Salin Artikel

Lewat Video, Ridwan Kamil Ungkap Tantangan Vaksinasi di Jabar

Hal itu ia sampaikan dalam video berdurasi 9 menit.

Dengan dukungan gambar mind mapping yang ia tampilkan di papan tulis, pria yang akrab disapa Kang Emil itu menjabarkan alur vaksinasi di Jabar.

Emil menjelaskan, untuk menciptakan kekebalan komunal, sebanyak 75 persen dari total 50 juta penduduk Jabar harus divaksin.

Artinya, ada 35 juta jiwa yang menjadi target vaksinasi.

Untuk merealisasikan target itu, Jabar hanya tinggal punya waktu 4 bulan.

Hal itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo bahwa vaksinasi harus selesai akhir tahun ini.

"Kita sudah dikasih 18,6 juta dosis. Sudah disuntikkan 14,4 juta, atau 77,4 persen dari yang dikasih. Dosis pertama 25 persen atau 9,4 juta penduduk. Dosis kedua ada 5 juta," kata Emil dalam video yang diterima Kompas.com, Selasa (1/9/2021).

Dalam urusan kecepatan vaksinasi, menurut Emil, dua bulan lalu Jabar baru bisa menyuntikkan 50.000 dosis vaksin per hari dan meningkat menjadi 235.000 dosis per hari pada akhir Agustus 2021.

Bahkan dalam acara Gebyar Vaksin 28 Agustus lalu, Jabar bisa menyerap 420 ribu dosis vaksin per hari.

"Nah alhamdulillah dua bulan lalu kita masih 50.000 dosis per hari. Kemarin akhir Agustus kemarin rata-rata 235.000 per hari, dan kita testing tanggal 28 Agustus kita bisa 420.000," kata Emil.

Namun, banyak kendala yang dihadapi dalam vaksinasi di Jabar.

Pertama, distribusi vaksin yang belum proporsional untuk mendorong target vaksinasi tuntas pada akhir tahun.


Emil mengatakan, sesuai perhitungan, Jabar perlu 15 juta dosis per bulan, agar 37 juta warga Jabar bisa divaksin hingga akhir tahun.

"Problem utamanya, suplai (vaksin) ke kami tidak proporsional. Ada provinsi yang penduduknya sedikit, tapi vaksinnya banyak. Ada provinsi besar seperti Jabar vaksinnya sedikit yang ngasihnya. Maka kalau dipersentasekan masih jauh, padahal jumlah vaksinnya saja sedikit," tutur Emil.

"Jadi, kalau Desember mau beres, tolong suplai ke Jabar tidak kurang 15 juta dosis per bulan," kata dia.

Masalah lainnya, menurut Emil, teritorial wilayah Jabar yang menentukan kecepatan vaksinasi.

Hal itu seharusnya sebanding dengan dukungan infrastruktur, khususnya pelayanan kesehatan.

Saat ini, Jabar hanya memiliki sekitar 1.000 puskesmas di 27 kota dan kabupaten.

"Teritorial di Jabar itu beragam. Jadi tak bisa dibandingkan dengan yang homogen. Jabar itu ada kota dan kabupaten pedalaman pelosok yang jangkauannya susah secara mobilitas. Infrastruktur juga terbatas dan tidak merata. Jumlah Puskesmas kita hanya 1.000-an, padahal standar WHO 5.000-an," kata Emil.

Masalah lainnya, Jabar sebagai daerah otonom tidak punya kuasa besar dalam menentukan kuota vaksin per daerah.

Hal itu menciptakan kendala dalam penyerapan vaksin di daerah.

"Pada saat suplai vaksin tak menentu, urutannya itu pemerintah pusat memberikan kuota kepada kota kabupaten angkanya sudah dikunci. Kemudian provinsi ditugaskan mengirimkan. Jadi memang tugas provinsi ini dalam pandangan saya kurang maksimal, karena yang mengatur kuota kota dan kabupaten itu dari pusat," ujar Emil.

Kesimpulannya, menurut Emil, proses vaksinasi di Jabar tidak akan selesai pada akhir tahun apabila suplai vaksin yang diterima tidak proporsional dengan jumlah penduduk.

"Kalau kata Presiden, Jabar harus beres Desember. Itu membutuhkan lebih kurang 15 juta dosis per bulan. Jadi jangan bicara kurang atau apa kalau suplainya saja tak sebanyak ini. Jadi problemnya itu bukan di daerah, tapi suplainya belum masuk. Kalau berhasil menjamin 15 juta dosis per bulan untuk Jabar, maka targetnya 500.000 orang disuntik per hari," kata Emil.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/01/091205878/lewat-video-ridwan-kamil-ungkap-tantangan-vaksinasi-di-jabar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke