Salin Artikel

Pengakuan AFT, Paskibraka Pengganti Kristina: Orangtua Saya Juga Petani, Sampai Utang Buat Biaya Tes PCR

AFT adalah salah satu dari dua perwakilan pelajar yang ditunjuk Dinas Pemuda dan Olahraga Sulawesi Barat (Dispora Sulbar) untuk mewakili provinsi tersebut sebagai Paskibraka yang bertugas di Istana. 

Siswi SMA di Mamasa, Sulbar itu mengaku kerap dibully lantaran dituduh punya "orang dalam" yang meloloskannya ke Jakarta.

Ia sendiri tak msuk list cadangan, tapi bisa lolos ke Istana. Sementara gagalnya Kristina ke Istana gara-gara hasil tes PCR-nya positif Covid-19 dinilai janggal dan kemudian jadi polemik. 

Pengakuan AFT, dari keluarga petani sederhana

AFT heran mengapa banyak orang yang menuduhnya seperti itu. Padahal, dia sama sekali tidak memiliki kerabat di instansi negara.

Selain itu, dia juga berasal dari keluarga yang sangat sederhana di mana kedua orangtuanya hanya bekerja sebagai petani hingga sangat mustahil untuk membayar agar bisa lolos menjadi paskibraka nasional.

Pilih mendoakan mereka yang mem-bully

Meski kerap dibully, AFT hanya bisa mendoakan orang-orang yang menghujatnya.

"Saya hanya bisa mendoakan mereka karena saya percaya mereka menghujat saya karena mereka tidak tahu apa yang saya alami dan juga tidak mengetahui kehidupan saya yang sebenarnya," ucap siswi yang bercita-cita menjadi dokter ini kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Jumat (27/8/2021) malam.


Dikabari gantikan Kristina saat sedang panen padi

Awal mula diminta untuk menjadi paskibraka Bagi pelajar berusia 16 tahun ini, ditunjuk menjadi paskibraka tingkat nasional merupakan sebuah kejutan.

AFT bersama Muhammad Juandy Ali, siswa SMA 3 Polewali ditunjuk menggantikan Kristina dan Arya Maulana Mulya yang gagal berangkat usa hasi tes PCR positif Covid-19.

Diakui AFT, penunjukkan saat itu begitu tiba-tiba. Kabar menjadi anggota paskibraka nasional diketahuinya ketika sedang berada di sawah membantu ibunya memanen padi sekitar pukul 15.00 WITA, Sabtu (24/7/2021).

Pihak dari Dispora menghubunginya melalui sambungan telepon dan memberikan kabar baik itu. Permintaan itu langsung disetujui karena AFT menilai penunjukkan merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai anggota paskibraka.

"Saya menganggap bahwa itu bagian dari tanggung jawab saya sebagai anggota paskibraka untuk ditugaskan kapan saja dan di mana saja," kata AFT.

Orangtua harus pinjam dana untuk biaya tes PCR ke Makassar

Kendala kemudian terjadi ketika usaha AFT untuk berangkat ke Jakarta menemui kebuntuan dari segi biaya. Pasalnya, sebelum berangkat AFT masih harus melakukan tes swab dengan biaya sendiri. Hal ini terasa berat mengingat kedua orangtuanya hanya bekerja sebagai petani. Namun dukungan keluarganya terus mengalir.

Setelah berembuk, orangtuanya pun harus meminjam uang untuk biaya chek up dan tes PCR di Kota Makassar. Sebagian pinjaman itu juga digunakan AFT, ayah, dan pamannya untuk biaya perjalanan ke Makassar beberapa jam setelah dia dihubungi Dispora Sulbar.

"Saat itu hasil PCR saya di (Lab) Prodia Makassar hasilnya negatif Covid-19 dan hasil check up nya baik. Saya (lalu) menghubungi Dispora dan Dispora melaporkan nama saya beserta pasangan saya yang ada di Polman ke Kemenpora," ujar AFT .

AFT akhirnya berangkat ke Jakarta pada 27 Juli 2021 bersama dengan Juandy dengan pesawat melalui Bandara Makassar.

Setelah melakukan serangkaian latihan, dia bersama perwakilan pelajar dari provinsi lain pun berhasil melaksanakan tugasnya sebagai anggota paskibraka pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.


Polemik pergantian Kristina, dalih Kadispora, hingga dugaan malaadministrasi

Diberitakan sebelumnya, polemik mengenai terpilihnya AFT sebagai anggota paskibraka nasional bermula ketika Dispora Sulbar menunjuknya untuk menggantikan Kristina, siswi asal Mamasa yang dinyatakan positif Covid-19 usai hasil PCR keluar pada 24 Juli 2021.

Polemik ini terjadi karena Dispora Sulbar tidak menunujuk cadangan Kristina yakni Aliyah, siswi asal Pasangkayu. Tapi malah AFT yang disebut tidak ada dalam list peringkat.

Selain itu, keluarga Kristina juga tidak terima dengan hasil PCR, di mana mereka menduga Kristina dicovidkan agar tidak lulus ke Jakarta. Keyakinan keluarga Kristina bertambah usai Kristina melakukan tes PCR ulang di Mamasa yang hasilnya negatif.

Kadispora Sulbar Muhammad Hamzih saat itu berdalih dia terpaksa menunjuk AFT karena Kemenpora ingin perwakilan dikirim secepatnya. Hamzih berkata mustahil menujuk kembali Kristina karena harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.

Pihak Ombudsman RI Perwakilan Sulbar pun turut menyelidiki polemik kejanggalan pemilihan anggota paskibraka nasional ini.

Ketua Ombudsman Sulbar Lukman Umar mengatakan, setelah memeriksa saksi dan turun langsung ke lapangan, mereka menilai Dispora Sulbar melakukan malaadministrasi dalam pemilihan tersebut.

Malaadministrasi itu berupa kelalaian Dispora Sulbar dalam menunjuk pengganti Kristina yang bukan dari cadangannya.

Hal ini kata Lukman bertentangan dengan Permenpora Nomor 14 Tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga.

"Maladministrasi itu misalnya tidak patut dilakukan oleh Dispora dan penyimpangan prosedur. Mestinya kan haknya cadangan, tapi kok orang lain yang diambil," kata Lukman.

(Penulis Kontributor Makassar, Himawan | Editor David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2021/08/29/113500178/pengakuan-aft-paskibraka-pengganti-kristina-orangtua-saya-juga-petani

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke