2021 lalu.

Benda beragam bentuk ditemukan dalam kompleks makam yang oleh masyarakat dikaitkan dengan makam tokoh penari ledhek bernama Simplek.

Batu ada yang berbentuk balok baik polos maupun dengan hiasan tumpal (segi tiga), juga batu bentuk lempengan dengan pingul (bagian sudut yang ditumpulkan), serta batu-batu berukir yang dapat diberdirikan tegak. Bentuk ukiran pada batu ini relatif halus.

Danang mengatakan, hasil kajian memastikan bahwa objek-objek tersebut adalah bagian dari makam lama.

Ini tampak dari batu yang bila disusun terdapat batu-batu berbentuk balok yang biasa jadi bagian penyusun jirat, batu berbentuk lempeng dengan pingul sebagai penutup bagian atas jirat, dan batu bentuk lempeng berukir adalah nisannya.

Beberapa batu berukir lain adalah bagian atas jirat yang menjadi tempat lempengan batu nisan berdiri.

“Dengan jumlah batu nisan yang lebih dari empat, empat (batu ini) berada dalam kondisi relatif utuh dan beberapa merupakan fragmen atau potongan yang belum terlihat batu sambungan atau terusannya, maka diduga batu-batu tersebut berasal dari setidaknya dua makam,” kata Danang.

Lantas, dari gaya pada nisan, diperkirakan nisan berasal dari masa antara Kerajaan Demak dan awal Mataram Islam. Kerajaan-kerajaan ini ada sekitar abad ke-16.

“Berbentuk lengkung pada bagian atas, datar pada bagian bawah dengan ornamen berupa tumpal di bagian samping yang lebar dan ornamen lain pada sisi yang sempit, maka diduga batu-batu tersebut berasal dari nisan tua,” kata Danang.

Nisan pun dinilai memiliki kesejarahan dan perlu tindak lanjut mengetahui kesejarahan itu.

Sementara bagi desa, keberadaan nisan dan jirat penting karena membuktikan bahwa di tempat itu sudah ditinggali sejak lama. Menunjukkan sudah ada permukiman dan masyarakat sejak dahulu.

“Perlu mencari data kesejarahan terkait nisan dan jirat itu. Mungkin bisa dari sejarah asal-usul desa jika memungkinkan untuk dilacak. Mana tahu ada data sejarahnya,” katanya.

Danang mengungkapkan, pascapengkajian ini, perawatan diserahkan kepada masyarakat dengan memberikan status sebagai warisan budaya dari Kundha Kabudayan Kulon Progo.

“Perlu kajian lebih lanjut mengenai kesejarahan nisan, dan perbandingan bentuk dengan nisan-nisan lain untuk menentukan gaya dan zaman dari objek tersebut,” kata Danang.

Warga kerja bakti membersihkan sebuah makam tua sebagai bagian dari tradisi Bulan Suro pada Agustus 2021 lalu.

Kerja bakti malah menemukan batu-batu dengan bentuk tidak biasa di pemakaman umum Makam Sintren, Pedukuhan Papak. Warga menyebutnya sebagai batu gamelan karena beberapa bagian batu itu mirip bagian-bagian dari gamelan.

Batu bentuk seragam, mayoritas kotak memanjang 40-an sentimeter, batu berbentuk papan seperti nisan, dan ada yang seperti sisi gamelan. Beberapa ada yang berornamen dan terpahat.

Bahan batu seperti batu candi, batu andesit. Bentuk batu ada yang mirip bagian dari gamelan, yakni seperti bonang, saron dan gambang. Bentuknya masih terlihat baik dengan ukiran sederhana. Karenanya warga menyebut sebagai batu gamelan.

Penemuan batuan bernilai purbakala bukan kali pertama di Kalirejo. Beberapa tahun lalu, tak jauh dari kompleks Makam Sintren ini, warga pernah menemukan beberapa batu lingga yoni yang kemudian disimpan Kundha Kabudayan Kulon Progo.

Pada kesempatan berbeda, Lurah Kalirejo, Lana mengharapkan batu itu bisa mengungkap sejarah bagi kawasan setempat maupun desa.

Dengan demikian, masyarakat bisa meneruskannya lewat pelestarian budaya sebagai budaya luhur generasi berikutnya.

Sementara kondisi saat ini, kata Lana, lokasi makam sudah semakin rapi, berplester dan tertata. Semua dilakukan lewat swadaya masyarakat sendiri.

“Harapannya menjadi pendidikan dan pengetahuan bagi generasi berikutnya, sehingga biarkan cagar budaya itu disitu dan dirawat. Warga hanya membutuhkan sentuhan dan inovasi dari dinas terkait,” kata Lana melalui pesan singkat.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/09/195219378/batu-gamelan-di-kulon-progo-ternyata-nisan-makam-tua-diperkirakan-setelah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke