Salin Artikel

Tugu Hargo Dumilah Tak Hanya Penanda Puncak Gunung Lawu

Kepala Urusan Teknik Kehutanan Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lawu Selatan, KPH Lawu DS, Jawa Timur, Supriyanto mengatakan, Tugu Hargo Dumilah awalnya merupakan tanda batas wilayah antara Jawa Timur dan Jawa Tengah.  

“Itu kan tugu triangulasi perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah,” ujarnya di Kantor BKPH Lawu DS Jumat (27/08/2021).

Supriyanto menambahkan, Tugu Hargo Dumilah juga tanda batas wilayah antara kawasan BKPH Lawu Utara, Lawu Selatan, dan Lawu Utara Jawa Tengah.

“Tugu juga berfungsi sebagai perbatasan antara BKPH, ada tiga perbatasan BKPH terus termasuk juga batas petak,“ imbuhnya.

Patok perbatasan dari batu

Supriyanto mengaku, patok tapal batas di puncak Gunung Lawu hingga di kaki gunung sepanjang perbatasan Jawa Timur–Jawa Tengah dulu bukan terbuat dari cor semen, tetapi dari batu yang dipahat.

Patok tersebut tertanam di sepanjang wilayah perbatasan dengan jarak sejauh mata memandang.

“Dulu batu utuh yang dipahat menyerupi patok, jadi bukan dari cor. Jaraknya sejauh mata memandang baru ada patok. Biasanya patok paling banyak ditanam di tikungan,” ucapnya.

Petugas mengecek patok-patok tersebut setiap sepuluh tahun sekali. Tujuannya, untuk mengetahui keberadaan patok maupun memperbaiki yang rusak.

“Batu-batu yang dibentuk itu seperti patok tugu. Pembaruan kan setiap 10 tahun sekali, patok batas yang hilang diperbarui,“ katanya.


Foto Tugu Hargo Dumilah zaman Belanda

Supriyanto mengaku pernah menelusuri foto lama keberadaan Tugu Hargo Dumilah. Ia mendapati foto yang dipotret pada 1930.

Dalam foto itu terlihat sejumlah pendaki asal Belanda sedang berpose di Puncak Lawu.

“Sempat dapat foto tugu Hargo Dumilah tahun 1930, fotonya orang Belanda,” ucapnya.

Dari penelusuran Kompas.com di salah satu situs http://www.merbabu.com/ terdapat foto yang dimaksud Supriyanto.

Sebuah foto hitam putih terlihat empat warga negara asing yang sedang berpose di Tugu Hargo Dumilah.

Bahkan, salah satu warga Belanda itu duduk menyilangkan kaki di atas tugu setinggi dua meter itu. Dari keterangannya, foto itu merupakan koleksi dari Museum Tropen Belanda.

“Mereka foto bersama di Puncak Gunung Lawu pada tahun 1930. Tugu Puncak Lawu ini masih berdiri kokoh hingga akhir tahun 80-an, selanjutnya tugu di puncak dibangun berulang-ulang dan berganti-ganti bentuk, karena roboh kena gempa beberapa kali,” tulis keterangan di foto.

Puncak Tugu Hargo Dumilah sempat rusak beberapa waktu lalu sempat tersambar petir.

Komandan Regu Polisi Hutan KPH Lawu DS Setyo Margono mengatakan, patung Garuda dipasang untuk menambal kerusakan di puncak tugu.

“Tersambar petir beberapa waktu lalu karena ada yang pasang bendera dengan tiangnya besi,” ujarnya.


Tidak ada larangan memanjat

Beberapa waktu lalu, sebuah foto memperlihatkan pendaki Gunung Lawu memanjat Tugu Hargo Dumilah sambil mengibarkan bendera sempat viral di media sosial.

Pelaku tersebut telah meminta maaf kepada KPH Lawu DS sebagai pemangku wilayah Gunung Lawu bagian timur pada Kamis (26/8/2021).

KPH Lawu DS tidak memberikan sanksi larangan mendaki kepada pendaki yang memanjat tugu tersebut.

“Larangan memanjat tugu tidak ada,” ujarnya.

Meski tak ada larangan, KPH Lawu DS akan memasang imbauan agar para pendaki tak memanjat tugu demi kepentingan keselamatan.

“Kita akan pasang imbauan untuk tidak memanjat tugu pertimbangannya keselamatan. Kalau pendaki jatuh ada apa-apa bagaimana? Apalagi di masa PPKM begini,” jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/27/144331878/tugu-hargo-dumilah-tak-hanya-penanda-puncak-gunung-lawu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke