BAJAWA, KOMPAS.com - Memasuki hari kelima pencarian pasca-banjir bandang yang melanda Dusun Melapedho, Desa Inerie, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada, NTT, salah seorang korban atas nama Mikael Jeko belum ditemukan.
Petugas gabungan bersama tokoh-tokoh adat setempat pun berinisiatif melakukan ritual adat, Rabu (8/9/2022).
Kepala Desa Inerie, Benediktus Milo, menerangkan, ritual adat itu dilakukan untuk mendapat petunjuk leluhur sehingga korban yang masih hilang bisa segera ditemukan.
“Tujuan dari acara adat ini adalah kita berdamai dengan tuan tanah sekaligus bisa mendapat petunjuk tentang keberadaan korban," terang Benediktus melalui sambungan telepon, Rabu sore.
Sementara itu, Plt. Kepala BPBD Ngada, Ferdinand D. Burah mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya pencarian terhadap korban yang hilang.
“Kita akan terus melakukan pencarian sesuai kondisi darurat yang telah ditetapkan selama 7 hari ke depan," ujar Ferdinand.
Tim SAR gabungan telah berupaya mencari ke arah laut dan sepanjang bantaran kali.
Kendati demikian, Fredi mengaku, tim pencarian mengalami kendala karena kondisi topografi lokasi banjir yang cukup sulit.
Oleh karena itu, tim gabungan harus lebih jeli menentukan titik-titik di mana korban berada.
"Kita berharap korban segera ditemukan," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, banjir bandang menerjang wilayah Kampung Wae Sugi-Malaphedho, Desa Inerie, Ngada, NTT, Jumat (3/9/2021) malam.
Korban meninggal diketahui seorang bocah berusia 4 tahun yang bernama Milka Tuna.
Sementara dua orang yang hilang adalah pasangan suami istri, Mikael Jeko dan Maria Goreti Dhiu. Namun belakangan Maria Goreti telah ditemukan meninggal dunia dalam kondisi hamil.
https://regional.kompas.com/read/2021/09/08/194043178/tim-sar-dan-tokoh-adat-gelar-ritual-pencarian-satu-korban-hilang-banjir