Salin Artikel

Situs Peninggalan Hindu-Buddha di Kabupaten Semarang Bakal Terdampak Pembangunan Bendungan

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Semarang, Tri Subekso, mengatakan situs tersebut berada di pinggiran Sungai Klampok.

"Dari pendataan di situs tersebut ada sebuah yoni berukuran panjang 50 sentimeter, lebar 53 sentimeter, dan tinggi 30 sentimeter. Ukuran dari lubang yoni ini adalah panjang 11 sentimeter, lebar 11 sentimeter, dan kedalaman 3 sentimeter. Selain yoni, pada tahun 2005, warga telah menemukan dua buah arca," jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis (2/9/2021).

Temuan tersebut memberi gambaran adanya pengaruh peradaban Hindu-Buddha.

"Bahkan diduga kuat, di lokasi yoni pernah berdiri bangunan candi. Terdapat indikasi yang menguatkan karena warna tanahnya cenderung kemerah-merahan, biasanya hal ini disebabkan oleh bercampurnya tanah dengan pecahan material berbahan bata," kata Tri.

Dijelaskan, pada November 2020 informasi warga menyebutkan telah ditemukan struktur bangunan berbahan bata di lokasi yoni Kedungsobrah.

"Sebelumnya, yoni telah dipindahkan warga ke area perkampungan. Akhirnya, dugaan adanya struktur bangunan di area yoni menjadi terbukti," terangnya.

Dari hasil observasi, dapat diketahui bahwa pemindahan yoni telah meninggalkan galian berbentuk kotak yang justru menampakkan susunan bata.

"Berdasarkan sebaran dan kondisi temuan pada dasar permukaan dan dinding kotak, temuan dinding utara dan timur kotak yang masih tersusun, dapat diasumsikan bahwa situs ini masih bersifat insitu khususnya pada bagian utara-barat," kata Tri.

Rata-rata bata berukuran panjang antara 30-33 sentimeter, lebar antara 18- 21 sentimeter, dan tinggi antara 8-10 sentimeter.

Selain itu, ditemukan juga fragmen tembikar yang merupakan bagian dari tepian, bibir, dan badan wadah.


Berdasarkan jejak pembuatannya, tembikar ini dibuat menggunakan tehnik roda putar dengan bantuan tangan.

Temuan ini memiliki motif yang berbentuk zigzag dan pembuatannya menggunakan metode gores.

Dilihat dari kemiringan lekuk leher fragmen tembikar, besar kemungkinan berbentuk pasu atau mangkuk.

Berdasarkan hasil kajian dari peninggalan Situs Kedungsobrah, TACB Kabupaten Semarang menyimpulkan bahwa di lokasi ini pernah berdiri sebuah bangunan candi bernapaskan Hindu-Siwa yang dibangun dengan menggunakan material bata.

"Secara umum, dapat disebut sebagai peninggalan dari periode klasik, antara abad ke-8 hingga 15 Masehi," terangnya.

Tri mengatakan TACB Kabupaten Semarang akan terus berkoordinasi dengan BPCB Jawa Tengah dan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana (BBWS) guna menangani permasalahan situs ini.

"Sebelum pekerjaan penggenangan bendungan dilakukan, nantinya perlu dilakukan ekskavasi penyelamatan, minimal melakukan research by record. Ekskavasi ini perlu dilakukan untuk menyelamatkan data arkeologi sebelum lokasi ini menjadi bendungan yang berakibat terhadap perubahan pada konteks dan situsnya," paparnya.

Menurutnya, ukuran bangunan yang tidak terlalu besar, pekerjaan pemindahan ini sangat mungkin bisa dilakukan.

"Apalagi, warga desa tentu menganggap bahwa adanya situs candi ini masih berhubungan erat dengan jejak peradaban leluhur yang harus dilestarikan," kata Tri.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/02/130845578/situs-peninggalan-hindu-buddha-di-kabupaten-semarang-bakal-terdampak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke