Salin Artikel

Keluh Kesah Korban Arisan Online Fiktif, Uang Miliaran Rupiah Raib

Korban yang mayoritas perempuan tersebut tampak sedang berkeluh kesah atas nasib yang dialaminya.

Bagaimana tidak, uang puluhan juta, ratusan juta bahkan miliaran rupiah yang mereka transfer ke rekening atas nama N alias Lala tidak ada kejelasan sama sekali.

Salah satu korban bernama Yeni mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 2 miliar.

Uang sebanyak itu dia dapatkan dari sejumlah member yang ikut arisan, untuk selanjutnya dikirimkan ke rekening atas nama Nilawati dan Suroso.

"Awalnya member cuman lima orang terus disuruh Lala nyari member lainnya sampai 20, per orang kerugiannya mencapai Rp 200 juta, Rp 500 juta, Rp 700 juta. Saya sendiri sekitar Rp 500 juta, total hampir Rp 2 miliar," ucap Yeni saat ditemui Kompas.com, Minggu (22/8/2021).

Peristiwa tersebut terjadi pada Januari 2021.

Yeni yang mengenal Lala karena kesaaman profesi, tergiur dengan ajakan Lala untuk ikut arisan online.

"Kenal lama banget, kan teman nyanyi juga. Menurut saya baik, saya sedikit pun tidak curiga sama sekali," katanya.

Yeni selalu mendapatkan upah sebanyak Rp 50.000 apabila dapat merekrut member baru.

Upah tersebut langsung dikirimkan bersama dengan hasil dari arisan online yang didapatkannya.


Menurut pengakuannya, hampir setiap hari mendapatkan arisan online dengan bukti tangkapan layar hasil tranfer yang dilakukan oleh Lala.

Namun, sebelum Yeni mencairkan uang tersebut dalam bentuk tunai, Lala kembali memberikan penawaran agar ikut investasi dalam arisan online tersebut.

"Sudah pernah cair dan dibelikan lagi, cairnya terus tapi tidak pernah dalam bentuk uang cash," katanya.

"Dapat itu tiap hari, cuman saya kumpulkan tak belikan lagi arisan. Jadi saya itu enggak pernah merasakan hasil arisan," imbuhnya dengan nada kesal.

Padahal selama ikut arisan, Yeni rela menggadaikan barang-barang berharga, seperti BPKB motor dan mobil.

"Saya gadaikan beberapa barang seperti BPKB motor, BPKB mobil buat modal arisan, suami saya gajian ya buat modal semua," ujarnya.

Yeni mengatakan hampir delapan bulan ikut arisan, tidak ada kecurian sama sekali.

Namun, sejak pertengahan Agustus ini, Lala mulai sulit dihubungi.

"Sebelumnya lancar terus, tapi langsung dibelikan lagi, lha terus harusnya mulai panen bulan ini, tapi Lala malah menghilang," katanya.

Dengan ketidakpastian keberadaan Lala, Yeni merasa kalang kabut.

Ia kebingungan bagaimana caranya mengembalikan uang milik member-member-nya yang telah disetorkan kepada Lala, yang mana seharusnya bulan ini mereka mendapatkan hasil arisan tersebut.

"Bingung saya mas, mau pulang ke rumah juga takut nanti digeruduk member. Tapi ya mau gimana lagi, aku jelasin semuanya. Kalau mereka mau uang, ya nanti saya jual-jualinlah barang-barang saya. Berapapun harganya, dan bagaimana perasaan mereka nantinya, ya memang kondisinya seperti itu," ucap Yeni kebingungan.

Di sisi lain, Yeni juga berharap semoga keberadaan Lala dapat ditemukan.

"Ya mudah-mudahan Lala pulang, uangnya masih ada, soalnya saya dikejar-kejar sama member terus," ujarnya.


Korban lainnya, Erlin mengaku awalnya ikut arisan online karena tergiur dengan iming-iming laba yang didapat.

Dengan memasang Rp 3 juta, dia bisa mendapatkan Rp 5 juta, yang artinya untung Rp 2 juta.

"Itu dapatnya cepat waktu kurun dua minggu dan dua bulan, kalau get yang Rp 10 jutaan itu waktu satu atau dua bulan,'' ujarnya.

Ada yang ikut arisan Rp 10 juta, Rp 2 juta dan Rp 1 juta. Namun, semuanya mengalami kerugian karena Lala menghilang.

"Jadi yang jadi korban itu ratusan orang dengan kerugian ratusan juta hingga Rp 2 miliar,'' katanya.

Sampai saat ini, pihak kepolisian terus mencari terhadap pelaku investasi arisan online tersebut.

"Sampai saat ini, pelaku masih kami lidik, tapi sudah kami pantau," ujar Kasatreskrim Polres Blora, AKP Setiyanto.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/23/091830878/keluh-kesah-korban-arisan-online-fiktif-uang-miliaran-rupiah-raib

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke