CIAMIS, KOMPAS.com - Kepala Polres Ciamis AKBP Wahyu Broto, meminta semua kalangan masyarakat untuk jujur dengan riwayat penyakit dan kondisi tubuhnya saat proses pemeriksaan awal sebelum penyuntikkan vaksin.
Sehingga petugas tenaga medis yang bertugas akan mengetahui kondisi warga yang bisa divaksin atau tidaknya sebelum dilakukan penyuntikkan.
Seperti halnya kasus seorang pelajar meninggal usai divaksin sesuai anjuran sekolahnya diduga akibat adanya informasi riwayat penyakit yang tak tersampaikan.
"Di sana (saat pelaksanaan) SOP (Standard Operating Procedure) sudah kita laksanakan semua, dari pendaftaran, skrining, dan sebagainya. Saat skrining ada hal yang tidak tersampaikan. Saya tidak tahu itu berpengaruh atau tidak. Saya harap, saat skrining masyarakat menyampaikan dengan benar," jelas Wahyu kepada Kompas.com di kantornya, Rabu (8/9/2021).
Wahyu membenarkan, saat itu adanya permintaan dari pihak sekolah untuk melaksanakan vaksinasi massal yang bersumber dari kuota stok vaksin Polres Ciamis.
Saat itu dilakukan vaksinasi terpusat di SMAN 1 Sindangkasih yang dihadiri oleh beberapa pelajar di berbagai sekolah terdekatnya.
Termasuk pelajar yang meninggal dunia berasal dari SMK Galuh Rahayu, dengan mendatangi langsung vaksinasi massal di sekolah negeri tersebut.
Kemungkinan ada hal yang tak tersampaikan dengan informasi riwayat penyakit korban saat pelaksanaan penyuntikkan, namun hal itu pun perlu dibuktikan secara ilmiah dengan hasil penelitian yang saat ini masih dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis.
"Saat pelaksanaanya pun, stok vaksin Polres Ciamis disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Termasuk tenaga medisnya pun dari Dinkes. Kami harap, jangan melakukan vaksin karena takut tak bisa sekolah. Karena ada kriteria tertentu yang tak bisa divaksin. Kita juga tak tahu, kalau (riwayat penyakit seseorang) tak disampaikan ke petugas," tambah dia.
Seusai kejadian itu, lanjut Wahyu, pihaknya pun langsung berkoordinasi dengan pihak keluarga dan instansi terkait.
Pihak keluarga pun mengakui korban selama ini memiliki riwayat penyakit lambung dan saat penyuntikkan masih dalam proses pemulihan pengobatan.
"Kami tak menyalahkan siapa pun. Kita sudah koordinasi dengan KCD (kantor Cabang Disdik Pemprov Jabar) dan keluarga. Jangan hanya karena ingin divaksin terus tidak menyampaikan riwayat penyakit. Enggak apa-apa tertunda dulu, vaksin masih terus ada," pungkasnya.
Meninggal dunia usai divaksin
Sebelumnya, Cahyono Putra (17), seorang siswa SMK swasta di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, meninggal dunia usai disuntik vaksin massal sesuai anjuran sekolahnya di SMAN 1 Sindangkasih, Kabupaten Ciamis pada Rabu (1/9/2021).
Korban dalam kondisi pemulihan pengobatan penyakit lambung bawaannya saat mengikuti kegiatan vaksinasi massal dan telah disampaikan ke tenaga medis yang bertugas sebelumnya.
Sehari seusai divaksin, korban ditemukan meninggal dunia di kamar tidurnya dan sempat mengeluhkan badan terasa nyeri dan lemas usai disuntik vaksin, Kamis (2/9/2021) dini hari.
Hal itu diungkapkan Ani Anggraeni (40), ibu kandung korban asal Kampung Cihurip, Desa Sukamanah, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, yang mengaku anaknya baru pulih dari penyakit yang dideritanya saat itu.
Bahkan, korban masih mengonsumsi sisa obat penyakit lambungnya dari dokter saat masuk belajar tatap muka di sekolah saat proses vaksinasi.
"Kejadiannya begini, awalnya anak saya sakit lambung dan berobat ke dokter. Saat mulai sehat dan masa pemulihan anak saya belajar tatap muka di sekolahnya mulai Senin (30/8/2021). Hari Rabu-nya anak saya bilang akan divaksin disuruh sekolahnya, padahal saya mewanti-wanti ke anak saya bilang saja ke petugasnya masih pemulihan dan masih makan obat, pasti nanti tidak akan divaksin. Tapi, pas pulang sekolah anak saya bilang lemas badan karena sudah divaksin, saya pun kaget," jelas Ani saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Rabu (8/9/2021).
Ani dan suaminya kaget karena kondisi anaknya sepulang sekolah badannya lemas dengan wajahnya yang pucat usai divaksin.
Bahkan, motor anaknya pun dibawa oleh temannya ke rumah karena korban mengaku tak kuat membawa motor sendiri.
Korban pun disuruh istirahat dan sempat pulih pada malam harinya saat berkumpul dengan keluarga besar di rumahnya.
"Malam harinya, anak saya sempat pulih dan biasa kembali usai istirahat dari siang sampai sore tidur. Bahkan, sama saya dan suami serta adiknya sempat makan malam bersama dulu," ungkap Ani sembari kedua bola matanya berlinang air mata mengenang masa hidup anak kesayangannya tersebut.
https://regional.kompas.com/read/2021/09/08/163153878/cegah-kasus-kematian-pelajar-usai-divaksin-terulang-kembali-polres-ciamis