Salin Artikel

Kisah Bagus Membangun Guna Guna Snack hingga Pembeli Terkena "Mantra Guna-guna"

Pembeli tersebut sudah memesan melalui marketplace atau lapak jual beli online tempat dia mempromosikan produknya.

Kata bapak satu anak ini, meski di depan rumahnya diberi tanda logo produk yang dijual, kadang pihak pengambil dan pengirim barang kerap salah alamat.

"Padahal sudah saya kasih lambang produk di depan rumah, tapi pengirim sering salah alamat ke rumah tetangga, jadi saya enggak enak ke tetangga," katanya kepada Kompas.com belum lama ini.

Bagus memang tidak memiliki kios khusus untuk memajang produk makanan ringannya.

Selain menggunakan ruang tamu rumahnya dan lapak jual beli online, Bagus menitipkan produknya untuk dipajang ke sejumlah tempat seperti hotel dan rumah makan di Surabaya.

Namun, sejak pandemi Covid-19, Bagus menarik semua produk dari hotel dan restoran.

"Tahu sendiri kan Mas, saat pandemi semua hotel dan restoran sepi, daripada nanti produknya kedaluwarsa akhirnya saya tarik semua," ujar dia.

Bagus adalah pemilik produk makanan ringan jenis roti kering dan basah dengan merek "Guna Guna Snack".

Untuk jenis snack kering ada empat varian yang diproduksi, dari Semprit Keju Ovomalt, Schuimpjes, Almond Crispy, hingga Soes Kering Renyah.

Sementara jenis snack basah, ada Macaroni Schotel, Spiku Ovomalt/Nutella, Ontbijtkoek w/Lotus Biscoff, Proll Tape, hingga Panada, Lumpia Macaroni hingga Misoa Goreng.

"Kalau produk snack kering stok ada banyak karena masa kedaluwarasa enam bulan, kalau snack basah harus pesan sehari sebelumnya," ujar Bagus.

Merintis usaha

Bagus mengembangkan usaha Guna Guna Snack sejak 2011.

Produk ini berawal dari resep keluarga sang istri, Francisca Fenny.

Ide usaha ini adalah menyediakan produk makanan ringan oleh-oleh khas Surabaya dengan cita rasa prima dilengkapi unsur resep ala negeri kincir angin Belanda.

"Kami juga  memasukkan unsur kekinian dalam produk kami dari sisi kemasan sehingga lebih menarik dan enak dibawa," jelasnya.

Mengangkat tagline "Mantra Snack", Bagus berharap para pembeli akan terkena guna-guna setelah menikmati produknya. Sehingga terus membayangkan rasa lalu kembali membeli produk tersebut

Modal sendiri

Bagus memulai usahanya dengan modal sendiri.

Untuk permodalan, dia memilih modal sendiri daripada mendapatkan kucuran dari bank.

"Lebih baik saya pinjam keluarga tanpa bunga, tapi bayarnya tepat waktu, daripada pinjam di bank dengan membayar bunga," ujarnya.

10 tahun menjalankan dan mengembangkan usahanya, Bagus mengaku mendapatkan layanan pembinaan dari sejumlah pihak seperti Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Surabaya hingga BUMN.

Dari pembinaan tersebut, Bagus mendapatkan banyak mendapatkan bantuan kemudahan pengurusan izin usaha seperti Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), hingga Nomor Induk Berusaha (NIB).

Ujian di tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 melumpuhkan sendi-sendi perekonomian bangsa, tidak terkecuali usaha yang dijalankan Bagus.

Setahun terakhir saat pandemi Covid-19 melanda, Bagus mengaku omzetnya turun drastis.

"Pandemi kemarin benar-benar ujian bagi kami. Omzet yang biasa Rp 20-Rp 30 juta per bulan turun menjadi Rp 3 juta per bulan, Rp 3 juta itu penghasilan kotor," kata Bagus.

Semua produk yang dipajang di sejumlah restoran dan hotel di Surabaya juga ditarik karena sepi pengunjung.

"Kami sempat drop dan berangan-angan untuk kembali bekerja untuk menopang penghasilan keluarga," jelasnya.

Bagus mengaku juga sempat memutus ikatan kerja dua pegawainya yang selama ini membantu produksi.

"Sebenarnya saya kasihan, tapi bagaimana lagi, kondisinya seperti ini. Akhirnya semua proses produksi kami jalankan sendiri," ucap Bagus.

Untuk menjual stok produk yang ada, dia gencar memanfaatkan promosi online melalui media sosial hingga ke lapak-lapak jual beli online.

Beberapa waktu terakhir, semangat Bagus dan istrinya kembali bangkit setelah dia mendapatkan laporan surat elektronik bahwa ada 2.400 pencarian di Google yang mencari alamatnya.

Ditambah pada bulan-bulan sebelumnya, banyak kunjungan dari kelompok keluarga hingga rombongan tim basket yang langsung datang ke rumahnya untuk memborong produk makanan ringan.

Dari situ dia yakin bahwa promosi melalui lapak jual beli online dan media sosial sangat efektif.

"Kami jadi terus mendalami ilmu digital marketing karena sangat membantu sekali," ucap dia.

Bagus belum memiliki keinginan membuka kios khusus.

Menurut dia, dengan memanfaatkan lapak jual beli online dan media sosial, sangat cukup untuk memasarkan produk buatannya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/07/150548578/kisah-bagus-membangun-guna-guna-snack-hingga-pembeli-terkena-mantra-guna

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke