Salin Artikel

Cerita Nyoman Darma, Tukang Sapu Kantor Gubernur Bali Berjuang Rawat 4 Anaknya yang Lumpuh

Nyoman Darma bekerja sebagai tukang sapu di Kantor Gubernur Bali. Ia mengatakan, gejala kelumpuhan anaknya telah terlihat sejak usia tiga bulan.

"Dari tiga bulan sudah kelihatan, dari mata semakin membesar, sudah dibawa ke dokter tapi tidak ada perubahan. Kata dokter tidak ada obatnya," kata Nyoman Darma, Jumat (3/9/2021).

Nyoman Darma bersama istrinya dikaruniai enam anak. Dari keenam anak tersebut, empat di antaranya mengalami kelumpuhan.

Mereka adalah Wayan Sudarma (25) yang merupakan anak pertama, anak kedua Kadek Sudarsana (19), anak keempat Ketut Suartama (17), dan anak kelima Iluh Nanda (10).

Sementara anak ketiga Nyoman Marianti (19) dan anak keenam Gede Adi Gunawan (7) dalam keadaan normal. Marianti saat ini juga sudah menikah.

Kini, Nyoman Darma yang tinggal di Jalan Nangka, Kota Denpasar, itu mengaku pasrah dengan situasi yang dialaminya.

"Sudah keadaannya begini," tuturnya.

Pendapatan tak cukup penuhi kebutuhan keluarga

Nyoman Darma mengaku, pekerjaan sebagai tukang sapu di Kantor Gubernur Bali didapat saat Mangku Pastika menjabat sebagai gubernur.

Berstatus sebagai pekerja kontrak, ia mendapatkan upah bersih sebesar Rp 2,5 juta per bulan. Jumlah itu telah dipotong pembayaran asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.


Nyoman Darma mengaku, pendapatan itu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Apalagi upah tersebut juga dipakai untuk keperluan lain seperti urunan desa adat dan sebagainya. Termasuk membayar kontrakan sebagai tempat tinggal.

Ia mengaku tak mendapat perhatian dari pemerintah provinsi di bawah kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster. Selama gubernur periode sebelumnya, Nyoman Darma kerap mendapat bantuan dari dinas sosial.

"Kalau biar tahu lah keadaan saya begini. Pak (Wayan) Koster belum pernah tahu keadaan saya begini. Zaman Pak Mangku (Pastika) saja ada perhatian," tuturnya.

Istri bekerja sebagai buruh panggil

Nyoman Darma tak sendirian bekerja. Istrinya juga bekerja sebagai buruh panggul yang menawarkan untuk membawa barang di Pasar Badung, Kota Denpasar.

Namun, pendapatan sang istri turun drastis karena pasar lebih sepi sejak pandemi Covid-19.

Kini, ia berharap ada uluran bantuan dari masyarakat agar bisa melangsungkan hidup keluarganya.

Bantuan yang paling diharapkan, lanjut dia, adalah sembako untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Sembako paling dibutuhkan, soalnya untuk kebutuhan sehari-hari saja susah," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/03/164601678/cerita-nyoman-darma-tukang-sapu-kantor-gubernur-bali-berjuang-rawat-4

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke