Salin Artikel

Cerita Dudi Krisnadi, Pengusaha Kelor Beromzet Rp 4 M Per Tahun: Pernah Diminta Gatot Nurmantyo Praktik Produksi Kelor di NTT

Pria asal Pangandaran, Jawa Barat tersebut mampu mengolah tanaman kelor menjadi produk yang mempunyai nutrisi tinggi.

"Ternyata produk saya diuji sama mereka di Jerman, mereka kaget karena produk kami kandungan nutrisinya jauh lebih tinggi," ucap Dudi saat ditemui Kompas.com, di Puri Kelorina, Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Sabtu (5/9/2021).

Dudi kemudian menceritakan awal mula menggeluti bisnis kelor yang saat ini mampu meraih omzet hingga Rp 4 Miliar per tahun.

"Sebetulnya kalau yang teman-teman lihat saya pengusaha kelor, disebut miliarder kelor itu semua kecelakaan sejarah, jadi enggak ada dari awal saya itu berniat menjadi pengusaha kelor," katanya.

Menurutnya, semua itu berawal dari kepedulian pada zaman pemerintahan Presiden SBY yang masih memiliki hutang MDGs, di mana bangsa Indonesia kekurangan gizi.

Kemudian dirinya berpikir Indonesia sangat tidak pantas kekurangan gizi, dan melihat ada sesuatu yang salah.

"Kemudian Pak SBY waktu itu mencari solusi banyak, sebagian besar temen-temen mengajukan program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) ada biskuit segala macam, tapi saya mengajukan kelor," ujarnya.

"Kenapa kelor? Karena kelor sudah digunakan di banyak negara yang menderita malnutrisi, stunting, yang kemudian sudah lepas dari masalah itu, kelor diakui oleh WHO, FAO mampu menangani malnutrisi, menyelamatkan 150 juta lebih anak-anak yang kekurangan gizi, yang stunting, nah saya ingin menduplikasi itu di Indonesia," imbuhnya.


Budidaya kelor, sampai diminta Gatot Nurmantyo "praktik" ke NTT

"Saya ingin mengaplikasikannya, kenapa karena desa hutan itu menjadi sumber tingginya angka malnutrisi, menjadi sumber tingginya angka kemiskinan di situ, padahal di situ mudah sekali ditanam kelor," terangnya.

Di sisi lain, Dudi mengaku diminta oleh Gatot Nurmantyo untuk mempraktekkan produksi kelor di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Pada saat itu tahun 2013 ke 2014 Pak Gatot Nurmantyo pada saat jadi KSAD, mengajak saya untuk mempraktekkannya di NTT, karena NTT angka malnutrisinya sangat tinggi 85 persen waktu itu, nah dipraktekkanlah di NTT. Ketika dipraktekkan di NTT, saya mulai menyebarkan informasi melalui kelorina.com, tentang apa itu kelor, propaganda penyadaran," kata dia..

Dirinya tercengang sebab informasi terkait kelor justru banyak dibaca oleh masyarakat golongan menengah ke atas, bukan masyarakat golongan menengah ke bawah.

"Mereka (masyarakat menengah ke atas) kaget 'lho di Indonesia ada kelor', mereka mengontak saya 'Pak Dudi ada produknya enggak', saya bingung 'produknya seperti apa'. Saya bikinlah dikeringkan, kemudian saya kirim ke mereka, kemudian mereka kirim uang, jadi bukan jual beli. Saya ngirim waktu itu 2 kg (produk Kelor), mereka kirimkan Rp 500 ribu, 'oh berarti per kilonya Rp 250 ribu hehehe," ujar Dudi menjelaskan.

Didatangi banyak tamu asing yang ingin belajar kelor

Di samping itu, pria berusia 52 tahun tersebut juga pernah mengikuti simposium Moringa Internasional di Filipina untuk mempelajari lebih jauh tentang dunia kelor dengan membawa produk coklat kelor.

"Jadi waktu dunia masih bicara bagaimana cara tanam yang baik, cara mencuci kelor yang baik, saya sudah membuat coklat kelor dan serbuk kelor dengan kehalusan 500 mesh, geger. 'lho kok kamu bisa seperti ini', diculik lah untuk berbicara," kenang Dudi.

Setelah dari kegiatan di Filipina, banyak orang dari luar negeri yang datang ke Blora untuk mencari tahu dan membuktikan produk kelor yang dikembangkan oleh Dudi Krisnadi.

"Mereka pada datang tuh ada yang dari Jerman, dari Israel, dari Arab, dari Amerika dari Canada, semua pada ke sini mereka ingin membuktikan benar enggak nih produk yang dibikin memiliki kandungan yang sedemikian tinggi, ternyata mereka nungguin di sini beberapa hari, mulai dari panen sampai mengeringkan dengan SOP (standar operasional prosedur)," ucapnya.

"Nah dari situ kemudian saya disebut penemu Moringa Nutrition Lock Methods. Jadi metode pengunci nutrisinya kelor. Nah dari situ, sudahlah jadi pengusaha," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/05/141245678/cerita-dudi-krisnadi-pengusaha-kelor-beromzet-rp-4-m-per-tahun-pernah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke