Salin Artikel

Mandalika, Legenda Sang Putri dan Kisah Mereka yang Bertahan di Sekitar Sirkuit MotoGp

Memiliki wisata bahari dengan pantai yang mempesona, Mandalika menjadi sorotan karena disebut menjadi lokasi ajang balap MotoGP tahun 2021.

Sirkuit Mandalika mempunyai panjang lintasan 4,31 kilometer.

Jumlah tikungan lintasan ini berjumlah 17 dan dibangun dalam kawasan The Mandalika, yang merupakan destinasi pariwisata kelas dunia.

Sirkuit ini merupakan lintasan terbuka dan menyajikan pemandangan bukit dan pantai.

Diperkirakan bagian tribun dari sirkuit ini mampu menampung 150.000 penonton. Sedangkan fasilitas penonton yang ada di atas dua bukit disebut bisa menampung sekitar 30.000 penonton.

Pembangunan sikrkuit acara trasional tersebut diklaim menyerap sekitar 7.500 pekerja dan 300 putra daerah akan menjadi staf tekhnis di Sirkuit Mandalika.

Untuk biaya pembangunannya pun tak tanggung-tanggung. Tahap awal kontruksi bangunan sirkuit dianggarkan sebesar Rp 500 miliar.

Sedangkan untuk pekerjaan dasar sirkuit dan pembangunan sirkuit mencapai Rp 1,1 triliun.

Untuk ongkos satu kali perhelatan MotoGp adalah sebesar Rp 9 juta Euro yang akan dibayarkan menjelang balapan.

Di kawasan tersebut hidup legenda yang putri yang dikenal dengan nama Mandalika.

Diceritakan dahulu kapa ada seorang raja yang memimin sebuah kawasan yang tentram dan makmur. Raja tersebut kemudian dikaruniai anak perempuan yang ia beri nama Mandalika.

Mandalika adalah seorang putri yang berparas cantik. Ia juga sangat baik kepada orang lain. Saat berbicara, dia selalu menggunakan bahasa yang sopan dan suka menolong.

Di hadapan orangtua dan rakyatnya, Putri Mandalika adalah sosok yang sempurna.

Nama Putri Mandalika tersohor. Banyak pangeran dari negara lain yang ingin melamar dan menjadikan sang putri sebagai istri.

Sang raja pun menyerahkan keputusan kepada Mandalika untuk memilih pasangan hidupnya. Sang putri kemudian bertapa untuk mencari petunjuk.

Usai bertapa, ia mengundang seluruh pangeran dan pemuda yang ingin melamarnya. Mereka pun berkumpul di Pantai Seger yang kini dikenal dengan nama Pantai Kuta.

Mereka berkumpul pada tanggal 20 di bulan 10 pada penanggalan Sasak saat pagi buta, sebelum azan Shubuh berkumandang.

Mandalik menggunakan pakaian berbahan sutra dan terlihat sangat cantik.

Ditemani pengawal, Mandalikan mendaki Bukit Seger. Di atas bukit tersebut, Sang Putri berkata bahwa ia berencana untuk menerima semua lamaran.

Ia berkata melakukan hal tersebut untuk menjaga kedamaian pulau. Karena jika ia hanya menerima satu pinangan, maka akan terjadi perselisihan di antara mereka.

Mendengar pesan tersebut, para pangeran terheran-heran. Namun tiba-tiba Sang Putri menjatuhkan tubuhnya dari Bukit Seger ke dalam laut. Ia pun hanyut ditelan ombak.

Melihat hal tersebut, para pangeran langsung berusaha menyelamatkan Mandalika. Namun tak ada satu pun yang menemukan tubuh Sang Putri.

Namun secara perlahan muncul binatang-binatang kecil yang jumlahnya sangta banyak dari laut. Binatang tersebut menyerupai cacing yang nereka sebut nyale.

Masyarakat lokal percaya jika cacing Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika.

Pengorbanan Putri Mandalika amat dikenang oleh masyarakat Lombok. Mereka menggelar upacara nyale sekitar Februari hingga Maret setiap tahun.

Seperti keinginan Sang Putri, Bau Nyale menyatukan seluruh warga Lombok. Mereka berkumpul di wilayah Kuta, Pantai Seger, Pantai Kaliantan hingga Pantai Tabuan untuk mencari cacing nyale.

Banyak tidaknya nyale yang muncul setiap tahun, diyakini sebagai pertanda akan banyak tidaknya hasil panen para petani.

Namun ada beberapa orang yang bertahan tinggal di kawasan tersebut. Salah satunya adalah Amaq Kankung alias Amaq Bengkok (70).

Tanahnya yang ia tempati puluhan tahun sudah digunakan sebagai lintasan sirkuit. Namun ia bertahan dan tak pernah menjual tanahnya kepada siapapun dengan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pengelola.

Ia adalah warga Dusun Ebunut, Desa Kuta Lombok, Lombok Tengah. Bekerja sebagai nelayan, Bengkok tinggal bersama istri dan anaknya yang masih SD.

Akibat dari proyek sirkuit tersebut, rumah yang awalnya ia tempati harus tergusur dan terpinggirkan oleh alat berat tidak jauh dari luar pagar sirkuit

Bengkok bersama istri dan anaknya kini terpaksa tidur di rumah seadanya dengan ukuran sekitar 2 kali 3 meter, yang beratapkan asbes dan ilalang.

Bengkok bercerita jika ia memiliki lahan seluas 1,5 hektar yang warisi dari sang ayah yang bernama Aluh.

Di tanah peninggalan sang ayah, ia biasa menanam kacang dan umbi untuk bertahan hidup.

Ia a mengaku bersama sang ayah tak pernah merasa menjual tanah tersebut kepada siapapun. Namun kini tanah seluas 1,5 hektar miliknya sebagian masuk menjadi lintasan sirkuit.

Sisanya masih di luar pagar dan menjadi tempat ia dan keluarganya tinggal.

“Tanah ini sejak kecil saya tempati bersama ayah saya, dulu dia yang buka hutan di sini, dan saya tidak pernah menjualnya,” kata Bengkok ditemui di rumahnya, Jumat (3/9/2021).

Bengkok menuturkan, ia pernah bertemu dengan pihak ITDC dan dijawab tanah miliknya pernah dijual oleh seseorang.

“Pernah ketemu orang ITDC, disebut pernah ada orang jual. Saya tidak tahu yang jual itu siapa. Kalau beli sama orang itu, ambil tanah orang yang menjual itu, bukan di tanah saya,” tanya Bengkok.

Menurut Bengkok, dia telah menunjuk pengacara untuk membantunya, tetapi pada putusan di Pengadilan Negeri Praya Amaq Bengkok dinyatakan kalah dalam sengketa dengan pihak ITDC.

Sementara itu penasihan hukum Bengkok, Zabur mengatakan telah melakukan banding ke Pengadilan Tinggi Nusa Tenggara Baratt.

Mereka juga telah melakukan protes ke ITDC karena melakukan pembangunan di atas lahan yang masih berproses hukum.

Menurut Zabur, Amaq Bengkok awalnya sangat mendukung dibangunnya Sirkut MotoGP dan rela digusur untuk memberikan jalan pengerjaan sirkuit yang berada di lintasan 9.

“Amaq Bengkok ini sangat setuju dengan adanya MotoGOP, dia rela mengalah untuk pembanguan yang melintasi sebagian tanahnya, tapi kita hormati dulu proses hukum,” kata Zabur.

"ITDC dalam setiap kegiatannya selalu mengikuti aturan dan ketentuan hukum yang berlaku. Selain itu, seluruh lahan yang masuk dalam HPL atas nama ITDC telah berstatus clear and clean, tetapi sebagian masih dihuni warga," kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/8/2021).

Agus menyampaikan bahwa pihaknya telah mendata jumlah kepala keluarga (KK) yang masih tinggal di lingkaran sirkuit, yakni sebanyak lebih dari 40 kepala keluarga.

"Berdasarkan hasil pendataan kami, masih ada 48 KK yang tersebar di 3 bidang lahan enclave dan 11 bidang lahan HPL ITDC di dalam area Jalan Khusus Kawasan (JKK)," kata Agus.

Ia menjelasakan 3 bidang lahan enclave tersebut masih dalam proses pembebasan lahan dengan pemilik lahan yang masuk dalam Penlok 1. Ia mengaku optimistis proses akan segera selesai.

Sementara itu, untuk warga yang masih bermukim di lahan-lahan dengan status kepemilikan sertifikat HPL atas nama ITDC, pihaknya mengedepankan tindakan humanis kepada warga agar dapat memahami status lahan yang dimiliki.

Ditegaskan Agus, pihak ITDC secara konsisten terus melakukan pendekatan sosial dan humanis kepada para warga tersebut agar warga dapat direlokasi sekaligus diberdayakan.

Agus mempersilakan, apabila masih ada masyarakat yang merasa berhak atas kepemilikan tanah di area JKK dan memiliki dokumen pendukung, tetapi berada di atas lahan yang memiliki sertifikat HPL atas nama ITDC, diperkenankan untuk menempuh jalur hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ia juga mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan memberdayakan warga tersebut dengan pelatihan-pelatihan sehingga nantinya warga dapat ikut berperan dalam penyelenggaraan event balap internasional.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Fitri Rachmawati, Mela Arnani, Idham Khalid | Editor : Sari Hardiyanto, Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2021/09/05/072700978/mandalika-legenda-sang-putri-dan-kisah-mereka-yang-bertahan-di-sekitar

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke