Salin Artikel

Melihat Jejak Peninggalan Kerajaan Majapahit di Jember

Beteng merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Jawa, artinya benteng. Di Situs Beteng, terdapat beberapa benda kuno, seperti batu bata berukuran besar yang berasal dari zaman kerajaan.

Terdapat peninggalan sejarah lain yang ditempatkan di ruang khusus, seperti artefak berbahan tera kota dan keramik yang sudah tidak berbentuk lagi.

Lalu, ada batu dakon dengan alu yang diperkirakan sebagai alat untuk membuat ramuan obat-obatan, mata uang kepeng, senjata dan lainnya.

Situs Beteng berjarak sekitar 31 kilometer dari pusat Kota Jember. Situs itu bisa ditempuh sekitar 60 menit.

Situs ini sudah dipugar, dikelilingi oleh pagar. Di dalamnya juga terdapat gapura, bahkan, halaman situs cukup luas. Tempat ini kerap dijadikan lokasi perayaan tradisional serta tempat pertunjukan seni tradisional.

Di halaman situs, tampak Ngabdul Gani sedang duduk sendiri. Dia merupakan juru pelihara Situs Beteng yang setia menjaga dan merawat situs ini sampai sekarang.

Usianya sudah tak lagi muda, sekitar 72 tahun. Namun, ia masih ingat tentang sejarah situs ini.

Sejarah Situs Beteng Jember

Ngabdul Gani mengatakan penemuan awal situs ini berawal dari banyaknya batu bata berukuran besar yang berserakan.

“Dulu banyak ditemukan batu bata di sekitar sini,” kata Gani kepada Kompas.com, Selasa (24/8/2021).

Setelah ditelusuri, ternyata batu bata itu semakin banyak dan bertebaran di sejumlah titik, tak hanya di Desa Sidomekar, tetapi hingga di luar desa. Bahkan batu bata itu seperti berbentuk banteng dengan tinggi sekitar empat meter.

Akhirnya, warga desa mengumpulkan benda-benda kuno itu di Situs Beteng.

Selain itu, Ngabdul Hadi juga menunjukkan sejumlah benda-benda klasik yang diduga peninggalan bersejarah dari era Kerajaan Majapahit. Benda itu ditempatkan di kamar khusus agar tidak hilang, seperti pecahan keramik dan guci kuno, batu dakon, dan lainnya.

Setelah itu, ia juga menunjukkan lokasi yang berpotensi terdapat benda-benda bersejarah yang terpendam. Seperti beberapa batu bata besar di belakang Situs Beteng. Bentuknya seperti kuburan yang diperkirakan juga peninggalan masa Kerajaan Majapahit.

Jejak Peninggalan Raja Brawijaya V

Ngabdul Gani mengatakan situs ini merupakan peninggalan kerajaan pada masa raja Prabu Brawijaya V. Saat itu, Brawijaya V diserang oleh anaknya sendiri, yakni Raden Patah dari Kerajaan Demak. Benteng itu dibangun sebagai pertahanan atau tempat perlindungan Prabu Brawijaya V.


Penuturan Ngabdul Gani dibenarkan oleh Zainullah, sejarawan Jember yang menulis berbagai buku tentang sejarah Jember.

Menurut dia, ketika Raden Patah menyerang, beberapa sisa pasukan Majapahit ada yang melarikan diri hingga ke daerah Semboro Jember.

Di sana, mereka membuat benteng pertahanan yang cukup kuat dengan bahan batu bata besar.

Selain itu, Prabu Brawijaya V juga mendirikan kota kecil yang diberi nama Kutha Kedawung. Kota ini sekarang ada di Desa Paleran Kecamatan Umbulsari. Kota kecil ini juga dihubungkan dengan bangunan lain di daerah Tumenggungan.

“Atau sekarang disebut Penggungan, terletak di Desa Klatakan Kecamatan Tanggul,” ucap Zainullah.

Konon tempat itu juga digunakan sebagai mess para perwira atau tumenggung Kerajaan Majapahit.

Hanya saja, kata dia, pergerakan Prabu Brawijaya V diketahui oleh telik sandi pasukan Raden Patah. Akhirnya, sisa pasukan Majapahit yang tinggal sedikit diserang pasukan Raden Patah hingga kalah.

“Sebelum serangan itu datang, benteng dibangun, itu menurut cerita tutur,” papar penulis buku menelusuri jejak sejarah Jember kuno ini. Kemudian, bekas benteng ini diganti oleh masa Kerajaan Blambangan mula atau awal.

Zainullah menilai banyak versi terkait kisah Prabu Brawijaya V di Jember. Terutama versi cerita tutur oleh warga sekitar, seperti juru pelihara.

“Sejarahnya ini belum ada penelitian yang resmi, namun kebanyakan sejarawan mengaitkan dengan Kerajaan Majapahit,” terang dia.

Menurut Zainullah, bukti arkeologis yang ditemukan di Situs Beteng menguatkan bahwa tempat itu merupakan peninggalan dari Kerajaan Majapahit.


Belum ada penelitian resmi

Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Jember Dhebora Krisnowati menambahkan, belum ada penelitian resmi yang dilakukan pihaknya terkait Situs Beteng.

Dhebora yang baru menjabat sebagai plt kepala dinas itu menyebut, pada masa kepemimpinan sebelumnya juga belum ada penelitian secara resmi.

“Mahasiswa yang sedang magang di sini, kami tugaskan untuk meneliti Situs Beteng,” kata dia.

Selain itu, pihaknya menggelar diskusi dengan sejumlah komunitas pegiat sejarah di Jember. Hasilnya, Situs Beteng itu memang berkaitan dengan sejarah akhir masa Kerajaan Majapahit dan awal Kerajaan Blambangan.

“Situs ini bisa dipastikan memang peninggalan kerajaan majapahit, dilihat dari batu batanya,” jelas dia. Jenis batu bata itu sama dengan yang ada di candi deres di Kecamatan Gumukmas.

Menurut dia, situs peninggalan sejarah itu merupakan kekayaan kabupaten Jember. Untuk itu, dinas pariwisata dan budaya akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk menelusuri sejarahnya.

“Sejarah memang harus dibuktikan, tidak cukup dari katanya,” jelas dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/24/171423878/melihat-jejak-peninggalan-kerajaan-majapahit-di-jember

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke