Salin Artikel

"Coretan di Tembok Itu Cara Saat Kebebasan Bersuara Terbatas, Sekarang Justru Dibatasi"

KOMPAS.com - Tindakan aparat keamanan menghapus mural atau coretan yang bernada kritikan pemerintah dianggap pemberangusan kebebasan berpendapat masyarakat.

“Coret-coretan di tembok adalah cara-cara ketika kebebasan bersuara terbatas dan sekarang coretan itu pun dibatasi,’ kata Humas lomba mural "Gejayan Memanggil" Mimin Muralis, Selasa (24/8/2021).

Mimin melanjutkan, gambar atau coretan mural bernada kritikan ke pemerintah soal PPKM seharusnya bisa dilihat sebagai kritik yang membangun.

“Kita lihat negara-negara Eropa dalam mereformasi politiknya dan negara-negara post kolonial yang merdeka, mereka banyak bertebaran mural-mural yang sifatnya membangun meskipun itu dianggap kritis dan mengancam para politisi,” jelas dia.

Di sisi lain, Mimin mengatakan, di saat aparat keamanan menertibkan dan menghapus mural, namun baliho yang menjadi sampah visual justru bertebaran.

“Padahal itu suara oligarki yang punya uang untuk menyewa papan reklame dan memprinting spanduk banner yang merusak pemandangan kita secara estetik dan politik,” kata dia.

Sebagai respon kondisi itu, panitia lomba mural "Gejayan Memanggil" akan memberikan nilai lebih ke mural yang lebih cepat dihapus aparat.

“Presiden juga bukan tugasnya bagi-bagi sembako di jalan tugasnya menerapkan kebijakan sesuai dengan kebutuhan rakyat banyak bukan segelintir oligarki politik/bisnis yang ada di kekuasaan,” kata dia.

Selain itu, ada beberapa kriteria yang menjadi penilaian yaitu keberanian, semangat melawan, diapresiasi rakyat, tidak menyinggung suku, agama, dan ras antargolongan (SARA).


Hadiah bukan uang

Selain itu, pada lomba kali ini, pemenang tidak mendapatkan uang tetapi pemenang lomba mural akan mendapatkan eksposure dan ke depan mural yang menang akan dijadikan desain baju.

Nantinya penjualan baju atau kaos itu sebagian untuk gerakan rakyat bantu rakyat.

“Karena kami bukan akun buzzer dan enggak punya uang jadinya kami hadiahi eksposure bagi pemenang,’ kata dia.

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2021/08/25/123542478/coretan-di-tembok-itu-cara-saat-kebebasan-bersuara-terbatas-sekarang-justru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke