Salin Artikel

Jepang Minati Jengkol dan Petai Indonesia, Sumut Sampai Ekspor 4 Ton

Terbukti, sebanyak empat ton jengkol dan petai asal Sumatera Utara berhasil tembus pasar ekspor ke Jepang untuk pertama kalinya. 

"Tidak hanya digemari di pasar dalam negeri, jengkol dan petai pun asal Sumut siap memasuki pasar Jepang untuk memenuhi permintaan," ujar Kepala Karantina Pertanian Belawan, Andi Yusmanto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (29/8/2021) pagi. 

Dijelaskannya, kmoditas asal sub sektor hortikultura ini telah melalui proses serangkaian tindakan karantina dan telah dipastikan memenuhi persyaratan teknis negara tujuan oleh pejabat karantina, dan diberangkatkan melalui Pelabuhan Belawan, Sumut.

Andi menambahkan, ekspor itu sejalan dengan program strategis Kementerian Pertanian yang digagas Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, yakni peningkatan ekspor pertanian dengan gerakan tiga kali lipat ekspor pertanian, atau Gratieks. 

Karena itu pihaknya terus menggali komoditas potensi dan melakukan pendampingan teknis, agar dapat tembus persyaratan dan protokol ekspor negara tujuan.

Jengkol dan petai yang diekspor perdana kali ini bernilai Rp 339 juta rupiah ini telah mampu menembus persyaratan negara Jepang yang cukup ketat. 

"Alhamdulilah, secara kinerja ekspor pertanian asal Sumut, dari data sertifikasi kami pada Semester 1-2021, mengalami peningkatan nilai ekspor sebesar  43,3 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya," ungkapnya. 

Begitu juga dengan jumlah eksportir dan jumlah negara tujuan mengalami peningkatan, hal ini tentunya dapat menambah semangat pelaku agribisnis khusunya para petani, peternak dan pekebun di Sumut, tambahnya.


22 ragam komoditas Sumut diekspor ke luar negeri

Dari IQFAST, data lalu lintas ekspor di Karantina Pertanian Belawan, pada saat yang bersamaan juga turut dilepas 22 ragam komoditas pertanian asal Sumut lainnya, yakni  pinang biji, kopi biji, palm kernel oil, minyak sawit, santan kelapa, sawi, nipah.

Kemudian cabe jamu, manisan kelapa, damar batu, palm kernel sterain, hydrogenate, palm kernel olein, kelapa parut, andaliman, kayu karet, durian, kulit buah manggis, kubis, bunga Krisan, tepung tapioka, bungkil jagung dan kayu olahan. 

Sementara seluruh komoditas ekspor yang diberangkatkan dari Pelabuhan Belawan akan menuju 18 negara tujuan ekspor yakni : Tiongkok, Iran, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Senegal, Malaysia, Taiwan, Uni Emirat Arab, Brazil, India, Chili, Korea Selatan, Jerman, Jepang dan Filipina.

Dorong ekspor komoditas pertanian

Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Bambang mengapresiasi munculnya ragam komoditas ekspor berupa jengkol dan petai asal Sumatera Utara.

Ia berharap, petani dan pelaku usaha di  Berastagi, Kabupaten Karo dapat meningkatkan produktivitas dan  bersinergi dengan pihaknya untuk dapat menembus negara tujuan lain.

Menurutnya, dengan memberikan kemudahan bagi eksportir dalam perijinan supaya proses ekspornya cepat, dapat mendorong tumbuhnya komoditas eksportir dan negara tujuan baru. 

"Dan tentunya dengan tetap menjaga kemanan dan kualitas komoditas yang diekspor sesuai dengan  persyaratan negara tujuan,” ujarnya. 

Bambang menambahkan selaku otoritas karantina, melalui tindakan karantina memastikan seluruh produk pertanian yang akan diekspor telah memenuhi persyaratan internasional tentang sanitari dan fitosanitari sehingga memiliki daya saing di pasar global. 

"Ekspor perdana petai dan jengkol ini juga dapat menjadi bukti bahwa sinergitas para pelaku pembangunan pertanian di Sumut terjalin dengan baik," ujarnya. 

Disebutkan, Kepala Karantina Belawan Andi Yusmanto juga menyerahkan sertifikat ekspor karantina atau Phytosanitari Certificate (PC) kepada PT. Surya Elok Sejahtera. Penyerahan tersebut didampingi Kepala Kantor Bea Cukai  Pelabuhan Belawan dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/29/105536078/jepang-minati-jengkol-dan-petai-indonesia-sumut-sampai-ekspor-4-ton

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke