Salin Artikel

Cerita di Balik SMP yang Dikunjungi Jokowi Saat ke Samarinda

Kehadiran Jokowi ke sekolah ini dalam rangka meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bagi pelajar.

Di balik kunjungan itu, ada cerita suka dan duka menyelimuti perjalanan sekolah ini. 

Jika berkunjung ke sekolah ini, akan tampak deretan piala dan penghargaan tersusun rapi dalam dua lemari kaca, hampir penuh.

Namun di balik panen prestasi, terselip kisah pilu.

Kepala SMP 22 Samarinda, Asmuran, mengisahkan perjalanan sekolah ini bermula 43 tahun lalu.

Awal dibangun, sekolah ini diperuntukan bagi pendidikan keterampilan perempuan, pada 1978.

Namanya, Sekolah Kepandaian Putri (SKP). Sekolah ini setingkat SMP, tapi kosentrasinya lebih ke kejuruan.

Setelah 23 tahun berjalan, sekolah ini berubah status dari SKP menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Menengah Pertama (SLTP) pada 2001 hingga memasuki 2004 baru berubah jadi SMP 22 Samarinda.

Selama perjalanan itu, sekolah ini menemui banyak masalah, baik sarana prasarana, akademik maupun non-akademik.

Seperti, keterbatasan guru dan ruang kelas, hingga berbagai masalah lainnya.

Namun berganti tahun pembenahan demi pembenahan dilakukan, sampai akhirnya menjadi salah satu sekolah dikenal unggul dalam urusan kesenian dari sekolah lain.

Saat ini total siswa SMP 22 Samarinda berjumlah 1.157 orang dengan 33 ruang kelas dengan bangunan dua lantai.

"Belum lagi ruang lain, perpustakaan, aula, dan lain-lain. Intinya memadai, enggak kekurangan ruang kelas kaya dulu-dulu," ucap dia.

Berdiri antar bangunan membentuk persegi dengan menyisakan halaman tengah sekolah lumayan luas.

Di titik itulah digelar vaksinasi Covid-19 yang dihadiri Jokowi. Sebanyak 1.053 siswa di sekolah ini disuntik vaksin.

Seturut dengan perjalanannya, Asmuran menuturkan siswa-siswinya panen prestasi.

"Karena setiap event kami selalu juara. Kalau enggak juara satu, dua atau tiga, selalu kami peroleh setiap ada perlombaan seni," jelas dia.

Asmuran menyebutkan, perlombaan yang selalu bikin mereka boyong piala, dari lomba menari, nyanyi, musik, bahkan olahraga.

Kemenangan itu diraih baik dari level lokal hingga nasional.

"Hanya internasional yang kami belum, tapi akan kami coba. Karena saya yakin anak-anak kami punya kemampuan," kata dia.

Dijelaskan Asmuran, siswa-siswinya selalu mengangkat konten lokal Kaltim dalam setiap pertunjukan.

Di antaranya, Tari Jepen dari Kutai, Tari Pesisir dari Tana Tidung, Tari Leleng dari suku Dayak, dan Tari Enggang suku Dayak Kenyah.

Menurut Asmuran, siswa-siswinya sangat jago dalam urusan kesenian. Ditambah kemampuan guru yang memadai.

"Kaya kreativitas, banyak ide-ide baru, memadukan kesenian lokal dengan modern, untuk menghasilkan hal-hal baru. Kolaborasi yang baik, itu jadi modal siswa kami selalu tampil apik," terang dia.

Selain prestasi non-akademik, kata Asmuran, prestasi bidang akademik juga tak kalah saing. Sejumlah perlombaan telah diraih anak muridnya.

Bahkan secara kelembagaan pun, SMP 22 Samarinda sudah terakreditasi dengan nilai 93 peringkat A yang dikeluarkan Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah, pada Maret 2017.


Siswa tak punya ponsel untuk belajar daring

Di balik keunggulan sekolah ini, masih ada kisah sedih. Ketika pandemi Covid-19 menghantam kegiatan belajar, sekolah ini mengalihkan kegiatan secara daring.

Di saat bersamaan, tak semua murid tak memiliki ponsel. Kata Asmuran, tiga muridnya sempat kesulitan belajar karena tak punya ponsel.

"Tiga siswa ini anak yatim piatu. Mereka ditinggalkan orangtua dari kecil," kata dia.

Suatu ketika, Asmuran menyampaikan hal tersebut ke komite sekolah dengan melibatkan orangtua dari siswa lain.

"Akhirnya dibantu oleh salah satu orangtua murid mampu. Untuk beli paket internet, kami tanggung," ucap dia.

Atas kunjungan Jokowi, Asmuran menyampaikan banyak terima kasih. Kesempatan tersebut, kata dia, tak pernah ada dalam catatan sejarah perjalanan sekolah itu.

"Saya tidak menyampaikan permintaan apa-apa ke Pak Presiden. Beliau berkunjung saja, kami sudah senang," terang dia.

Usai seluruh anak muridnya dan guru disuntik vaksin, Asmuran merencanakan buka pembelajaran tatap muka.

Namun, ia menunggu penurunan status Covid-19 Kota Samarinda yang kini masih Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat level 4.

Alasan di balik kunjungan Jokowi

Kepala Dinas Pendidikan Samarinda, Asli Nuryadin menjelaskan, alasan di balik terpilihnya SMP 22 dikunjungi Jokowi tidak berkaitan dengan prestasi, Covid-19 atau hal-hal lain yang kaitannya dengan akademik di SMP 22.

"Kami terima informasi cepat banget, Sabtu malam. Rencananya beliau landing di APT Pranoto kemudian menuju kantor Gubernur Kaltim," ucap dia.

Dari rute perjalanan ini, tim dari Istana meminta agar ada sekolah yang dikunjungi Jokowi untuk melihat pelaksanaan vaksinasi pelajar.

"Dari situlah muncul SMP 22. Karena letak dipinggir jalan, juga dekat dengan Kantor gubernur. Beliau dari bandara langsung singgah di SMP 22 baru lanjut ke kantor gubernur, jadi satu jalur saja, memang dimintanya begitu," beber Asli.

Keputusan memilih SMP 22 juga didukung dengan ketersediaan halaman tengah sekolah ini cukup luas untuk pelaksanaan vaksinasi.

"Jadi alasannya itu saja, kenapa dipilih SMP 22. Sekolah lain juga banyak dan memadai, tapi tidak sejalur dengan rute Pak Presiden, jadi enggak bisa," beber Asli.


Meski begitu, Asli mengakui SMP 22 banyak menuai prestasi dalam bidang seni.

"Ini karena zaman dulu sekolah itu SKP (Sekolah Kepandaian Putri). Jadi sejak dulu sekolah itu mengajarkan keterampilan menari, jadi ketika ada festival, lomba seni mereka paling sering mewakili. Memang kita semua mengakui," terang dia.

"Bahkan nanti anak-anak kita di SMP 22 diundang tampil di acara Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) se-Kalimantan yang dilaksanakan November 2021," sambung Asli.

Menyinggung kendala ponsel saat belajar daring, Asli menyebut waktu diawal-awal sebanyak 6.000 murid setingkat SMP di Samarinda belum punya ponsel, termasuk tiga di antara di SMP 22.

"Tapi sekarang sudah mulai berkurang. Angka pastinya saya belum dapat laporan lagi," kata Asli.

"Anak-anak kita ini memang banyak enggak pakai HP (Handphone), pinjam HP orangtua. Tapi ada orangtua murid juga yang enggak punya HP ataupun siswa yang yatim piatu," sambung dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/25/053222378/cerita-di-balik-smp-yang-dikunjungi-jokowi-saat-ke-samarinda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke